Petugas Alun-Alun Bung Karno Ungaran Kembangkan Bonsai

INOVATIF: Koordinator Alun-Alun Bung Karno, Kalirejo, Ungaran Timur, Heri Riyanto merawat bonsai yang dikembangkan untuk mempercantik taman area setempat, Senin (8/11/2021). FOTO:MUIZ/JATENGPOS

JATENGPOS.CO.ID,  UNGARAN -Bonsai merupakan tanaman hias memiliki harga tinggi dan pasar yang cenderung stabil, ternyata tidak banyak dikembangkan di Ungaran, Kabupaten Semarang. Padahal, potensi tanaman bonsai di Kabupaten Semarang cukup besar.

Tidak lepas wilayahnya yang memiliki banyak hutan dan perbukitan bahkan pegunungan. Potensi tersebut akhirnya dibidik koordinator lapangan Alun-Alun Bung Karno Kalirejo, Kecamatan Ungaran Timur, Heri Riyanto.

Ia mencoba mengembangkan jenis tanaman hias ini secara otodidak berawal dari kegemarannya merawat tanaman hias di area Alun-Alun Bung Karno. Kemudian terpikirkan olehnya mencoba menanam bonsai.

“Kebetulan saat itu PPKM sedang ketat-ketatnya sehingga Alun-Alun Bung Karno ditutup. Daripada tidak ada kegiatan saya mencoba menata taman dengan mencoba tanaman bonsai,” tutur staf UPTD Obyek Wisata Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang ini, Senin (8/11/2021) siang.

Bakalan bonsai atau dangkelan yang ditanam ia mencari sendiri di hutan dan berbukitan. Namun hasil bonsai yang dirawat belum maksimal, bentuknya belum mencirikan tanaman mini yang menarik.

“Baru setelah bertemu dengan teman-teman komunitas bonsai Kabupaten Semarang, saya mendapat banyak bimbingan hingga dapat membentuk bonsai secara sempurna,” ungkapnya.

Koordinator Alun-Alun Bung Karno, Kalirejo, Ungaran Timur, Heri Riyanto merawat bonsai yang dikembangkan untuk mempercantik taman area setempat, Senin (8/11/2021). FOTO:MUIZ/JATENGPOS

Menurut Heri merawat bonsai dari bakalan membutuhkan keahlian tersendiri, setidaknya mengerti anatomi tanaman yang akan dibentuk menjadi bonsai. Begitu juga mengerti cara membuat media tanam dan perawatan.

“Tanaman bonsai akan memperlihatkan keindahannya ketika sudah mencapai usia tahunan, tanpa menghilangkan ciri khusus pohon aslinya hingga tetap terlihat alami,” jelasnya.

Berkat inovasi yang diupayakan tersebut, saat ini Heri sudah berhasil membuat koleksi sekitar 50 pot tanaman bonsai. Terdiri dari jenis Duwet, Serut, Asem, Beringin, Trenggulun, Rukem, Pucuk Merah, Walikukun, Lantana, Sidowayuh (tanaman khas Penawangan Bergas, red) dan lain-lain. Seluruh bonsai tersebut diperuntukan untuk menghias alun-alun.

“Ini sebagai wujud partisipasi kami dan juga teman-teman Komunitas Bonsai untuk mempercantik area publik ini. Meski hasil bonsainya bagus-bagus tidak kami jual, kami peruntukan memperindah tempat ini (Alun-Alun Bung Karno, red),” tandasnya ditemui di halaman Pos Alun-Alun Bung Karno yang penuh tanaman bonsai.

Inovatif Heri mendapat apresiasi dari Wakil Ketua Dewan Riset Daerah Kabupaten Semarang Prof Dr H Saerozi. Munculnya penggiat bonsai dapat menjadikan aneka tanaman menjadi bernilai lebih.

“Selama ini yang memanfaatkan tanaman tumbuh di hutan-hutan Kabupaten Semarang kebanyakan orang luar daerah. Mungkin dari pak Heri nantinya akan banyak penggiat-penggiat lain turut serta mengembangkan bonsai,” ujarnya, Senin (8/11/2021) siang.

Potensi ini dapat dijadikan lahan wirausaha juga dapat dimanfaatkan mempercantik taman-taman yang ada di Kabupaten Semarang. Ia berharap ada dukungan dari Pemkab Semarang untuk membantu penggiat bonsai mengembangkan usahanya.

“Potensi dangkelan cukup melimpah, jenisnya juga banyak tinggal dikembangkan menjadi bonsai yang unik dan artistik. Tentu nilainya juga tinggi. Kita harapkan Kabupaten Semarang bisa menjadi sentra tanaman bonsai,” pungkasnya. (muz)