Perguruan Tinggi Didorong Lakukan Penelitian Sesuai Rencana Induk Riset Nasional

Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat, Kemenristek Dikti, Prof Dr Ocky Karna Radjasa, MSc

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mendorong perguruan tinggi melakukan penelitian sebagaimana tema-tema riset yang ada pada Rencana Induk Riset Nasional (RIRN).

Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat, Kemenristek Dikti, Prof Dr Ocky Karna Radjasa, MSc mengatakan, hasil riset yang dapat dimanfaatkan masyarakat secara luas saat ini hanya sedikit. Oleh karena itu, pemerintah mendorong sembilan tema prioritas riset untuk kebijakan riset nasional 2020-2025.

“Hasil-hasil riset tersebut akan diarahkan pada penghiliran sehingga akan lebih banyak riset level terapan dan pengembangan tanpa meninggalkan riset dasar,” katanya dalam FGD ‘Pengembangan Penelitian, Publikasi dan Inovasi dalam rangka Meningkatkan Pemeringkatan UNNES’, di Ruang Borobudur LPPM UNNES, Senin (12/8/19).

Baca juga:  Perumnas Sediakan Rumah Pegawai UNNES

Pihaknya menyebutkan, saat ini juga ada Terminologi baru Technology Readiness Level (RTL) yang mulai digunakan dalam memetakan keinginan riset yang dikaitkan dengan tingkat kesiapan teknologinya dalam rangka mendukung program hilirisasi dan komersialisasi hasil riset.

iklan

Pihaknya berharap dengan pentingnya peran penelitian di perguruan tinggi, Unnes perlu mendorong terbangunnya sistem inovasi daerah dan nasional yang dapat memberikan jawaban atas berbagai persoalan daerah, nasional maupun global.

“Sesuai dengan kapasitasnya dan dilandasi oleh kepentingan nasional, UNNES bisa mengembangkan pusat-pusat unggulan dengan memanfaatkan kepakaran yang ada di berbagai fakultas dengan fokus tertentu, baik berbasis sektor, komoditas, maupun isu strategis nasional, dengan melibatkan berbagai disiplin keilmuan,” ujarnya.

Baca juga:  Mahasiswa Unnes Tuntut Transparansi Keuangan Kampus

Dikatakan, hasil penelitian yang ada juga perlu diubah menjadi inovasi dengan melakukan komersialisasi berupa kerjasama dengan mitra industri atau pemerintah daerah dalam upaya untuk turut serta menyejahterakan masyarakat dan membangun perekonomian Indonesia.

Menurutnya, sebuah temuan yang tidak dikomersialisasikan bukan merupakan inovasi teknologi, melainkan merupakan invensi teknologi.

“Berbagai program pengembangan kewirausahaan dengan industri mitra dan pemerintah daerah harus berlandaskan kepada inovasi teknologi mengingat bahwa kemajuan sebuah negara tidak dapat dicapai tanpa pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada teknologi dan pengetahuan,” ucapnya.

Sementara itu, dalam kegiatan FGD tersebut turut diikuti sedikitnya 260 peneliti dan pengabdi baik dari sumber dana DRPM maupun DIPA PNBP UNNES.

Baca juga:  Dampak KA Anjlok, 9 Perjalanan Dialihkan via Jalur Utara Jawa

Dalam kegiatan tersebut turut disosialisasikan pula sistem baru di LPPM UNNES yaitu Simppel-Mas (sistem informasi pencairan dana penelitian dan pengabdian kepada masyarakat).

Sistem ini dikembangkan dalam rangka untuk meningkatkan layanan pencairan dana penelitian dan pengabdian. Sistem yang berbasis kebutuhan ini menuntut peneliti dan pengabdi untuk mengajukan pencairan dana penelitian dan pengabdiannya secara mandiri. Diharapkan melalui SIMPPEL-Mas dapat meningkatkan kinerja lembaga khususnya Subbag. Keuangan LPPM UNNES. (ita/rit)

iklan