JATENGPOS.CO.ID, SALATIGA – Wali Kota Salatiga Robby Hernawan menekankan, penamaan RSUD Salatiga tidak hanya sekadar semangat untuk memberi identitas, tetapi juga harus berakar pada konteks kesehatan dan sejarah daerah tersebut.
Dengan mengaitkan nama-nama historis dan tokoh kesehatan, ada harapan untuk menciptakan ikatan emosional antara institusi dan masyarakat yang dilayaninya, dan hal itu menciptakan rasa kepemilikan dan keterikatan dari masyarakat terhadap fasilitas kesehatan yang ada.
Robby menandaskan hal tersebut pada Forum Konsultasi Publik (FKP) tentang Layanan Kesehatan, Nama dan Hari Jadi RSUD Kota Salatiga yang berlangsung di Aula RSUD, Rabu (30/4/25).
Menurut Robby, konsep pemberian nama rumah sakit di Salatiga harus tematik dan relevan dengan aspek kesehatan maupun sejarah di Kota Salatiga. Penyebutan nama-nama tokoh penting, seperti dr. Subarkat dipertimbangkan sebagai representasi dari perjalanan dan jasa mereka dalam bidang kesehatan masyarakat. Nama Damarjati juga dipertimbangkan sebagai tokoh sejarah Kota Salatiga yang juga sudah dikenal masyarakat. Usulan nama Sida Dewi oleh tim dari UKSW juga menjadi masukan dalam pemilihan nama.
“Proses ini bertujuan menciptakan kesinambungan antara nama, sejarah, dan penerimaan masyarakat terhadap rumah sakit tersebut. Pemilihan nama ini tidak perlu mendepankan keistimewa masing-masing. Tapi kita ingin lebih memenangkan bagaimana masyarakat itu bisa menerima, bagaimana nama yang kita carikan bisa menjadi simbul pelayan kesehatan kepada masyarakat,” jelas Robby.
Selanjutnya Robby memberikan apresiasi kepada RSUD, karena meskipun telah menerima penghargaan tertinggi yang tidak semua rumah sakit memperolehnya yakni Akreditasi Paripurna, tetapi masih terus melakukan perbaikan demi perbaikan guna memenuhi harapan masyarakat. Selain melalui penyelenggaraan FKP, RSUD juga telah merespon cepat hasil inspeksi mendadak yang dilakukannya pada 9 April lalu, terutama dalam aspek peningkatan pelayanan poliklinik.
RSUD juga harus aktif mempromosikan layanan atau inovasi yang telah dikerjakan. Sebab, sebaik apapun layanan yang diberikan, tidak akan ada artinya jika tidak tersampaikan dan dimanfaatkan langsung oleh masyarakat.
“Pertahankan yang sudah baik, dan tingkatkan elemen-elemen yang masih perlu untuk dibenahi. Manfaatkan kegiatan FKP sebagai momentum untuk me-review optimalisasi peran RSUD selama ini. Perkuat komitmen untuk selalu memberikan yang terbaik, tidak hanya sesuai standar operasional prosedur rumah sakit, tetapi juga sesuai standar kepuasan masyarakat,” tandasnya.
Sementara, Direktur RSUD Kota Salatiga, dr. Riani Isyana Pramasanthi mengungkapkan, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun mengamanatkan bahwa, penyelenggara pelayanan publik wajib mengikut sertakan masyarakat dalam usaha membangun sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang adil, transparan, dan akuntabel. Untuk itu RSUD mengundang Wali Kota, Ketua DPRD, Sekretaris Daerah Camat, Lurah, Ketua LPMK, tokoh agama, wartawan serta akadenisi untuk terus memberikan dukungan kepada RSUD Kota Salatiga dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
“Pada kesempatan ini kami juga akan menyampaikan hasil penelitian sejarah berdirinya RSUD Kota Salatiga oleh tim peneliti dari Universitas Kristen Satya Wacana serta bermaksud meminta pendapat serta usulan mengenai nama dan tanggal lahir berdirinya RSUD Kota Salatiga,” kata Riani. ( deb)