JATENGPOS.CO.ID, TEMANGGUNG– Ketua DPRD Jawa Tengah (Jateng) Sumanto mendorong pengembangan budidaya Ayam Maron untuk memenuhi kebutuhan pasar dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Diketahui, Jateng memiliki varian ayam kampung unggulan yang produksi daging dan telurnya dikirim hingga Bekasi dan Pontianak.
Hal menggembirakan ayam varian tersebut saat ini dikembangkan di Taman Ternak Ayam Maron, Kabupaten Temanggung.
Ketua DPRD Jawa Tengah Sumanto mengatakan, inovasi di Taman Ternak Ayam Maron tersebut menghasilkan daging dan telur unggulan. Dengan adanya inovasi, produksi juga bisa meningkat pesat. Produksi telur Ayam Maron bisa mencapai 260 butir setahun.
Jauh melebihi ayam kampung yang dipelihara secara konvensional dimana hanya menghasilkan 60 butir per tahun. Sementara ayam broiler produksi telurnya rata-rata mencapai 200 butir setahun.
“Produksi daging Ayam Maron juga bisa dipanen dalam 60-70 hari. Sedangkan ayam kampung biasa baru bisa disembelih jika sudah berusia setengah tahun,” ujar Ketua DPRD Jawa Tengah Sumanto saat berkunjung ke Taman Ternak Ayam Maron, belum lama ini.
Sumanto menambahkan, selama ini daging dan telur ayam kampung menjadi komoditas unggulan karena rasanya enak dan harganya mahal. Namun produksi ayam kampung terbatas karena sebagian besar masih dipelihara masyarakat sebagai sambilan.
“Dari segi rasa dan kandungan lebih unggul ayam kampung. Ini menjadi tantangan bagaimana keunggulan ini terus ditingkatkan,” kata politisi PDI Perjuangan tersebut.
Taman Ternak Ayam Maron, lanjutnya, bisa menjadi percontohan untuk pengembangan ternak unggulan. Menurutnya, Jawa Tengah memiliki sejumlah Balai Peternakan yang sudah ada sejak zaman Belanda. Balai-balai tersebut bisa menjadi tempat berkembangnya riset dan inovasi. Nantinya, produk ayam kampung unggulan yang dihasilkan bisa ikut dipelihara oleh masyarakat dan meningkatkan perekonomian mereka.
Ditambahkan legislator DPRD Jateng terpilih di Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 dengan suara terbanyak se-Jateng yakni 170.579 suara ini, selama ini kebutuhan pasar banyak dipenuhi oleh ayam broiler yang diproduksi secara besar-besaran. Produksi telur ayam broiler Jateng sudah berlebih, bahkan ada yang dikirim hingga DKI Jakarta.
Namun kebutuhan ayam kampung juga tinggi karena dianggap lebih sehat. Telur ayam kampung selama ini juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan racikan jamu. Karena itu, ia mendorong banyak penelitian agar terus menghasilkan varian ternak unggulan.
“Produksi ayam kampung selama ini untuk memenuhi kebutuhan pedagang kaki lima saja masih kurang. Ayam kampung banyak dicari karena rasanya enak. Untuk menggenjot produksi riset perlu terus ditingkatkan. Selama ini lemahnya di riset karena mahal dan tak diberi anggaran,” ungkap legislator asal Karanganyar ini.
Menurut Sumanto, Jateng selama ini menjadi penyangga pangan nasional. Ia mendorong Pemprov Jawa Tengah memfokuskan sebagian anggaran ke sektor pertanian, peternakan dan perkebunan untuk memperkuat posisi tersebut.
Sumanto sejak menjabat Ketua Komisi B sudah konsen pada bidang tersebut. DPRD Jateng sendiri sudah membuat Perda Peningkatan dan Pengembangan Balai pada tahun 2022. Tujuannya agar balai-balai pertanian dan peternakan eksis, serta bisa mengelola pendapatan sendiri. Ia berharap ke depan balai menerapkan sistem Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) seperti rumah sakit.
“Balai-balai ini sudah terlupakan sejak lama. Ke depan Perda ini perlu digerakkan agar masyarakat tahu kalau beternak harus concern dimana. Sekarang ini banyak orang beternak belajar dari Youtube, padahal masyarakat perlu pendampingan dari pemerintah,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan) Jateng, Agus Wariyanto mengatakan provinsi ini menjadi salah satu lumbung ternak nasional. Populasi ayam kampung Jateng sebanyak 40 juta ekor dan menjadi yang tertinggi di Indonesia. Menurut Agus, dengan adanya inovasi, Taman Ternak Ayam Maron bisa menghasilkan telur dan daging berkualitas.
“Ayam kampung ini ayam lokal yang dekat dengan masyarakat, hampir semua memelihara di pedesaan. Pemda bisa mengembangkan ini untuk menggerakkan perekonomian rakyat dan meningkatkan konsumsi protein hewani,” ujarnya.
Taman Ternak Ayam Maron sendiri merupakan bagian dari Balai Budidaya dan Pembibitan Ternak Terpadu di Kabupaten Kendal. Ayam Maron sendiri merupakan produk kawin silang sehingga menghasilkan varian unggulan dan memberi nilai tambah.
“Selain produksi telur dan daging, Taman Ternak ini juga menghasilkan pakar di bidangnya. Ini merupakan upaya meningkatkan kapasitas SDM yang punya keilmuan dan terampil,” katanya.
Agus mengungkapkan, produksi Ayam Maron ini sudah dikirim hingga ke Bogor, Bekasi, dan Pontianak. Populasi di Taman Ternak tersebut mencapai 5.000 ekor dengan produksi telur 1.000 butir per bulan. Kapasitas produksi yang terbatas membuat pembeli harus inden. (ril/muz)