spot_img
32.1 C
Semarang
Minggu, 29 Juni 2025
spot_img

Protes Sampah, Warga Dusun Pancuran Desa Selokaton Tutup Akses Masuk TPS Desa

JATENGPOS.CO.ID, KARANGANYAR – Warga Dusun Pancuran Desa Selokaton melancarkan aksi protes dengan cara memblokade jembatan menuju Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampah desa, Senin pagi (21/8). Aksi puluhan warga ini merupakan desakan tegas agar Pemerintah Desa setempat serius mengelola sampah.

Salah satu tokoh pemuda, Fajar Joko Untoro mengatakan, aksi penutupan akses jalan menuju TPS ini karena ia menilai, keluhan warga diabaikan pemerintah desa setempat. Blokade yang dimulai sejak pukul 08.00 WIB itu belum jelas sampai kapan berlangsung. Rute itu satu-satunya akses menuju TPS dan areal persawahan.

“Kita tutup ini, sampai ada mediasi yang bisa dipertanggungjawabkan terkait masalah sampah! Ini kita tutup agar angkutan sampah tak bisa lewat,” kata Fajar mewakili puluhan warga.

Wahyu, warga yang tinggal paling dekat TPS mengaku anaknya berusia lima bulan dan enam tahun menderita penyakit kulit diduga terpapar asap sampah. Ia juga khawatir kondisi mertuanya memburuk.

Baca juga:  Penyerahan Bantuan Makanan Tambahan Bagi Anak Stunting

“Saya tinggal dengan orang tua, sakit stroke dan anak kecil,” ungkapnya yang tinggal di Rt 04/Rw IV Dusun Pancuran, Desa Selokaton, Kecamatan Gondangrejo itu.

Sementara, menindaklanjuti penutupan akses jalan ke TPS itu, Pemerintah Desa Selokaton menggelar mediasi dengan warga terdampak polusi TPS tersebut. Tokoh muda Desa Selokaton, Fajar, di hadapan forum audensi menyampaikan dampak limbah TPS tak lagi bisa ditoleransi. Pihaknya mendesak pemdes menutup saja TPS itu.

Awalnya, pemdes meminta waktu untuk berkoordinasi dengan DLH dan kecamatan untuk mencari solusi terbaik. Namun durasi yang ditawarkan ditolak. “Kita ingin secepatnya. Enggak satu atau dua minggu apalagi sampai akhir tahun. Pokoknya sampai pemindahan TPS belum deal, tetap ditutup,” ujar Fajar.

Baca juga:  Ganjar Siap Bantu Seismometer

Bayan Selokaton, Suwarto mengakui belum ada pengelolaan TPS. Semua sampah yang masuk akhirnya dibakar. Jika TPS ditutup tanpa lokasi pengganti,  Pihaknya khawatir pemerintah desa bakal diamuk warga.

“Sudah ada yang terlanjur bayar uang iuran sampah sampai setahun. Per bulan Rp 6 ribu. Kita mempekerjakan 15 buruh pemilah sampah. Juga mengoperasikan tiga armada angkutan. Cara seperti ini melanjutkan program lurah sebelumnya. Tak ada untungnya sama sekali mengelola sampah di sini. Jadi jangan berprasangka,” ungkapnya

Ia mengatakan pengiriman sampah ke TPA Sukosari Jumantono mustahil. Sebab pertimbangan biaya operasional. “Kita harus menyediakan kontainer di TPS. Kita enggak mampu karena mahal,” tandasnya. (yas)

spot_img

TERKINI