26 C
Semarang
Kamis, 13 November 2025

Santri Didorong Tampil sebagai Pelopor Dakwah Digital



JATENGPOS.CO.ID, TEMANGGUNG — Lebih dari seratus santri dari berbagai pondok pesantren di Kabupaten Temanggung mengikuti Seminar Digital Santri: Aman, Bijak, dan Bermoral di Dunia Maya yang diadakan Ditjen Pontren Kementerian Agama bekerja sama dengan UIN Walisongo Semarang yang digelar di Kabupaten Temanggung, Kamis (13/11/2025).

Acara menghadirkan Wibowo Prasetyo, Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan dari Dapil Jawa Tengah VI; Fatah Syukur, Dekan FITK UIN Walisongo; dan Zaenal Sukawi, Rektor Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Wonosobo.

Menurut Wibowo, santri tidak boleh hanya menjadi penonton dalam arus teknologi digital, melainkan harus tampil sebagai pelopor dakwah digital. Ia menekankan bahwa era digital telah menjadi ruang baru pembentukan cara pandang, perilaku, dan nilai masyarakat. Karena itu, santri perlu hadir untuk menjaga ruang maya tetap beradab dan bermakna.

“Santri hidup di tengah derasnya arus informasi. Tantangannya bukan apakah kita punya akses internet, tetapi apakah kita mampu menyaring informasi yang benar, bersanad, dan tidak menyesatkan. Kompetensi spiritual menjadi pemandu utama agar kita tetap aman dan bermoral dalam dunia maya,” ujar Wibowo.

Ia memaparkan bahwa penetrasi internet di Indonesia berdasar data yang ada telah mencapai sekitar 80% populasi, dengan lebih dari 229 juta pengguna internet. Generasi Z—kelompok usia yang mendominasi pesantren—memiliki tingkat akses internet hingga sekitar 87%.

“Ini berarti ruang dakwah santri kini melebar. Media sosial bukan semata hiburan, tetapi ladang dakwah yang strategis,” jelasnya.

Indonesia juga menjadi salah satu kekuatan besar di peta media sosial dunia. Indonesia berada di peringkat kedua pengguna TikTok terbesar di dunia, keempat terbesar pengguna Instagram, dan ketiga terbesar pengguna Facebook.

“Dengan jumlah pengguna sebesar itu, santri memiliki peluang besar mempengaruhi percakapan digital menuju hal-hal yang mencerahkan,” tegas Wibowo.

Zaenal Sukawi, Rektor Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ), menegaskan bahwa etika digital dalam perspektif Islam bersandar pada lima prinsip maqāṣid al-syarī‘ah: menjaga agama (Hifḍul Dīn), menjaga jiwa (Hifḍun Nafs), menjaga harta (Hifḍul Māl), menjaga akal (Hifḍul ‘Aql), dan menjaga keturunan serta martabat manusia (Hifḍun Nasl).

Kelima prinsip tersebut, menurutnya, sangat relevan sebagai panduan santri dalam bertindak aman, bijak, dan bermoral saat bermedia digital.

Ia menjelaskan bahwa menjaga agama berarti menghindari konten yang menyesatkan atau merusak akidah; menjaga jiwa berarti tidak memproduksi ataupun membagikan konten yang menyakiti orang lain; dan menjaga harta menuntut kewaspadaan terhadap penipuan daring, pencurian data, serta transaksi digital yang tidak aman.

“Inilah pagar syariah yang membuat aktivitas digital tetap berada dalam jalur maslahat,” katanya.

Zaenal Sukawi juga menegaskan bahwa menjaga akal berarti memastikan konsumsi informasi yang benar dan menyehatkan cara berpikir, sedangkan menjaga martabat manusia mengarahkan santri agar tidak menyebarkan konten yang melanggar kesusilaan atau merendahkan harkat seseorang.

Para santri tampak antusias mengikuti seminar. Materi mengenai adab digital, hoaks, keamanan data, hingga peluang kreatif menghasilkan konten dakwah disimak dengan serius. Banyak peserta mencatat penjelasan tentang bagaimana menghadirkan nilai-nilai pesantren dalam ruang digital tanpa kehilangan akhlak dan sanad keilmuan.

Acara ditutup dengan ajakan agar santri Temanggung menjadi generasi yang cakap teknologi sekaligus kuat akhlak dan mendalam spiritualitasnya. Wibowo menegaskan bahwa pesantren memiliki peran strategis dalam membentuk “mujahid digital”, yakni generasi yang siap menjaga wajah Islam tetap teduh, bijak, dan mencerahkan di dunia maya.(*)



TERKINI


Rekomendasi

...