JATENGPOS.CO.ID, DEMAK – Menjelang perayaan Grebeg Besar Demak, salah satu tradisi yang wajib dilakukan para petinggi dan pejabat di Kabupaten Demak adalah berziarah ke makam raja-raja di Demak dan makam Kanjeng Sunan Kalijaga di Kadilangu. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap tahun menjelang perayaan kegiatan Grebeg Besar. Hal tersebut ditegaskan oleh Pj Sekda Kabupaten Demak Drs Eko Pringgolaksito kepada wartawan kemarin. Hanya saja pada saat pandemic dua tahun kemarin, kegiatan ini urung dilakukan dan baru terlaksana pada tahun ini.
Ziarah di makam raja-raja ini sendiri dihadiri langsung oleh Bupati Demak Hj dr Eistianah dan Wakil Bupati KH Ali Makhsun, Pj Sekda, jajaran Forkopimda, para kepala dinas dan OPD.
Kepada wartawan, bupati Demak menjelaskan bahwa sebelum kegiatan ziarah di makam raja-raja ini, beberapa hari sebelumnya mereka mengadakan pisowanan atau bersilaturahmi ke kasepuhan di Kadilangu. Tujuan pisowanan ini sendiri selain silaturahmi adalah untuk mengabarkan bahwa Pemda bermaksud mengadakan kembali tradisi Grebeg Besar Demak yang sudah ada sejak jaman Sunan Kalijaga.
“Sebelumnya kami juga sudah melakukan pisowanan ke kasepuhan di Kadilangu, hal ini kita lakukan untuk minta doa restu untuk mengadakan grebeg besar. Dan tentunya tujuan semua kegiatan ini adalah untuk menguri-uri kebudayaan warisan leluhur kita. Jangan sampai hilang dimakan jaman karena kita tidak mampu menjaganya dan bisa diteruskan oleh pemerintahan selanjutnya,” tutur Eistianah.
“Dan hari ini kita melakukan ziarah ke makam para raja di masjid agung Demak dan dilanjutkan dengan ziarah ke makam Kanjeng Sunan Kalijaga di Kadilangu,” imbuh Eistianah.
Sebelumnya juga dilakukan balenan atau kunjungan balasan dari pihak kasepuhan ke kediaman Bupati di pendopo Kabupaten Demak.
Ziarah ke makam raja ini sendiri merupakan bagian dari rangkaian acara Grebeg Besar yang dilakukan setahun sekali pada bulan Dzulhijah oleh masyarakat Muslim di Masjid Agung Demak. Bentuk kegiatannya adalah ziarah ke makam para sultan Kasultanan Demak dan ke makam Sunan Kalijaga.
Kemudian pada malam hari menjelang tanggal 10 Dzulhijah, diadakan acara Tumpeng Sanga dan di Kadilangu diadakan slamatan Ancakan. Selanjutnya pada paginya atau tanggal 10 Dzulhijah, masyarakat melaksanakan sholat Idul Adha di Masjid Agung Demak, dan dilanjutkan dengan kirab prajurit patangpuluhan dan ratusan bendi serta diakhiri dengan ritual utama dalam Grebeg Besar Demak berupa penyucian benda pusaka milik Sunan Kalijaga berupa kutang Ontokusumo dan keris kyai Carubuk.
Untuk makam di kompleks Masjid Agung Demak yang diziarahi bupati, adalah makam sultan Demak yang pertama yaitu Sultan Demak I Raden Patah, Sultan Demak II Raden Pati Unus, dan Sultan Demak III Raden Trenggono.
Selain para sultan, disini juga terdapat makam para pangeran dan istri, seperti Putri Champa, hingga Syekh Maulana Maghribi. Putri Champa sendiri berasal dari Kerajaan Champa di Vietnam dan merupakan ibunda dari Raden Patah.
Yang menarik, bentuk batu nisan di komplek makam ini berbeda-beda ukuran dan warnanya. Ada yang berwarna putih, ada pula yang cokelat. Makam Raden Patah sendiri berwara cokelat muda dan lebih tinggi dari makam lain.
Perlu diketahui bahwasannya makam yang berada dalam cungkup adalah makam raja ke III, yaitu makam Raden Trenggono, sedangkan untuk makam Raja I dan II berada diluar cungkup rumah joglo. Hal ini dikarenakan Raden Patah tidah berkenan untuk dibuatkan cungkup karena beliau suka dengan kesederhanaan. (*)