JATENGPOS.CO.ID, BLORA – Indonesia memiliki beragam seni budaya dengan masing-masing kearifan yang berbeda satu sama lain yang luar biasa dan dapat dikembangkan menjadi sumber pendapatan bernilai ekonomi tinggi. Salah satu seni budaya Indonesia yang telah diakui dunia sebagai warisan leluhur bangsa adalah batik.
Oleh sebab itu sebagai generasi penerus bangsa, kita wajib menjaga dan melestarikan batik dengan mencintai dan menggunakan batik dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu daerah di Indonesia yang mengembangkan dan melestarikan seni budaya batik adalah Kabupaten Blora. Kabupaten Blora merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Salah satu lembaga yang mengembangkan bisnis batik di Kabupaten Blora adalah Difabel Blora Mustika (DBM) melalui brand “Batik Difabel Blora”.
Batik Difabel Blora berada di bawah naungan lembaga Difabel Blora Mustika (DBM) yang beralamat di Jalan Hasanuddin RT 05/RW 01 Kamolan Blora.
“Awal mula berdirinya usaha rumah batik difabel dengan brand  “Batik Difabel Blora” berangkat dari kondisi yang dialami oleh masyarakat difabel yang memiliki keterbatasan fisik dan ekonomi, maka dibentuklah wadah organisasi yang terdiri dari masyarakat difabel dan orang yang mengalami kusta (OYMK)” Ungkap Lia Hikmatul Maula, S.E. Staff Support DBM.
Berdirinya Difabel Mustika Blora (DBM) bertujuan untuk memberdayakan masyarakat difabel dan OYMK dalam kemandirian agar dapat mencukupi kebutuhan dan tidak tergantung dengan orang lain serta mempekerjakan masyarakat difabel dan OYMK yang belum memiliki pekerjaan.
Upaya mendukung kemandirian masyarakat difabel dan OYMK maka didirikan usaha rumah batik difabel tersebut pada tanggal 1 Februari 2016. Usaha rumah batik difabel terus mengalami perkembangan yang semula hanya memproduksi 2 – 3 kain batik per minggu kini bisa mencapai 10 – 15 kain batik per minggu dan dikenal sampai di tingkat nasional serta jadilah brand “Batik Difabel Blora”.
Lantas, apa yang membedakan batik difabel Blora dengan batik pada umumnya? Perbedaannya adalah terletak pada sumber daya pengrajin batik dan keunggulan batik yang dihasilkan. Sumber daya pengrajin batik berasal dari masyarakat difabel karena membatik sebagai kegiatan sekaligus pekerjaan bagi mereka.
Sampai saat ini jumlah pekerja mencapai kurang lebih 30 orang yang terdiri dari difabel amputasi tangan, amputasi kaki, polio, tuna rungu, orang yang mengalami kusta (OYMK), tuna netra, dan difabel lainnya yang terbagi menjadi tiga bagian, antara lain: 1) tim pengelola bagian keuangan, 2) tim bagian produksi, 3) tim bagian pemasaran.
Keunggulan batik difabel Blora yaitu tersedia batik tulis maupun cap yang tidak luntur, barang sudah tersedia (ready stock), serta tersedia sistem pemasaran pre-order jadi pembeli bisa menawarkan motif dan warna sesuai dengan keinginan dengan jangka waktu pengerjaan adalah maksimal satu minggu. “Terkait harga menyesuaikan jenis kain yang tediri dari dua jenis yaitu prima Rp 150.000,00 dan primis Rp 200.000,00.” Jelas Lia Hikmatul Maula, S.E.
Berdasarkan perbedaan sumber daya pengrajin batik dan keunggulan batik yang dihasilkan, maka tidak diragukan lagi kualitas batik difabel Blora dengan batik pada umumnya. Mari menjaga dan melestarikan batik sebagai warisan seni budaya bangsa dengan mencintai dan menggunakan produk batik difabel Blora dalam kehidupan sehari-hari.
Pemasaran dilakukan baik secara offline maupun online. Pelayanan secara online melalui WhatsApp dengan nomor 085 293 324, 085 727 944 471, shopee, dan instagram:Â @difabel_nasional atau secara offline dengan datang langsung di rumah batik difabel yang beralamat di Jalan Hasanuddin RT 05/RW 01 Kamolan Blora. (ren/bis)
Penulis : Fitri Andriani Setyowati, S.Pd.
Prodi : Magister Pendidikan Ekonomi
Universitas Sebelas Maret
Mahasiswa Pascasarjana UNS