JATENGPOS.CO.ID, DEMAK – Salah satu tokoh masyarakat Desa Wonosari, Kecamatan Bonang yang concern mengembangkan usaha perikanan, khususnya ikan asap adalah Juyamin. Pria kelahiran Demak, 29 November 1974 ini menjadi pioner pengembangan usaha ikan asap. Tercatat, sudah ada 76 warga Desa Wonosari yang mengikuti jejaknya.
Karena makin banyak warga yang usaha ikan asap ini, maka mereka dalam perkembangannya dibantu pemerintah dibangunkan tempat khusus pengasapan ikan. Bahkan, dengan pengelolaan yang baik, pengasapan ikan ini pernah menyabet juara 1 nasional sebagai yang terbaik.
Juyamin mengatakan, dalam pengasapan ini, dirinya focus untuk pengasapan ikan kepala manyung. Sedangkan, warga lainnya usaha pengasapan ikan laut lainnya dan ikan lele dari ternak warga desa setempat.
“Usaha pengasapan ikan di Desa Wonosari ini dulu diawali bapak saya Karsadi. Sekarang, saya teruskan usahanya. Alhamdulillah, bersama warga lainnya, usaha pengasapan ini sudah tersentral menjadi satu dengan bantuan pemerintah,”kata suami Setiyowati dan ayah dari 2 anak dari Taufikurrahman dan Rikhwan ini.
Menurutnya, selain ikan lele, para pengasap ikan dapat pasokan ikan laut dari beberapa daerah, seperti Juwana, Brondong Lamongan, Banyuwangi, Sidoarjo, Muara angke Jakarta dan lainnya. “Sekali produksi antara 3 hingga 4 kuintal ikan. Sedangkan, perputaran uang usaha pengasapan ikan ini mencapai Rp 150 juta perhari,”katanya.
Menurut Juyamin, ia berkeinginan menjadikan Desa Wonosari sebagai kampung agro minapolitan. Selain ada budidaya jambu lele, juga ada usaha pengolahan ikan asap.
“Kesejahteraan masyarakat sudah dapat dirasakan berkat Bule dan pengasapan ikan ini,”jelas dia. Kini, tantangannya adalah pengelolaan keuangan para pengasap ikan. Agar uang hasil usahanya dapat dimanfaatkan dengan baik, kini Juyamin menggalakkan dan membudayakan menabung dibank.
Menurutnya, untuk mengasap ikan ini, sehari bisa menghabiskan 200 karung janggel jagung perhari. Selain itu, menghabiskan sekitar 600 karung tempurung kelapa. Yang menarik, baik janggel jagung dan tempurung kelapa ini juga dapat dimanfaatkan untuk usaha lainnya.
Bekas janggel jagung dapat menghasilkan minyak dan tempurung kelapa dapat menghasilkan arang yang bernilai ekonomis. “Kita dibantu para peneliti dari beberapa universitas. Tempat pengasapan ini juga menjadi jujukan penelitian mahasiswa,”katanya. Bahkan, kata dia, beberapa kali menjadi tempat studi banding warga asing. (*)