Kondisi Terkini RS Al-Shifa Gaza Makin Kritis, Bak ‘Banjir Darah’

Kondisi terkini RS Al-Shifa Gaza makin Kritis, WHO: Bak 'Banjir Darah'. FOTO:IST/REUTERS

JATENGPOS.CO.ID, GAZA CITY– Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Minggu (17/12/2023) mengungkapkan kondisi Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza utara, kini seperti ‘banjir darah’. Hal ini menggambarkan kondisi unit gawat darurat di rumah sakit tersebut hancur akibat pemboman israel, hingga membutuhkan resusitasi.

Tim dari WHO dan badan-badan PBB lainnya berhasil mengirimkan pasokan medis pada hari Sabtu ke rumah sakit tersebut. Dalam pernyataannya, WHO menyebut puluhan ribu pengungsi menggunakan gedung dan lahan RS untuk berlindung.

Kondisi di sana sangat memprihatinkan. Para pengungsi kekurangan air minum dan makanan yang sangat parah.

“Tim tersebut menggambarkan unit gawat darurat seperti ‘banjir darah’ dengan ratusan pasien yang terluka di dalam, dan pasien baru datang setiap menitnya,” kata WHO yang dikutip dari Al-Arabiya, seperti dilansir dari detikcom, Senin (18/12).

iklan
Baca juga:  Secara Global Pertambahan Kasus Covid-19 Melampaui Di China

“Pasien dengan luka trauma sedang dijahit di lantai (dan) tidak ada obat bius yang tersedia,” sambungnya.

Rumah sakit tersebut berfungsi dalam skala minimal, dengan staf yang sangat sedikit. WHO mengungkapkan para pasien yang kritis langsung dipindahkan ke Rumah Sakit Al-Ahli untuk menjalani operasi.

“Ruang operasi tidak berfungsi karena kekurangan oksigen dan pasokan. Ini adalah ‘rumah sakit yang membutuhkan resusitasi’,” terang tim WHO.

“Hanya 30 pasien yang dapat menerima cuci darah setiap hari,” lanjut dia.

Semua infrastruktur kesehatan di Jalur Gaza telah terkena dampak parah akibat pemboman dan operasi darat yang dilakukan oleh tentara Israel.

WHO mengatakan akan memperkuat Al-Shifa dalam beberapa minggu mendatang, agar dapat melanjutkan layanan dasar.

Baca juga:  PBB Putuskan Selidiki Pelanggaran Israel di Gaza

“Hingga 20 ruang operasi di rumah sakit, serta layanan perawatan pasca operasi, dapat diaktifkan jika diberikan pasokan bahan bakar, oksigen, obat-obatan, makanan, dan air secara teratur,” kata WHO.

Serangan Israel telah menewaskan sebanyak 18.800 warga Palestina di Jalur Gaza. Dari 18.800 korban tewas itu, mayoritas merupakan wanita dan anak-anak.

Dilansir CNN, Senin (18/12/2023), Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 70% warga Palestina yang tewas di wilayah tersebut selama perang adalah perempuan dan anak-anak

“Sekitar 18.800 warga Palestina, 70% di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, meninggal di Gaza antara 7 Oktober hingga 15 Desember,” kata Kementerian Kesehatan Palestina di Ramallah dalam sebuah pernyataan pada Minggu.

Baca juga:  Bayern Muenchen Bantai Dortmund Setengah Lusin Gol

Sementara itu, lebih dari 300 pekerja sektor kesehatan, 86 jurnalis, 135 pegawai Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat dan sekitar 35 kru pertahanan sipil termasuk dalam jumlah korban tewas. Kementerian setempat menambahkan bahwa lebih dari 51.100 orang dilaporkan terluka dan sejumlah orang lainnya belum ditemukan.

Kementerian kemudian mengatakan dalam laporannya bahwa hanya delapan dari 36 rumah sakit yang berfungsi sebagian di daerah kantong tersebut. Akibatnya, tingkat hunian telah melonjak menjadi 206% di bagian rawat inap dan 250% di unit perawatan intensif.

CNN tidak dapat memverifikasi angka-angka ini secara independen. Kementerian mendasarkan angkanya pada data yang diterima dari rumah sakit di Gaza yang dikuasai Hamas. (dtc/muz)

iklan