JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Tingkat kompetisi politik dalam pilkada merupakan gambaran atas tingkat kompetisi politik diantara pasangan calon (paslon) untuk memenangkan pilkada atau saling mengalahkan. Tingkat kompetisi tinggi ditandai dengan adanya dua atau lebih paslon yang memiliki kekuatan seimbang. Dalam tingkat kompetisi yang tinggi, semua paslon memiliki potensi yang sama untuk menang. Sehingga berpotensi terjadi kompetisi yang kuat dalam menarik pemilih dan melakukan konsolidasi mesin politik di masa kampanye. Bahkan tidak tertutup kemungkinan kompetisi sudah akan mulai terjadi sebelum penetapan paslon oleh KPUD (22 September 2024). Masa kampanye berpotensi semakin menarik, meriah, dengan harapan terjadi perang gagasan atau program yang produktif bagi pendewasaan demokrasi.
Demikian sebaliknya, tingkat kompetisi rendah ditandai dengan adanya dominasi salah satu paslon. Salah satu paslon memiliki kemampuan dominan untuk mengkonsolidasi mesin politik dan menarik pemilih sehingga paslon tersebut berpotensi besar untuk menang. Dengan tingkat kompetisi yang rendah maka masa kampanye berpotensi relatif akan “sepi”. Dalam kompetisi yang rendah Pilkada juga menjadi kurang menarik.
Variabel penentu tingkat kompetisi dalam pilkada di wilayah Jawa Tengah meliputi : jumlah pasangan calon, eksistensi petahana, mesin politik, modal social dan dukungan finansial yang dimiliki oleh pasangan calon.
- Jumlah pasangan calon.
Semakin banyak jumlah paslon maka akan memunculkan potensi kompetisi yang tinggi. Namun demikian, meskipun hanya terdapat dua paslon bukan berarti secara otomatis tingkat kompetisinya menjadi rendah. Polarisasi yang muncul karena dua calon dengan kekuatan berimbang akan memunculkan tingkat kompetisi yang tinggi.
- Eksistensi Petahana.
Tidak adanya petahana memberikan ruang untuk terjadinya kompetisi yang berimbang. Namun demikian, meskipun terdapat petahana dapat dimungkinkan terjadi tingkat kompetisi yang tinggi ketika pasangan calon penantang memiliki dukungan partai, jaringan politik, modal social dan dukungan finansial ekstra. Terlebih ketika pada saat yang sama, kinerja petahana tidak mampu meyakinkan masyarakat (tingkat kepuasan terhadap kinerja rendah).
- Mesin Politik – Dukungan partai
Meskipun bukan menjadi variabel yang absolut terhadap keterpilihan kandidat, dukungan partai memiliki peran penting sebagai mesin politik. Pada kondisi tertentu, semakin banyak partai pendukung akan semakin besar potensi keterpilihan paslon. Apabila kondisi tersebut terjadi di lebih dari satu paslon, maka potensi kompetisi akan menjadi semakin tinggi. Demikian sebaliknya, apabila terdapat satu paslon yang mendapatkan dukungan mayoritas partai maka potensi kompetisi menjadi semakin rendah.
-Jaringan politik
Jaringan di luar partai politik yang dimiliki akan membantu keterpilihan paslon. Semakin banyak paslon dengan jaringan politik yang kuat dan masif, maka akan berpotensi menciptakan pilkada yang kompetitif.
- Modal Sosial dan Dukungan Finansial.
Modal social dan dukungan finansial yang dimiliki oleh paslon akan meningkatkan keterpilihannya. Semakin banyak paslon yang memiliki modal social dan dukungan finansial yang kuat maka akan semakin berpotensi menciptakan pilkada yang kompetitif.
Tingkat Kompetisi
Kategori | Deskripsi |
Tinggi |
Terdapat dua atau lebih paslon yang memiliki mesin politik, jaringan, modal social dan dukungan finansial relative berimbang sehingga memiliki pulang sama untuk menang. |
Sedang |
Terdapat satu pasangan calon yang memiliki mesin politik, jaringan, modal social dan dukungan finansial cukup kuat sehingga memiliki potensi untuk menang. Namun demikian masih terdapat paslon lain yang memiliki potensi untuk mengimbanginya. |
Rendah |
Terdapat satu paslon yang memiliki mesin politik, jaringan, modal social dan dukungan finansial sangat kuat (dominan) dibandingkan paslon lain sehingga berpeluang besar untuk menang dengan mudah. Termasuk dalam level ini adalah daerah dengan potensi hanya diikuti oleh 1 paslon (calon tunggal melawan kotak kosong). |
Selain di Pilgub Jawa Tengah, tingkat kompetisi yang tinggi/ketat berpotensi terjadi di 23 Kabupaten/Kota meliputi: Kota Semarang, Kendal, Demak, Kudus, Kota Salatiga, Jepara, Pati, Rembang, Grobogan, Sragen, Karanganyar, Wonogiri, Klaten, Kota Surakarta, Kota Magelang, Temanggung, Purworejo, Kebumen, Banjarnegara, Purbalingga,Cilacap, Kota Tegal, dan Batang. Di Kab Kebumen misalnya, terdapat dua bakal paslon yakni satu paslon petahana (Arif Sugiyanto-Ristawati P yang diusung oleh PDIP, Golkar, PKS,PAN, PPP, Perindo, Buruh, PBB) dan satu paslon penantang (Lilis Nuryani-Zaeni M diusung oleh PKB, Nasdem, Gerindra, Demokrat, PSI, Gelora, Ummat). Secara dukungan partai keduanya relatif berimbang, sementara paslon penantang memiliki jaringan politik, modal social dan modal finansial yang kuat sehingga pilkada di Kebumen akan berlangsung sengit.
Sebaliknya tingkat kompetisi yang rendah berpotensi terjadi di 7 kabupaten/kota yakni: Kab Semarang, Blora, Sukoharjo, Wonosobo, Banyumas, Brebes, dan Kota Pekalongan. Di wilayah tersebut terdapat 1 paslon yang sangat mendominasi bahkan di beberapa daerah seperti di Brebes dan Banyumas berpotensi melawan kotak kosong. Di Brebes bakal paslon Paramitha Widya K-Wurja (diusung oleh 11 partai, 98% suara sah/ 100% kursi DPRD) dan di Banyumas bakal paslon Sadewo Tri L-Dwi Asih L (12 partai).
Rangkuman Potensi Tingkat Kompetisi
Di Pilkada Kab/Kota
Kabupaten/Kota | Potensi Tingkat Kompetisi | |
1 | Kab Semarang | Rendah |
2 | Blora | Rendah |
3 | Sukoharjo | Rendah |
4 | Wonosobo | Rendah |
5 | Banyumas | Rendah |
6 | Brebes | Rendah |
7 | Kota Pekalongan | Rendah |
1 | Boyolali | Sedang |
2 | Magelang | Sedang |
3 | Tegal | Sedang |
4 | Pemalang | Sedang |
5 | Pekalongan | Sedang |
1 | Kota Semarang | Tinggi |
2 | Kendal | Tinggi |
3 | Demak | Tinggi |
4 | Kudus | Tinggi |
5 | Kota Salatiga | Tinggi |
6 | Jepara | Tinggi |
7 | Pati | Tinggi |
8 | Rembang | Tinggi |
9 | Grobogan | Tinggi |
10 | Sragen | Tinggi |
11 | Karanganyar | Tinggi |
12 | Wonogiri | Tinggi |
13 | Klaten | Tinggi |
14 | Kota Surakarta | Tinggi |
15 | Kota magelang | Tinggi |
16 | Temanggung | Tinggi |
17 | Purworejo | Tinggi |
18 | Kebumen | Tinggi |
19 | Banjarnegara | Tinggi |
20 | Purbalingga | Tinggi |
21 | Cilacap | Tinggi |
22 | Kota Tegal | Tinggi |
23 | Batang | Tinggi |
Catatan metode:
Analisis ini menggunakan pendekatan kualitatif, belum menggunakan pendekatan kuantitatif (survey) sehingga tidak bisa dijadikan generalisasi terhadap persepsi dan sikap pemilih yang berpengaruh terhadap kemenangan paslon.
Paslon adalah bakal paslon yang telah mendaftarkan ke KPU Kabupaten/Kota hingga batas akhir pendaftaran (Kamis 29 Agustus 2024 pukul 23.59 WIB). Dengan asumsi bahwa bakal calon tersebut memenuhi persyaratan hingga kemudian ditetapkan sebagai pasangan calon.
Wahid Abdulrahman
Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan FISIP Undip
Mahasiswa Program Doktoral Goethe University Frankftur Jerman