Rekor! Inspektorat Periksa 212 Warga Penerima Bedah Rumah yang Diadukan di Sragen

DIPERIKSA: Petugas Inspektorat Sragen saat meminta keterangan warga penerima bantguan bedah rumah di balai Desa Banyuurip.Foto: ARI SUSANTO/ JATENG POS

JATENGPOS. CO. ID, SRAGEN – Sedikitnya 212 warga Desa Banyuurip, Kecamatan Jenar diperiksa Inspektorat Sragen, Senin (13/5).

Mereka menjadi saksi memberikan penjelasan soal bantuan bedah rumah dalam Program Bantuan Stimulan Swadaya (BSPS) Tahun Anggaran (TA) 2022. Klarifikasi tersebut untuk meluruskan proses pelaksanaan BSPS yang sempat diadukan ke Inspektorat Sragen.

Berdasar pantauan dilapangan menyebutkan, kedatangan para warga ke balai desa ini atas permintaan Kades Banyuurip memberikan penjelasan ke petugas inspektorat soal pelaksanaan bantau bendah rumah.

Salah satu warga penerima bantuan BSPS bernama Nyamin (50), warga Dukuh Bungkus RT 12 menjelaskan bantuan yang dia terima langsung diberikan terhadap dirinya melalui rekening pribadi sebesar Rp 20 juta. Dengan rincian bantuan tahap pertama Rp 10 juta untuk pembelian material seperti pasir, semen, batu dan besi. Lantas tahap kedua Rp 7,5 juta untuk pembayaran material juga dan untuk membayar tukang atau pekerja.Rp 2,5 juta.

“Pembayaran material itu langsung diberikan ke toko material yang ditunjuk atas kesepakatan kelompok penerima BSPS,” papar Nyamin.

Dikatakan Nyamin, dalam pekerjaan bedah rumah itupun berjalan lancar selama 15 hari. Sehingga penggunaan anggaran sesuai yang diberikan dan tak ada potongan sama sekali.

“Sehingga kami malah kaget bila bantuan yang sangat bermanfaat bagi warga kurang mampu itu dipersoalkan,” papar Nyamin.

Senada dikatakan Sutarto,warga Dukuh Sempu RT 15 mengungkapkan, para penerima BSPS dibentuk satu kelompok dalam satu RT. Dalam kelompok ini dipimin ketua RT 15 pak Haryanto, dengan penerimaan di rekening untuk pembayaran material seperti pasir, semen, batu bata, hebel sebesar Rp 17,5 juta dan untuk pembayaran tukang Rp 2,5 juta. Untuk toko material ditunjuk sesuai kesepakatan kelompok tentunya dengan harga terendah.

Suradi Ketua RT 18 Dukuh Bungkus sebagai ketua kelompok penerima bantuan pogram BSPS menjelaskan, pihaknya membawahi 13 anggota.Untuk bantuan masing-masing masuk ke rekening anggota dengan tiga tahap pencairan anggaran. Kemudian disepakati warga bersama menunjuk toko material di Tangen sebagai penyuplai barang bangunan.

“Bahkan kami berharap bantuan bedah rumah tetap diberikan ke warga, lantaran khususnya di lingkungan RT 18 masih ada sekitar 30 warga kurang yang mampu berharap mendapat bantuan bedah rumah ini,” tandas Suradi.

Semengara Mbah Wito warga Dukuh Gobang dalam bantuan bedah rumah tersebut dalam wujud material seperti pasir satu rit, 3 ribu batu bata, kricak, besi, hebel maupun 20 sak semen. Hanya saja, karena terkadang ada material tak bisa dikirim, pihaknya belanja sendiri. Namun dari belanja sendiri ini pihaknya diganti dan mendapatkan pengembalian Rp 800 ribu. secara pasti dalam bantuan itu lancar dan tak ada kendala.

“Soal warga penerima bantuan nambah biaya sendiri dinilai wajar, karena bila ingin bangunan hasil maksimal harus nambah biaya sendiri, Tutur warga Gobang ini.

Senada dikatakan Ketua RT Gobang Suratmin bahwa di kelompoknya memang ada pengembalian biaya bervariasi. Namun yang harus dipahami, bahwa pengembalian biaya itu bukan sisa anggaran, melainkan uang pengganti bagi warga penerima yang kebetulan nelanja material sendiri.

“Contohnya, hari ini butuh semen 3 sak, tetapi toko material yang ditunjuk enggan mengirim karena permintaan semen kecil, akhirnya dibelikan sendiri oleh warga penerima bantuan dengan uang pribadi. Maka dari pembelian material pribadi itu diganti dari pihak ketua kelompok,” papar Suratmin.

Sedangkan Parwoto warga Kedu RT 8, mengungkapkan pihaknya menerima bantuan dalam bentuk material batu belah satu rit, semen 30 sak, pasir 2 rit batu bata, besi 20 lonjor, blendrat 50, begel 50. Pembelian material dari toko di banaran, Sambungmacan. Dirinya masuk kelompok pak Sarwoto yang juga sebagai ketua RT.

Ibu Mulatri warga Dukuh Sempu Rt 15 mengungkapkan, secara oribadi sebenartnya pihaknya sangat senang dengan bantguan bedah rumah tersebut. Sedangkan dalam proses pembangunan bedah rumah itu memang senilai Rp 20 juta. Waktu proses pelaksanannya langsung jadi untuk bangunan rumah.

“Intinya dalam pembangunan itu kami sebatas mendapat bentuk material dan penting jadi. Sehingga kami juga senang, karena kalo tidak ada bantuan sebagai warga kecil tidak bisa untuk membangun rumah,” ucap Mulatri.

Kades Banyuurip Suroto menjelaskan, di desanya mendapatkan bantuan 212 titik bedah rumah tidak layak huni untuk tahun 2022. Bantuan itu diberikan dengan cara mengajukan permohonan ke kementerian PUPR. Karena DEsa Banyuurip terhiting sebagai wilayah tertinggal dan banyak warga tidak mampu. sehingga mengajukan bantuan bedah rumah 212 titik dalam program BSPS tersbut. Bantuan itu tersebar di 13 Dukuh, 24 RT, dan setiap RT ada 8 hingga 16 titik. Dalam pelaksanaanya dibagi menjadi 17 kelompok. Karena bantuan itu bentuk hibah, untuk anggaran tidak melalui desa melainkan langsung ke rekening penerima bantuan BSPS. Lantas dari masing-masing kelompok ini mengajukan toko material untuk menyuplai barang babngunan. Diantaranya toko material yang ditunjuk sesuai kesepakatan warga penerima BSPS, untuk toko material di Tangen melayani 80 titik, Gesi 80 titik dan di Sambungmacan 52 titik.

“Penunjukkan toko material itu dipastikan hasil kesepakatan warga penerima bantuan dengan kriteria harga material terendah. Sehingga dipastikan kades tidak campu tangan masalah pelaksanaan bantuan bedah rumah tersebut. Selain itu dalam pelaksanaanya sendiri dilakukan bulan Januari 2022 berjalan lancar seratus persen sesui Rencana Anggaran belanja (RAB) dan tidak ada yang mangkrak.

Sedangkamn Kepala Inspektoral Sragen Badrus Samsu Darusi menjelaskan, dalam aduan program BSPS Desa Banyuurip pihaknya masih sebatas mengumpul data dan keterangan (pulbaket) di tingkat masyarakat. salah satunya dengan mengundang dan lakukan klarifikasi terhadap warga penerima bedah rumah BSPS tersebut.

“Kita baru sebatas klarifikasi dan pembagian kelompok penerima bantuan lebih dulu. Karena masih sebatas pulbaket sehingga belum ada temuan soal kerugian dalam aduan tersebut,” papar Badrus saat dihubungi. (ars/jan)