JATENGPOS.CO.ID, SALATIGA– Tradisi nyadran merupakan kebiasaan turun temurun dari para leluhur yang hingga kini masih terus terjaga. Tradisi ini dilaksanakan dengan bersih-besih, berziarah dan berdoa ke makam leluhur menjelang bulan Ramadhan. Begitu juga dilakukan Pj Wali Kota Salatiga Yasip Khasani.
Selaku pimpinan di Salatiga menyempatkan waktunya untuk nyadran bersama masyarakat ke makam Kiai Rono Sentiko yang merupakan salah seorang laskar dan panglima perang Pangeran Diponegoro yang berada di kampung Prampelan RW 06, Kelurahan Blotongan, Salatiga, Minggu (3/3/2024).
Dalam kesempatan itu, setelah berdoa dan menabur bunga di makam, Pj Walikota yang didampingi Camat Sidorejo Agung Pitoyo, Lurah Blotongan Aga Prawidya dan Ketua RW setempat, mengatakan harapannya agar momen nyadran ini bisa dijadikan untuk mempererat tali silaturahmi antar warga agar selalu terjalin kebersamaan.
Yasip juga mengingatkan kepada masyarakat yang hadir di acara nyadran tersebut tentang pentingnya mengenang orang tua maupun leluhur kita yang sudah tidak ada.
“Karena jika kita bisa menyadari maka rasa syukur kita akan bertambah banyak bahwa kita masih diberi kesempatan untuk meneruskan apa yang menjadi cita-cita oleh beliau-beliau semua,” kata Yasip di hadapan warga yang ikut nyadran di makam Kiai Rono Sentiko.
Yasip juga menitip pesan agar masyarakat selalu berdoa untuk Kota Salatiga ini agar nantinya dalam ajang pemilihan kepala daerah mendapatkan pemimpin yang terbaik.
“Kita bersama-sama berdoa semoga pemimpin Salatiga ke depan merupakan pemimpin yang sholeh, pemimpin yang amanah, pemimpin yang mencintai masyarakatnya, pemimpin yang selalu mendoakan rakyatnya supaya makmur semua,” tandasnya.
Sementara itu, Singgih Nugroho, Ketua RW 06 Prampelan, mengatakan, Kiai Rono Sentiko adalah salah satu ulama yang juga berperan dalam perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro, yang juga membangun masjid Al-Atiiq di Kauman bersama Kiai Damarjati.
“Dari cerita turun temurun, beliau ini adalah salah satu jejaring laskar Diponegoro yang bersama-sama dengan Kiai Abdul Wahid dan juga Kiai Damarjati untuk menjadi bagian dari pasukan telik sandi, kalau bahasa sekarang ya tim intelijen lah,” ujarnya. (deb/muz)