JATENGPOS.CO.ID, DEMAK – Bencana rob dan abrasi di pantai utara Demak yang sudah berlangsung bertahun tahun membuat sejumlah pihak tertarik untuk melakukan penelitian. Diantaranya soal terjadinya sedimentasi yang ada di kawasan pesisir pantai Demak. Dipesisir Pantura Jawa, termasuk Demak memiliki susunan material alluvial yang belum terkompakkan. Akibatnya, material itu mudah terhempaskan jika terkena air laut.
Diwilayah Kecamatan Sayung misalnya, daerah tersebut struktur tanahnya seperti mangkuk. Kondisi demikian, membuat tanah dipesisir tersebut mudah tergenang air. Untuk itupula, banyak pihak yang tertarik melakukan penelitian di wilayah Desa Surodadi, Kecamatan Sayung.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memandang, bahwa pesisir Pantura utamanya Demak sangat rentan terhadap sedimentasi dan abrasi, utamanya dimuara sungai. Ini juga banyak terjadi diwilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Salah satu penyebabnya adalah hutan mangrove yang ditebangi tanpa adanya penanaman kembali. Untuk itupula, pengetahuan terkait abrasi dan sedimentasi harus ditingkatkan.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dinlutkan) Pemkab Demak, Fathkurrahman melalui Kabid Budidaya dan Tangkap, Sulchan menuturkan, penanggulangan rob dan abrasi diperlukan agar rob dan abrasi tidak meluas. Bencana itu juga menimbulkan persoalan sosial yang komplek.
Diantaranya, sebagai pemicu kawasan kumuh di wilayah perumahan yang terendam rob.
“Maka, perlu ada penanganan bersama soal kawasan pesisir ini. Selain itu, perlu adanya penelitian khusus sedimentasi di kawasan pesisir tersebut,”katanya.(*)