MAKKAH. JATENGPOS.CO.ID- Jamaah calon haji Indonesia di Arab Saudi tahun 2023 mengeluhkan informasi tidak adanya jatah makan selama 4 hari, H-1 dan H+3 Armuzna (9-13 zulhijah).
Itu disebabkan pada hari-hari itu akses lalu lintas angkutan tidak bisa masuk ke hotel-hotel pemondokan jamaah karena 2,5 juta orang sudah masuk Makkah untuk wukuf. Selain itu juga akibat jatah makan 66 kali sudah habis.
Bejan Syahidan, wartawan Jateng Pos dari Makkah Almukarromah, melaporkan, informasi tidak adanya jatah makan itu disampaikan petugas haji Indonesia di Arab Saudi, saat manasik/pembekalan di musholla hotel Rose Garden di Misfalah Makkah, Senin 12 Juni 2023.
Khamim Budiarto, Ketua Rombongan (Karom) 8 Kloter 8 dari Semarang mengatakan, informasi yang mendadak itu sangat mengagetkan. Sebab akan ada 4 hari jamaah tidak dapat jatah makan dari panitia. Sementara dari awal jamaah tidak siap untuk membawa bekal dari tanah air.
“Kalau mendadak begini, lalu selama 4 hari nanti jamaah makan dari mana? Sementara dari awal di tanah air tidak diberi tahu, kalau diberi tahu kan bisa membawa bekal dan alat masak,”keluhnya di depan petugas.
Selain itu, kata Khamim, untuk membeli makanan sendiri tidak mudah. Selain barangnya belum tentu ada setiap waktu, jamaah yang membutuhkan sebanyak 229 ribu jamaah dari Indonesia (221 + kuota tambahan 8 ribu). Pasti akan berebut mencari makanan di pasar.
“Perut kita ini perut nasi, tidak bisa kalau hanya diganti roti, mie, atau snack. Karena itu, kami mengusulkan petugas haji mencari jalan keluar, apakah 4 hari itu kita diorderkan makan dari pihak lain atau katering biasanya. Kalau harus membayar lagi kita bayar tidak apa-apa, yang penting ada,”pintanya.
Alul, petugas Haji Indonesia yang juga Ketua Kloter SOC 8 (embarkasi Solo), dalam forum manasik itu menjelaskan, informasi tidak adanya jatah makan 4 hari itu disampaikan dari Kemenag Pusat juga mendadak. Soal keluhan dan solusi juga sudah disampaikan. Tapi jawaban pusat belum ada.
“Intinya, jatah makan kita itu 66 kali. Sampai 40 hari haji, ada 4 hari yang tidak ada jatah. Yaitu H-1 (8 zulhijah) dan H+3( 14,15,16 zulhijah). Di hari-hari itu kami sarankan jamaah mengatasinya sendiri. Misal beli mie, atau masak, atau beli makanan matang,”jelasnya.
Tetapi menurut Alul, selama menjalani Armuzna 5 hari, (tanggal 9,10,11,12,13 zulhijah), jamaah tetap mendapat jatah makan. Armuzna adalah saat wukuf di Arofah, mencari kerikil di Muzdalifah, dan melempar zumroh di Mina. Disingkat Armuzna (Arofah, Muzdalifah, Mina).
“Jadi yang tidak dapat jatah makan itu 1 hari sebelum ke Arofah, sama 3 hari setelah melempar zumroh. Selama rangkaian Armuzna tetap dapat makan,”imbuhnya.
Menyikapi tidak adanya jatah makan itu, setiap kloter kelabakan. Karena umumnya tidak membawa bekal dari rumah. Selama manasik di tanah air juga tidak diberi tahu. Yang pernah disampaikan Kemenag Kota Semarang bahwa jatah makan semula dua kali. Tetapi akhirnya diputuskan menjadi 3 kali. Sehingga jamaah merasa aman dan tidak membawa bekal.
“Sebagai antisipasi, kita berusaha beli mie instan kalau ada. Kalau setiap jamaah makan sehari tiga kali, maka dikalikan 4 hari, akan butuh 12 mie instan per orang. Cuma masalahnya kita tidak membawa alat masaknya. Atau beli pop mie tinggal seduh, air panasnya pakai teko pemanas milik hotel,”kata Khamim Budiarto. (jan)