JATENGPOS.CO.ID. DEMAK– Saat ini perkembangan sumber daya manusia sudah dapat ditentukan saat masa balita atau bahkan sejak bayi masih di dalam kandungan. Hal ini terkait dengan peranan orang tua dalam memberikan makanan yang bergizi pada anak, baik saat masih berada di dalam kandungan hingga umur tiga tahun atau sering disebut golden age.
Demikian diungkapkan Sekda Kabupaten Demak dr Singgih Setyono di tengah-tengah acara balita sehat di pendopo Kabupaten Demak.
Menurut sekda yang juga seorang dokter ini, penting untuk diketahui masyarakat agar mereka berlomba-lomba menumbuhkan pentingnya kesehatan baik kepada diri mereka sendiri, maupun kepada lingkungan sekitarnya atau lingkungan keluarga. Karena bicara tentang pendidikan tentunya kita tidak bisa lepas dari kesehatan. Karena segala -galanya tidak ada artinya tanpa kesehatan.
“Ini merupakan salah satu bagian dari tugas Dinas Kesehatan untuk ajak masyarakat membawa bayinya ke Posyandu sebagai media yang paling efektif dan sebagai tempat untuk memonitor perkembangan anak,” jelas Singgih.
Menurutnya Posyandu dahulu pernah mendapatkan penghargaan dari WHO karena fungsinya yang sangat urgent bagi perkembangan balita di hampir seluruh pelosok Indonesia. Namun keberadaan Posyandu kini mulai banyak ditinggalkan. Hal ini tentu saja sangat disesalkan mengingat pentingnya fungsi dari Posyandu yang tidak bisa tergantikan tersebut.
“Saat ini lebih banyak penduduk dan semakin banyak yang tidak berkualitas, akhirnya menimbulkan masalah. Itulah kenapa akhirnya banyak yang minum oplosan dan berperilaku kriminal. Karena kualitasnya terbatas uang juga terbatas akses juga terbatas, semua menjadi terbatas dan dampaknya mereka tinggalkan masalah yang harus ditanggung keluarga,” ulasnya panjang lebar.
Dari sini Singgih lalu mengajak para tenaga kesehatan, terutama para dokter agar penuh dengan inovasi dan tentunya akan disupport. Karena jika tidak kita mulai dari sekarang maka kuantitas rendahnya kualitas manusia akan jebol pada lima tahun mendatang.
Untuk itulah diperlukan antisipasi mulai dari sekarang dengan peningkatan gizi balita sejak dini bahkan sejak masih di dalam kandungan. Karena selain berpengaruh kepada kemampuan otak peranan gizi juga berpengaruh pada pertumbuhan anak kelak atau lebih dikenal dengan Stunting.
Stunting sendiri adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tak maksimal saat dewasa. Kemampuan kognitif para penderita juga berkurang, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi Indonesia.
Berdasarkan data WHO, Indonesia menduduki peringkat ke lima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting. Lebih dari sepertiga anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata. Bahkan, kasus stunting di Indonesia semakin meningkat. Pada 2013 persentase penderita stunting sebesar 37,2 persen.
Stunting merupakan masalah kesehatan yang bisa dicegah sejak dini, mulai dari dalam kandungan hingga masa periode emas pertumbuhan anak.
Beberapa cara pencegahan stunting pada anak diantaranya adalah dengan Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil. Ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, suplementasi zat gizi (tablet zat besi atau Fe), dan terpantau kesehatannya. Namun, kepatuhan ibu hamil untuk meminum tablet tambah darah hanya 33%.
Padahal mereka harus minimal konsumsi 90 tablet selama kehamilan. ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.
Dianjurkan mengkonsumsi 13 gram protein yang mengandung asam amino esensial setiap hari, yang didapat dari sumber hewani, yaitu daging sapi, ayam, ikan, telur, dan susu. Terakhir rajin-rajinlah mengukur tinggi badan dan berat badan anak setiap kali memeriksa kesehatan di Posyandu untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak serta mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.
“Jika kualitas anak-anak ini bagus, maka dalam kurun waktu 15 tahun lagi, merekalah yang akan menggantikan kita. Jangan sampai mengorbankan anak-anak kita saat golden age atau umur emas,” pungkasnya.
Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Demak Asih Ariani SSit M Kes menambahkan bahwa angka stunting di Demak dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan. Pada tahun 2015 Jumlah penderita stunting para pemantauan status gizi kemenkes adalah 28,4 persen.
Kemudian pada tahun 2016 jumlah penderita stunting mengalami kenaikan hingga 31,8 persen. Namun untuk tahun 2017 mengalami penurunan hingga 25,9 persen. Hal tersebut tidak lepas dari peran pemerintah daerah yang menggenjot pentingnya gizi bagi balita dan ibu hamil.
“Bahkan Dinkes juga melakukan sosialisasi jauh-jauh hari kepada remaja putri (SMP dan SMA) dengan pemberian tablet FE juga pada ibu hamil dan nifas,” pungkasnya. (adi/saf/muz)