JATENGPOS.CO.ID, SUKOHARJO – Dalam satu bulan terakhir, Kabupaten Sukoharjo mencatat dua kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada sapi. Meski jumlahnya terbilang kecil, kekhawatiran masyarakat, khususnya peternak dan pedagang ternak, terus meningkat.
Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo pun bergerak cepat dengan intensifikasi pemantauan di pasar sapi Bekonang, yang biasanya ramai setiap pasaran Kliwon, serta di peternakan-peternakan lokal.
Bagas Windaryatmo, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo, mengungkapkan bahwa tren PMK menunjukkan peningkatan.
“Kami berupaya mengamankan lalu lintas ternak, terutama melalui pasar hewan. Saat ini kami mendapati indikasi beberapa ternak menunjukkan gejala PMK. Langkah tegas langsung diambil, yaitu memulangkan ternak tersebut agar tidak menular ke ternak lainnya,” jelas Bagas saat melakukan pemantauan dan vaksin di Pasah Hewan Bekonang, Jumat (3/1).
Ia menambahkan bahwa rata-rata jumlah sapi di pasar Bekonang mencapai 180–200 ekor. Namun, sejak kemunculan kasus PMK, jumlahnya anjlok hingga kurang dari setengah. Bahkan ada wacana penutupan pasar sapi jika kasus terus meningkat.
Dinas Pertanian Sukoharjo terus berupaya maksimal dengan menyebar 12 tim kesehatan hewan untuk vaksinasi, pengobatan, dan pendataan di lapangan. Masyarakat diminta menjaga kebersihan kandang, melaporkan kasus mencurigakan, dan menghindari lalu lintas ternak yang tidak diawasi.
“Kami berharap dengan kerjasama antara pemerintah, peternak, dan pedagang, wabah PMK ini bisa terkendali. Pasar sapi Bekonang dan peternakan lokal harus kembali normal tanpa risiko penyebaran penyakit,” pungkas Bagas.
Drh. Erny Prasetyaningrum, salah satu dokter hewan dari Dinas Pertanian Sukoharjo, menjelaskan gejala PMK yang harus diwaspadai oleh peternak. “Gejala utama PMK antara lain air liur berlebihan, luka di mulut seperti sariawan, hidung seperti pilek, dan kaki pincang. Jika menemukan gejala ini, segera lapor ke dinas,” ujarnya.
Ia juga menyarankan pemberian suplemen tambahan seperti campuran telur, gula jawa, dan kecap untuk meningkatkan imunitas ternak, sambil menunggu ketersediaan vaksin yang saat ini terbatas. Hingga akhir 2024, hanya tersedia 250 dosis vaksin PMK di Sukoharjo.
Dampak PMK dirasakan langsung oleh para pedagang sapi. Kasiman, seorang pedagang dari Grogol, mengaku penjualan sapinya turun hingga 70% dalam tiga minggu terakhir. Hal serupa diungkapkan Anto, pemilik Adi Barep Farm di Polokarto.
“Pasar sapi Bekonang sekarang sangat sepi. Penjualan turun drastis hingga 80%, harga sapi potong anjlok 3–4 juta per ekor. Kami sementara menutup kandang dari pemasukan sapi baru untuk menghindari penularan,” keluhnya.
Saat pemantauan di pasar yang ada setiap pasaran Kliwon ini Dinas Pertanian terpaksa memulangkan dua ekor sapi yang terindikasi kena penyakit PMK.
Wabah PMK tidak hanya menjadi ancaman kesehatan hewan, tetapi juga berimplikasi pada ekonomi lokal. Tindakan cepat, keterbukaan informasi, serta koordinasi lintas wilayah menjadi kunci untuk mengatasi tantangan ini.(dea)