JATENGPOS.CO.ID, SALATIGA – Pohon keramat berumur ribuan tahun di Sendang Senjoyo, Desa Tegalwaton, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang tumbang, Minggu (21/1/2024).
Tumbangnya pohon tersebut diperkirakan akibat terpaan angin kencang yang beberapa waktu lalu melanda Tegalwaton dan sekitarnya.
Karena dikenal angker, maka warga dan pihak pengelola Senjoyo tidak berani mengevakuasi atau memotong-motong batang dan ranting pohon yang ambruk. Baru sembilan hari kemudian atau Selasa ( 30/1/2024) warga dan pihak pengelola Senjoyo baru berani memotong-motong dan merapikan pohon tumbang tersebut. Itu pun diawali dengan selamatan atau kenduren serta doa bersama di lokasi pohon tumbang.
Setelah itu, warga, pengelola, dan anggota TNI baru berani melakukan pembersihan pohon tersebut.
Pemotongan pohon tumbang dengan menggunakan gergaji mesin dan alat pemotong lainnya berjalan dengan lancar tidak ada kendala yang dialami oleh warga.
Kepala Desa Tegalwaton Tri Wuryanto menjelaskan, pemotongan pohon baru dilaksanakan pada hari kesembilan karena menunggu hari baik, karena pohon jenis Doyo itu dikenal sebagai pohon yang angker. “Ini pohon sacral, di bawahnya ada situs Candi Sanjaya ( kerajaan Mataram Hindu) karena ada batu-batuan candinya yang ikut terangkat. Banyak ‘penunggunya’ ( mahkluk halus). Ini kan saya yang merawat, begitu tumbang kita biarkan dulu. Kalau orang Jawa itu, biar ada waktu jeda hari, kemudian kita koordinasikan dengan pihak cagar budaya,” kata Tri Wuryanto kepada para wartawan di lokasi, Selasa ( 30/1/2024).
Ditambahkannya, dengan tumbangnya pohon keramat itu, Candi Senjoyo yang merupakan cagar budaya yang berada di bawah akar pohon Doyo itu juga ikut terangkat setelah tumbang. Sehingga untuk melakukan pemotongan pohon harus dengan ijin pihak-pihak terkait. “Setelah ada ijin baru kita tangani hari ini,” imbuhnya.
Dikatakan Tri, tumbangnya pohon keramat tersebut karena hembapasan angin kencang yang terjadi pada Minggu (21/1) lalu, dimana angin bertiup sangat kencang sehingga pohon jenis Doyo yang ada komplek Sendang Senjoyo tersebut tumbang. “ Dalam beberapa minggu lalu, persisnya Minggu subuh angin bertiup sangat kencang dan saya mendapat kabar kalau pohon Doyo di Senjoyo tumbang,” kata Tri Wuryanto kepada wartawan di lokasi kejadian, Selasa ( 30/1/2024).
Dikatakan Tri, batang utama pohon yang tumbang itu nantinya tidak dievakuasi, dibiarkan di lokasi untuk dijadikan kenang-kenangan.” Batang pohon ini biar disini, kalau perlu kita bangun kita buatkan joglo ada beberapa potong, untuk kenang-kenangan.Itu pun kalau tidak lapuk. Kalau ranting dan dahannya sudah kita rapikan, kita fokus merapikan dan membersihkan di sendang sungai dulu,” katanya.
Dikatakan Tri pohon tersebut jenis pohon Doyo yang artinya kekuatan, sehingga ketika pohon doyo itu tumbang, maka kekuatannya pun hilang.” Namun bukan itu maknanya, maknanya pohon sebesar dan sekokoh ini pun bisa tumbang apalagi manusia, sehingga nilai yang bisa dipetik, kita tidak boleh adigang, adigung, adiguna,” pungkasnya. (deb)