JATENGPOS.CO.ID, JAKARTA– Ketua Umum Gerindra yang juga Presiden terpilih Prabowo Subianto punya komitmen yang kuat dalam pemberantasan korupsi, saat ia resmi menjabat nanti. Bahkan, ia akan menyediakan anggaran khusus untuk mengejar para koruptor di mana pun mereka berada.
“Mungkin saya akan cek kembali anggaran. Saya akan sisihkan anggaran khusus untuk pemberantasan dan pengejaran koruptor-koruptor itu,” kata Prabowo, di penutupan Rapimnas Gerindra, di Indonesia Arena, Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta Pusat, kemarin.
“Kalaupun dia (koruptor) lari ke Antartika, aku kirim pasukan khusus untuk nyari mereka di Antartika,” tegas Prabowo.
Bagi Prabowo, korupsi adalah ganjalan utama kebangkitan bangsa. Maka, untuk mewujudkan kebangkitan Indonesia, sebisa mungkin ia harus menekan korupsi dalam waktu singkat.
“Kalau bisa, kita habiskan korupsi dalam waktu singkat, minimal kita tekan, kurangi, kurangi dan kurangi. Kita tidak akan kompromi dengan korupsi,” katanya.
Selaras dengan komitmennya untuk memberantas korupsi, Prabowo juga mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersama-sama melawan dan memberantas penyelundupan serta permasalahan narkoba.
“Kita juga harus bersama-sama memberantas penyelundupan, apalagi menyelundupkan dan menjual narkoba. Saya bertekad memimpin perang memberantas narkoba,” pungkas Prabowo.
Prabowo juga menegaskan ingin mengakhiri rivalitas usai Pilpres 2024 lalu. Saat persaingan debat Pilpres itu, sempat muncul angka 11 untuk Prabowo. Prabowo pun emoh mengungkit sosok yang memberinya nilai 11.
“Jadi kalau akhir-akhir ini ada yang apa ya, omon-omon (istilah khas Prabowo untuk menyebut ‘omong-omong’) nggak enak lagi…,” tegasnya.
Prabowo lalu menunjukkan gestur orang yang memperagakan orang berbicara. Dia tak langsung melanjutkan pernyataannya. Dia juga terlihat menahan diri untuk tidak menyindir orang lain.
“Udah-udah, sekarang tidak boleh nyindir-nyindir lagi. Jangan ada yang nyebut angka 11 ya. Jangan. Jangan! Nggak boleh, nggak boleh,” tandasnya.
Prabowo lalu menyampaikan harapannya mengenai demokrasi Indonesia. Dia tak mau politik Indonesia diwarnai dengan kubu oposisi seperti negara lain. Menurutnya, oposisi di negara lain membuat para politikus tak akrab.
“Tradisi kita lain. Menurut saya demokrasi kita harus berani bersaing boleh, tapi pada saat kepentingan nasional kita tidak boleh ikut pola-pola orang lain. Mereka itu kalau oposisi, oposisinya sampai nggak tahu lah, oposisinya itu sampai mengarah ke bermusuhan. Kita tidak boleh, kita tidak mau, dan kita insyaallah tidak akan,” pungkasnya. (kum/dtc/muz)