30.4 C
Semarang
Senin, 7 Juli 2025

Beno Siang Pamungkas : Karya Sastra Puisi Tak Lekang Di Makan Waktu

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Beno Siang Pamungkas lelaki matang yang mempunyai segudang wawasan asal Bojonegoro Jawa Tengah, terlahir 30 Maret 1968. Kecintaanya kepada karya sastra puisi seperti tak bisa dipisahkan dari jiwanya.

Ibarat makan tanpa minum, Beno sapaan akrabnya, dalam menjalani kehidupanya tak lepas dari jiwa seni karya sastra (puisi) yang ditekuninya sejak remaja.

Ya, pewarta senior ini, selain konsisten pada bidang jurnalistik yang menjadi profesi utamanya, ia juga piawai merangkai kata penuh makna dalam bingkai karya sastra puisi yang tercipta dari imajinasi berbalut logika.

“Saya menyukai sastra sejak SMA diawali baca-baca karya sastrawan Indonesia maupun dunia di perpustakaan dan berlanjut saat kuliah di IKIP Semarang pada tahun 1986 (sekarang Unnes),” kata Beno, saat di Temui JATENG POS, dalam acara Silaturahmi Budaya FWPJT, di TBRS Semarang, belum lama ini.

Meski jurusan pendidikan Biologi yang ditimbanya saat itu. Namun, ia gemar melahap bacaan buku-buku jurusan bahasa dan seni, hingga penjaga perpustakaan menduga ia adalah mahasiswa FPBS Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni.

Baca juga:  Cara Membuat Surat Lamaran Kerja Agar Diperhatikan Tim Rekrutmen

“Di tahun-tahun tersebut saya juga ikut UKM Unit Kegiatan Mahasiswa Teater, yaitu Teater SS dan pernah menjadi ketua serta pengurus. Dari sini lingkungan saya yang mencintai sastra, khususnya puisi kian berkembang dan terasah,” kata Beno.

Di masa itulah, Beno mulai menulis dan mengirimkan puisi ke berbagai media (koran) ternama di Semarang, Yogya, Bandung, Surabaya dan Jakarta.

“Seperti air mengalir saya terus melahirkan karya puisi dan sejak lulus ditahun 1993 lahirlah buku kumpulan karya puisi perdana berjudul Sajak Sampah Gerinda Baja. Selain buku tersebut saya juga melahirkan dua buku puisi tunggal lainnya yaitu Ensiklopedi Kesedihan (2008), dan Panen (2023) serta banyak buku puisi berupa antologi puisi bersama satu atau beberapa penyair lain,” paparnya.

Tak berhenti disitu saja, karya sastra puisi Beno Siang Pamungkas mampu sejajar dengan para sastrawan ternama dengan melahirkan karya berkelas syarat pesan sosial yakni Gobang Semarang (2009, bersama Timur Suprababa) dan Menyelam Dalam (2011, bersama Timur Suprana) serta Ayat Dewa Pamungkas dari Timur (2018, bersama Gus Mus, Agus Dhewa (alm), Beno dan Timur Suprabana).

Baca juga:  Kenalkan Sepatu Kolaborasi Ramah Kantong, Rown Division X Aero Street Rilis Armature

Bagi Beno, karya sastra puisi tak kan lekang dimakan waktu, meski zaman terus berkembang semakin modern seperti era digital saat ini.

“Era digital saat ini adalah sebuah keniscayaan yang harus dihadapi dan disyukuri oleh para pelaku serta pecinta sastra, bukannya justru dikecam atau dijauhi. Tanpa penyesuaian, siapa pun akan tersingkir dan terpinggirkan, termasuk penyair,” ujarnya.

Beno Siang Pamungkas, menegaskan, Era digital harus dianggap sebuah peluang guna menjangkau khalayak yang lebih luas dan tanpa batas. Tantangannya tentu harus menghasilkan karya yang lebih berkualitas dan dibutuhkan oleh masyarakat. (ucl)

TERKINI

Rekomendasi

Lainnya