JATENGPOS.CO.ID, BATANG – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebut penularan virus Corona atau COVID-19 di wilayahnya sangat ekstrem. Dia meneken surat instruksi agar kerumunan lebih dari tiga orang langsung dibubarkan.
“Tadi pagi sudah saya tandatangani instruksi gubernur, tidak lagi surat edaran, tapi instruksi. Kita terjemahkan instruksi dalam negeri dimana kalau kumpul-kumpul tiga orang, suruh bubar,” kata Ganjar kepada wartawan di sela kunjungannya di RSUD Kalisari Batang, Jawa Tengah, Selasa (29/6).
Dia mengistruksikan kegiatan sosial dan keagamaan dilakukan di rumah. Seluruh kegiatan itu harus diperketat.
“Minta tolong TNI-Polri ya, Pak ya. Kemudian kegiatan sosial, keagamaan dilakukan di rumah, ini diperketat,” katanya.
Upaya ini harus dilakukan untuk mengurangi peningkatan kasus Corona yang sangat tajam saat ini. Menurutnya penularan Corona saat ini sangat ekstrem.
“Sehingga kita semua akan bisa mengurangi peningkatan yang sangat tajam, karena apa naiknya penularannya sangat ekstrem,” imbuh Ganjar.
Dia berharap minimal pembatasan kegiatan itu bisa berlangsung minimal 14 hari.
“Instruksi dari Mendagri tidak lebih dari tiga orang. Kegiatan sosial keagamaan di rumah, ditahan dulu. Kalau kita bisa menahan 14 hari saja, masyarakat bisa tertib, insyaallah ini akan sangat membantu,” urai Ganjar Pranowo.
Ganjar sebelumnya juga meminta lebih dari 7.000 RT di Jateng melakukan lockdown mikro. Hal itu karena 7.000 RT tersebut masuk dalam kategori zona merah virus Corona atau COVID-19.
“Kalau kemarin 5.700-an, ini sudah 7.000 lebih RT yang zona merah. Maka saya minta harus lockdown, nanti pengamanan Pak Babin (Bhabinkamtibmas/Babinsa), Bu Babin membantu,” kata Ganjarnya.
Pemprov Jateng mendata zona merah Corona hingga tingkat mikro atau RT. Jika pekan lalu ada sekitar 5.700 RT, pekan ini sudah bertambah mencapai lebih dari 7.000 RT.
Ganjar Pranowo menegaskan sedang menyiapkan instruksi resmi untuk kabupaten/kota dalam menghadapi pandemi Corona. Hal itu karena kasus yang meningkat bahkan sudah ada 25 zona merah tingkat kabupaten/kota di Jateng.
Ganjar Pranowo, menyebut angka keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) rumah sakit di Jawa Tengah, sudah membahayakan. Pihaknya kini menyiapkan rumah sakit darurat.
“BOR-nya sudah membahayakan, sudah di atas 80 persen. Makanya kita cepat-cepat harus menambah tempat tidur. Maka tadi, siapkan skenario rumah sakit darurat, apa namanya tenda,” katanya.
Bila perlu, menurut Ganjar, bisa meniru penanganan pasien seperti di Kabupaten Klaten. “Ada juga yang di Klaten itu, pasiennya dari dua-dua, dijadikan satu ada yang empat. Jadi perawatnya lebih efisien untuk melakukan tindakan pada mereka,” tandas Ganjar Pranowo.
Di RSUD Batang sendiri, telah memperluas poli COVID-19 dari tiga ruang menjadi lima ruang. Sementara untuk tempat tidur telah disiapkan ekstensi 50 persen kapasitas rumah sakit untuk penanganan COVID-19.
“Di Batang sudah bagus, ekstensi tempat tidur sudah disiapkan. Untuk SDM, Bupati akan bicara (dengan instansi terkait) dan akan dibantu Dinkes Provinsi. Relawan akan kita siapkan,” jelasnya.
Hanya saja, pihak RSUD Batang belum bisa dengan cepat terkait ketiadaan alat PCR. Selama ini, untuk tes PCR, Kabupaten Batang harus mengirim ke daerah lain sehingga memerlukan waktu cukup lama.
“Kalau sehari dibatasi sepuluh itu tidak ngaruh dalam kondisi seperti ini. Paling tidak sehari musti siap 200, sehingga nanti kalau kita lakukan tracing bisa lebih cepat dan tidak ada komplain dari masyarakat,” katanya.
“Karena Batang belum punya alat PCR-nya nanti kita bantu, Pak Bupati menyiapkan tim, tempatnya dan SDM-nya,” pungkas Ganjar.(dtc/udi)