spot_img
26.1 C
Semarang
Minggu, 29 Juni 2025
spot_img

Dubes Irlandia Bicara Kesetaraan Gender Negaranya di Salatiga

JATENGPOS.CO.ID,  SALATIGA – Dutas Besar ( Dubes)  Irlandia untuk Indonsia dan Asia Padraig Francis memberikan apresiasi dan menyambut baik kegiatan diskusi yang melibatkan berbagai kelompok marginal.

                Ia mencontohkan dengan apa yang terjadi di negaranya, Padraig Francis  menyebutkan  jika kebijakan-kebijakan di Irlandia meliputi kelompok margina ini dikategorikan kebijakan sosial.

                “ Keterbukaan menjadi kunci, sehingga tidak ada lagi rasa kebenci-bencian,” ujar Francis saat menjadi pembicara dalam diskusi yang diprakarsasi NGO Irish Aid/ Kedutaan Besar Irlandia di Jakarta dan deeVIMas-CAD, Tripel-F yang berkantor Kecandran, Kota Salatiga.

                Diskusi dua arah yang dihadiri berbagai kalangan, diantaranya Walhi, Jawa Tengah, unsur pemerintah, komunitas gereja, komunitas LGBT dan feminis muda, kelompok disabilitas dan akademisi. Diskusi ini digelar di D’Emmerick Salatiga, Senin (12/9).

                Francis juga mencontohkan kebijakan terkait disabilitas dan gender  di Irlandia dalam perusahaan, dimana tidak boleh menolak disabilitas dalam akses kerja dan sangat ramah.

Baca juga:  Polairud Polda Jateng Evakuasi Enam Ibu Hamil Saat Banjir Rob Tanjung Emas

                Dalam diskusi ini, perwakilan Kemenag Provinsi Jateng mencoba mengkolaborasikan, yaitu antara NGO dengan Kemenag dalam menjalankan program pernikahan anak. Dimana Kemenag mencatat masih banyak yang melakukan pernikahan dibawah umur. “ Untuk itu kami meminta Irlandia mendukung untuk mensukseskan program tersebut,”  ujar perwakilan dari Kemenag.

                Sementara, Syifa Aulia Direktur Triple- F mengatakan, penyelenggaran kegiatan ini focus utamanya ada ada Indonesia yang masih awam tentang isu gender dan pembangunan. Sehingga dengan adanya acara  ini, orang-orang yang masih awam menjadi lebih tahu dan lebih peduli.

                “ Minimal tahu-lah apa sih itu gender, apa itu keterkaitan gender dan pembangunan itu dan seperti apa,” jelasnya.

                Ditengah diskusi hangat itu, ada juga masukan dari kelompok penyandang difabel yang memiliki keterbatasan fisik, hingga masuk dalam kategori masyarakat marginal. “ Mayoritas sulit berdaya buka karena tidak adanya kemauan berdaya, namun struktur dari lingkungan yang membuat mereka terjebak kepada ketidakberdayaan.

Baca juga:  Pesilat Muda Rentan Masalah, PSHT Gandeng Bentuk Pusat Konseling

                “ Sehingga dari diskusi ini para peserta akan mendapatkan ‘new inside’ minimal masukan serta referensi baru dan ilmur baru,” pungkasny.

                Sementara Fafa Siregar pengawas Triple-F mengatakan, mengulik tentang gender itu cakupannya sangat luas dan komitmen untuk mengarusutamakan isu lintas sektoral kesetaraan gender dan pemberdayaan anak perempaun.

                “ Pencapaian  penting telah dicapai di bidang ini oleh beberapa program kerja Triple –F. Mulai dari menganalisa dampak perdagangan manusia terhadap anak perempuan dan anak muda,” katanya.

                “ Memerangi pernikahan anak dan memajukan pembuatan kebijakan yang responsive gender, hingga mendukung pengusaha perempuan muda dan peran mereka dalam ekonomi digital,” pungkasnya.(deb)

spot_img

TERKINI