JATENGPOS.CO.ID, SALATIGA– Bengkel Hijrah Iklim (BHI), program pelatihan kepemimpinan lingkungan yang ditujukan bagi generasi muda Muslim, memasuki tahun ketiganya pada 2025 ini. Sebanyak dua puluh peserta dari berbagai daerah di Indonesia telah terpilih untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini.
BHI merupakan inisiatif dari Muslims for Shared Action on Climate Impact (MOSAIC), sebuah kolaborasi umat Islam untuk Indonesia yang lebih lestari. Aldy Permana, Project Leader BHI dari Purpose, menjelaskan bahwa tahun ini pelatihan berfokus pada tema transisi energi berkeadilan.
“Selama hampir satu minggu, peserta belajar tentang transisi energi berkeadilan dari perspektif Islam, manajemen kampanye, dan diharapkan mereka dapat melawan misinformasi dan disinformasi saat kembali ke komunitas mereka. Mereka juga mempelajari konsep filantropi Islam dalam konteks transisi energi berkeadilan,” ungkap Aldy.
Peserta Bengkel Hijrah Iklim terdiri dari individu dengan latar belakang dakwah berusia antara 23 hingga 40 tahun. Selain berprofesi sebagai ustadz dan ustadzah, mereka juga memiliki pengalaman sebagai penulis, komikus, dan influencer di media sosial.
“Riset Purpose tentang Iklim dan Audiens Muslim menunjukkan bahwa umat Islam lebih mempercayai pemimpin agama dibandingkan pemerintah. Oleh karena itu, kami mengajak mereka untuk menjadi pemicu percakapan tentang isu lingkungan di daerah masing-masing,” tambahnya.
Qaem Aulassyahied dari Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah, salah satu fasilitator, menekankan pentingnya memahami fikih transisi energi berkeadilan.
“Penting untuk membumikan konsep Islam yang berkaitan dengan alam dan relasinya dengan manusia, terutama dalam konteks transisi energi berkeadilan. Tanpa upaya ini, isu-isu tersebut sulit dikenali dan dipahami oleh masyarakat,” jelasnya.
Fasilitator lainnya, Reka Maharwati dari Enter Nusantara, membagikan pengalaman sukses program Sedekah Energi di Yogyakarta dan Lombok.
“Kami juga mengajak peserta untuk mengeksplorasi Green ZISWAF (Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf), melihat bagaimana filantropi Islam dapat berkontribusi pada isu lingkungan. Beberapa peserta telah mengimplementasikan inisiatif seperti sedekah air, sayur, dan bibit,” kata Reka.
Selain mempelajari materi tersebut, peserta juga diajak memahami teknik berkampanye dan pengorganisasian. Didit Haryo Wicaksono dari AktivAsia menjelaskan, “Kegiatan syiar tidak berbeda dengan kampanye. Kami mengajarkan prinsip dasar kampanye dan bagaimana mengorganisir para peserta untuk menyebarkan pesan ini.”
Usai pelatihan ini para peserta akan mendapatkan mentoring untuk membuat inisiatif aksi iklim mandiri mereka. Selain itu mereka akan mendapatkan dukungan finansial yang akan membantu untuk menginkubasi dan menjadi katalis bagi program mereka selama 2-3 bulan.
Dengan pelatihan ini, Bengkel Hijrah Iklim berharap dapat melahirkan pemimpin muda yang mampu menyebarkan kesadaran akan pentingnya transisi energi berkeadilan dalam perspektif Islam, serta menginspirasi tindakan nyata di komunitas mereka. (muz)