JATENGPOS.CO.ID, TEMANGGUNG – Pondok pesantren memiliki peran penting dalam menangkal radikalisme, kata Kasubbid Penmas Bidhumas Polda Jateng AKBP R Fidelis Purna Timoranto.
“Radikalisme mempunyai dampak buruk dan dapat merusak tatanan masyarakat. Kehadiran pesantren sangat penting saat NKRI sedang dilanda krisis moral dan pandemi COVID-19,” katanya di Temanggung, Jawa Tengah, Selasa.
Ia menyampaikan hal tersebut dalam sosialisasi “Awas Bahaya Radikalisme ISIS” di Pondok Pesantren Nida’ Alquran Temanggung.
Di tengah pandemi COVID-19, kata dia, Tim Quick Wins Polda Jateng dan Polres Temanggung menggandeng Ponpes Nida’ Alquran sebagai bentuk upaya menahan penyebaran radikalisme di Jawa Tengah dan program Pesantren Siaga COVID-19.
Ia menyampaikan dalam kegiatan ini pihaknya memberikan pemahaman kepada para santri mengapa selama ini Islam dianggap sebagai paham radikal dan melalui kegiatan ini berupaya meluruskan bahwa yang radikalisme itu bukan Islamnya tetapi penyimpangan perilaku yang mengatasnamakan Islam.
“Melalui kegiatan ini diharapkan para santri Ponpes Nida’ Al Quran khususnya dan seluruh santri di Kabupaten Temanggung serta di seluruh wilayah hukum Polda Jateng mempunyai daya tangkal secara otomatis karena sudah memiliki pemahaman bahwa sebenarnya yang radikal itu bukan Islamnya tetapi perilaku oknum yang dengan sengaja menyimpangkan ajaran-ajaran Islam,” katanya.
Ia menuturkan titik berat kegiatan ini adalah pencegahan dan menangkal radikalisme yang menyusup melalui ponpes sehingga nantinya diharapkan para santri mempunyai daya tangkal tersendiri.
Selain itu, kata dia, juga melakukan asistensi terkait dengan penerapan Ponpes Siaga Candi, bagaimana kesiapan sarana dan prasarana serta penerapan protokol kesehatan COVID-19 di Ponpes Nida’ Alquran ini.
“Alhamdulillah sudah kita lihat bahwa sarana dan prasarana sudah mendukung dan kegiatan yang dilaksanakan sudah menaati protokol kesehatan,” katanya.
Pimpinan Ponpes Nida’ Alquran Temanggung KH Hasyim Afandi menegaskan paham radikal ISIS tidak akan dapat berkembang di wilayah Temanggung terutama di ponpes yang dipimpinnya, karena paham yang dibawa ISIS bertentangan dengan ajaran Islam NU Nusantara.
“Insya Allah kelompok radikal tidak akan masuk ke ponpes kami karena kami adalah NU Nusantara, kami akan selalu membantu pemerintah Indonesia,” katanya.
Hasyim yang juga mantan Bupati Magelang dan Bupati Temanggung ini menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya radikalisme, yakni pemahaman agama yang kurang dan hanya mengambil ayat-ayat Al Quran yang sesuai dengan tujuannya terutama permasalahan jihad peperangan.
“Kemudian, adanya faktor transnasional tokoh agama yang berhubungan dengan luar negeri dan ajarannya dibawa ke sini dan ada kelompok keturunan garis keras yang dulu bersembunyi di Timur Tengah kembali ke Indonesia, setelah itu mereka jadi dosen dan guru-guru di tempat pendidikan di Indonesia,” katanya.
Ia menuturkan saat ini media sosial menjadi tempat pergerakan kelompok radikal tersebut dalam menyebarkan pengaruhnya melalui postingan-postingannya. (fid/ant)