28.8 C
Semarang
Senin, 7 Juli 2025

Literasi Rendah, Masyarakat Masih Anggap Kental Manis Gantikan Susu

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Indonesia dikatagorikan sebagai negara dengan konsumsi susu rendah. Perkiraannya, asupan spesifik negara kurang dari 30 kg atau 29,1 liter per kapita/tahun. Ironisnya, kondisi tersebut diperparah dengan rendahnya literasi masyarakat terkait produk susu yang dikonsumsi.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), Susu Kental Manis (SKM) ternyata masih menjadi salah satu favorit untuk dibuat minuman orang Indonesia. Masih banyak juga orang tua yang memberikan SKM kepada anak-anaknya, dengan pertimbangan karena mereka menganggap jika SKM adalah susu yang bervitamin.

Ketua Harian YAICI Arif Hidayat mengatakan, temuan BPOM pada tahun 2018 sangat mengejutkan, karena mengungkap jika bahan dasar SKM, 45 persennya adalah sukrosa atau gula. Sehingga, jika dikomsumsi anak-anak, maka anak akan cepat merasa kenyang.

“Akibatnya, anak-anak enggan mengkonsumsi asupan gizi yang lain, sehingga terjadi kekurangan nutrisi yang berpotensi menyebabkan stunting,” terangnya pada workshop literasi gizi buruk di Kota Semarang, Jumat (16/9).

Baca juga:  Beri Apresiasi Peraih Medali Sea Games

Dia menjelaskan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis. Kondisi paling parah dari stunting adalah terhambatnya pertumbuhan otak yang pada manusia akan berhenti pada usia 2 tahun.

YAICI, kata Arif, memiliki konsentrasi dalam pendidikan,kesehatan, dan lingkungan. Anak merupakan generasi yang penting untuk dijaga kesehatannya, sehingga orang tua perlu memiliki literasi gizi.

”Literasi yang salah tentang SKM sudah terjadi di Indonesia selama satu abad. Semua terhenyak dengan temuan BPOM pada tahun 2018, padahal selama ini sudah memperlakukan SKM sebagai susu yang diperkuat dengan iklan dan brand yang mendukungnya,” urainya.

Pada Editorial Briefing yang diselenggarakan kali ini, YAICI mengangkat tema “Kejar Target Penurunan Stunting, Realistis atau Politis?” dengan pembicara Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat SE MM dan Bendahara Majelis Kesehatan Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, Erniza Hafidzh SKm.

Baca juga:  Penjualan Rumah Mewah Laris Manis

Menurutnya, sebagaimana diketahui saat ini kondisi kesehatan di Indonesia menghadapi masalah tiga beban malnutrien, kelebihan berat badan atau obesitas, kekurangan gizi atau wasting, dan defisiensi mikronutrien.

”Pemerintah sendiri manargetkan tahun 2024 angka stunting menurun di 14%. Dengan hitungan 2 tahun, semua pihak harus bekerja keras dan cerdas agar target itu segera tercapai,” jelasnya.

Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) telah sejak lama memiliki perhatian khusus terhadap gizi buruk, stunting dan literasi gizi keluarga. Dalam upaya itu YAICI bersama dengan mitra, salah satunya, PP Aisyiyah khususnya Majelis Kesehatan, sudah beberapa tahun ini melakukan sosialisasi dan edukasi secara terus menerus. (rit)

TERKINI

Rekomendasi

Lainnya