JATENGPOS.CO.IDSOLO – PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk (OBAT) pabrik maklon yang ada di Kabupaten Sukoharjo menegaskan komitmennya sebagai pionir industri biofarmaka nasional dengan mengukuhkan posisi melalui inovasi produk dan ekspansi infrastruktur produksi.
PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk merupakan pabrik jamu dan herbal pertama di Sukoharjo yang berhasil melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham OBAT. Perseroan kini mengelola aset bernilai ratusan miliar rupiah, dan terus memperkuat posisinya di industri dengan pabrik modern berfasilitas lengkap dan berstandar tinggi.
OBAT meresmikan pabrik baru di Tawangsari, Sukoharjo, berdiri di atas lahan seluas 1.060 m² dengan luas bangunan dua lantai mencapai 1.500 m². Pabrik ini dilengkapi dengan laboratorium fisika, kimia, dan mikrobiologi berstandar tinggi.
Fasilitas ini memiliki kapasitas produksi hingga 750.000 kapsul dan 1.000 liter cairan per hari. Produk yang dihasilkan mencakup suplemen herbal dalam berbagai bentuk seperti kapsul, cairan, serta kemasan strip dan botol.
“Pabrik ini menjadi fondasi ekspansi kami. Dengan fasilitas baru ini, kami menargetkan pendapatan tembus Rp250 miliar pada tahun ini,” ungkap Machmud Lutfi Huzain, owner sekaligus komisaris utama, seusai RUPST di Solo, Kamis (10/4).
Diketahui perseroan yang didirikan sejak 2018 ini baru saja memperoleh hak paten atas sejumlah produk unggulan berbasis spirulina serta meresmikan pabrik baru yang memperkuat kapasitas produksinya.
Direktur Utama PT Brigit Biofarmaka Teknologi, Is Heriyanto, mengungkapkan bahwa pada akhir 2024, perusahaan berhasil mengantongi paten untuk dua produk berbasis spirulina, yakni susu spirulina dan neoalgae spirulina, hasil pengembangan tim riset internal.
“Kami tidak hanya fokus pada penjualan, tetapi juga pada nilai tambah melalui riset. Spirulina adalah superfood masa depan, dan kami ingin menjadi pelopor di sektor ini,” ujar Heriyanto.
Tak hanya itu, pada 22 Januari 2025, OBAT juga berhasil memperoleh hak paten atas teknologi TreeAlgae, sebuah alat inovatif penyerap karbon dan pemurni udara berbasis alga yang pertama di Indonesia.
“Teknologi TreeAlgae adalah bukti bahwa biofarmaka juga bisa berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim,” tambah Heriyanto.
Langkah strategis ini sejalan dengan performa keuangan 2024 yang mencatat peningkatan penjualan hingga 111 persen menjadi Rp120 miliar dan lonjakan laba komprehensif sebesar 156 persen, didorong oleh tren positif pada produk herbal dan fungsional.
Terkait dengan keputusan pembagian dividen sebesar 100 persen dari laba bersih 2024, Komisaris Utama Machmud Lutfi Huzain menyatakan bahwa langkah tersebut adalah bentuk penghargaan kepada para pemegang saham atas kepercayaan mereka selama ini.
“Keputusan pembagian dividen penuh ini mencerminkan soliditas keuangan perusahaan dan keyakinan kami terhadap prospek pertumbuhan jangka panjang,” kata Machmud dalam public expose.
Adapun pembagian dividen OBAT nilainya Rp49,04 per lembar saham atau setara Rp29,4 miliar dari 600 juta lembar saham beredar. (dea)