JATENGPOS.CO.ID, MAGELANG — Paham ideologi transnasional yang mengusung konsep negara berbasis agama dinilai tidak sejalan dengan jati diri bangsa Indonesia. Keberadaan ideologi tersebut harus ditolak karena bertentangan dengan konsensus nasional yang sejak awal menjadikan Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hal itu disampaikan dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan yang digelar di Mangunsari, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Dalam forum tersebut ditegaskan bahwa Pancasila merupakan kesepakatan final para pendiri bangsa yang tidak dapat digantikan oleh ideologi apa pun.
“Sejak negara ini berdiri, para ulama, tokoh agama, cendekiawan, dan pemuda telah bersepakat menjadikan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Jika ada upaya mengganti ideologi negara selain Pancasila, maka hal itu harus kita tolak bersama,” ujar anggota MPR RI, Wibowo Prasetyo.
Ia menegaskan, kemajemukan Indonesia merupakan realitas yang tidak bisa dinafikan. Keragaman suku, agama, bahasa, dan budaya justru menjadi kekuatan bangsa yang dipersatukan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
“Indonesia ini tidak dibangun untuk satu golongan atau satu tafsir agama tertentu. Kita berbeda-beda, dan perbedaan itu harus saling dihormati, bukan dipaksakan,” kata politisi Dapil Jawa Tengah VI ini.
Menurutnya, nilai toleransi dan gotong royong harus terus dipelihara dalam kehidupan bermasyarakat agar persatuan tetap terjaga. Sikap saling menghormati dan bekerja sama menjadi fondasi penting dalam menciptakan kehidupan sosial yang rukun dan damai.
“Dalam budaya Jawa ada nilai tepo sliro, saling tenggang rasa, serta rukun agawe santoso yang mengajarkan bahwa kerukunan akan membawa kekuatan dan kesejahteraan bersama,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa Pancasila telah berulang kali diuji oleh berbagai upaya untuk menggantinya, namun tetap bertahan sebagai ideologi bangsa.
“Sejarah membuktikan, berbagai upaya mengganti ideologi bangsa tidak pernah berhasil. Pancasila tetap kokoh dan relevan sebagai pemersatu bangsa Indonesia,” tegasnya.
Sementara itu, pembicara lainnya, Alexa Hersi Krisnawati, menilai nilai-nilai kebangsaan sejatinya telah lama hidup dalam kebudayaan masyarakat Indonesia. Tradisi-tradisi lokal dinilai menjadi medium penting dalam menanamkan toleransi dan kebersamaan.
“Tradisi seperti nyadran atau kenduri mengajarkan kita untuk saling menghormati tanpa melihat perbedaan agama, suku, maupun latar belakang. Semua berkumpul dengan tujuan yang sama,” katanya.
Menurut dia, budaya gotong royong dan tradisi dialog antarmasyarakat juga menjadi cerminan kuat nilai Empat Pilar Kebangsaan.
“Budaya cangkrukan atau dialog dari hati ke hati menunjukkan bahwa musyawarah dan kebersamaan sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat kita. Karena itu, Empat Pilar Kebangsaan tidak bisa digantikan oleh ideologi atau paham lain,” pungkasnya.








