spot_img
32.6 C
Semarang
Minggu, 29 Juni 2025
spot_img

Pedagang Tamansari Kibarkan Bendera Kuning

JATENGPOS.CO.ID,  SALATIGA – Ketua Pedagang Kaki Lima ( PKL) lesehan Tamansari Wuryanto (60) mewakili pedagang lainnya di Salatiga menyatakan bahwa kondisi pedagang lesehan Tamansari saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. Tak lain ini akibat imbas dari pembatasan waktu berjualan karena Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat ( PPKM). Dimana waktu berjualan dibatasi maksimal pukul 20.00 WIB.

“ Saya yakin tidak hanya pedegang lesehan Tamansari saja yang terpuruk, pedagang kecil lainnya di Salatiga juga, terutama yang jam bukannya mulai sore atau malam,” kata Wuryanto saat dikonfirmasi, Minggu (1/8).

Sebagai bentuk keprihatinan itu, Wuryanto pun mengibarkan bendera kuning saat berjualan sebagai tanda duka terhadap nasib para pedagang kecil.

” Bendera kuning sebagai bentuk duka cita kami kepada pahlawan-pahlawan kesehatan yang gugur dan juga korban Covid-19. Namun juga duka kami sebagai pedagang kecil yang penghasilannya dari berjualan makanan harian,” ujar Wuryanto yang selama ini berjualan nasi goreng di lesehan Tamansari, Minggu ( 1/8).

Baca juga:  1700 Santri Girikesumo Divaksin

Dikatakannya, kondisi para pedagang kecil terutama yang jam buka berjualannya sore kondisinya ‘hancur-hancuran’. Karena jam buka yang sangat pendek maka sepi pembeli, ditambah lagi dengan pemadaman lampu-lampu penerangan umum.

” Saat PPKM, saya sempat buka, tapi siapa yang beli, tidak ada yang beli, jam dibatasi, lampu-lampu juga dimatikan. Akhirnya pedhot ( rugi) dan tidak kuat berjualan lagi, sementara penghasilan saya dari berjualan harian,” keluhnya.

Karena rugi terus, maka Wuryanto pun akhirnya banting stir dari berjualan nasi goreng beralih berjualan manisan saat siang hari.” Sudah dua minggu ini saya berjualan manisan buah. Butuh adaptasi dan pembeli juga sepi, beberapa kali pedhot ( rugi),” katanya.

Agar nasib pedagang kecil tidak semakin terpuruk, Wuryanto berharap ada kebijakan dari pemerintah untuk memberikan kelonggaran jam berjualan.

Baca juga:  Kawanan Anak Masih di Bawah Umur Bobol Tiga Sekolahan

” Kami sudah sangat patuh dengan protokol kesehatan, pakai masker, tempat duduk lesehan juga berjarak, kami sediakan cuci tangan dengan sabun namun kalau jam buka dibatasi, sementara berjualan kami mulai sore, ya habis waktunya,” katanya.

Wuryanto juga berharap agar dalam menerapkan kebijakan di masa pandemi ini tidak gegabah, karena banyak sekali pedagang kecil yang mencari nafkahnya dari hasil berjualan harian di malam hari.

Dikatakan Wuryanto selama PPKM, memang ada bantuan umum Rp 300 ribu per bulan dan bantuan itu sampai bulan Juni kemarin. Namun demikian bantuan itu hanya untuk bertahan.

” Kami berharap kelonggaran jam berjualan, seperti saat new normal kemarin, tetap dengan protokol kesehatan yang ketat, namun jam buka diberi kelonggaran,” pungkas Wuryanto sembari berharap aksi pasang bendera di Salatiga dan sejumlah daerah bisa ditanggapi pemerintah pusat.(deb)

spot_img

TERKINI