32.3 C
Semarang
Senin, 28 Juli 2025

Pemdes Derekan Kabupaten Semarang Berharap Bisa Maksimalkan Potensi Air Hangat Melimpah

JATENGPOS.CO.ID, UNGARAN- Potensi alam sumber air hangat di Desa Derekan Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang belum bisa dikembangkan secara maksimal oleh pihak Pemerintah Desa (Pemdes). Meski memiliki banyak sumber air hangat tapi berada di lahan yang sudah dimiliki perorangan. Lokasi tersebut dinamai Pemandian Air Hangat Derekan berada di pinggir sungai Kalianget.

Sekretaris Desa Derekan Sulistyo menceritakan keberadaan sumber air hangat sudah ada sejak ia masih kecil. Awalnya berupa sawah dan hanya ada beberapa sumber saja. Air yang keluar tidak bisa digunakan untuk pertanian karena mengandung belerang.

“Dulu semasa kecil saya sering diajak Mbah saya mandi di sumber yang waktu hanya ditutupi sesek. Semakin lama sumber air hangat yang muncul semakin bertambah banyak, kemudian dibedeng untuk tempat berendam warga dan masyarakat dari luar desa yang datang,” ujarnya, belum lama ini.

Adanya sumber air yang mujarab untuk pengobatan itu semakin lama menarik perhatian masyarakat luas sehingga dikembangkan menjadi tempat wisata pemandian. Oleh pemilik lahan kemudian dikelola dengan mendirikan bilik-bilik pemandian. Hanya saja desa tidak bisa mengembangkan secara maksimal tempat tersebut karena terbentur kepemilikan.

“Desa Derekan predikatnya sebagai Desa Wisata Pemandian Air Hangat. Tapi tidak bisa mengelola sepenuhnya sumber tersebut. Pemilik lahan yang mengelola seluruh bilik air hangat. Desa hanya mengambil dari retribusi masuk lokasi sebesar Rp 2.000,- per orang,” jelasnya.

Baca juga:  Tani Merdeka Kabupaten Semarang Solidkan Mas Dar Maju Pilgub

Disampaikan Sulistyo, Pemdes sebenarnya ingin sekali mengembangkan destinasi air hangat dengan menambah fasilitas dan bangunan lebih bagus. Terlebih setelah ada anggaran dapat dialokasi untuk membangun destinasi wisata sebagai upaya menambah pendapatan desa. Kembalinya terbentur pemilik lahan tidak mau melepas asetnya itu.

“Pemdes sudah pernah menawari turut mengembangkan, nantinya bisa bagi hasil dari pendapatan pengelolaan. Pemilik tidak mengizinkan. Sejak tempat itu semakin ramai pengunjung Pemdes hanya mendapatkan retribusi masuk lokasi saja. Pemasukan dari wisatawan yang mandi juga parkir dikelola sendiri pemilik lahan,” ungkapnya.

Sekretaris Desa Derekan Kecamatan Pringapus Sulistyo (berdiri) bersama perangkat desa setempat. FOTO:MUIZ/JATENGPOS

Hasil pendapatan retribusi dan sumbangan dari pengelola, menurut Sulistyo, sudah diwujudkan untuk membangun gapura pintu masuk. Pihak Pemdes masih berharap nantinya destinasi tersebut bisa digarap bersama-sama agar pendapatan lebih dimaksimal.

“Harapan bisa jadi satu pengelolaan dengan desa, untuk bagi hasil bisa dirembuk. Pemdes berani untuk memodali dengan melibatkan instansi terkait Pemkab Semarang. Digarap lebih bagus kita optimis pengunjung akan bertambah banyak tentu pendapatannya semakin besar,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, potensi alam sumber air hangat di Desa Derekan masih tetap lestari. Terdapat banyak sumber air hangat dan berada di lahan yang sudah dimiliki perorangan.

Siswadi (53) pengelola sekaligus pihak pemilik lahan, menuturkan keluarganya sudah merintis Pemandian Air Hangat Derekan sejak tahun 2006. Dulu lokasi tersebut masih berupa areal persawahan, kemudian air dihimpun dengan dibuat kotakan. Tujuannya tidak hanya untuk tempat berendam, sekaligus menahan air hangat dari belerang itu agar tidak masuk ke sawah.

Baca juga:  Bupati Semarang Dukung Gerakan Anti Perundungan Siswa

“Baru tahun 2007 kita membuka usaha ini dengan membuatkan jalan setapak. Waktu itu hanya sepeda motor yang bisa masuk, itupun kalau hujan jalannya berlumpur tidak bisa dilalui,” tuturnya.

Diceritakan, tepatnya di pertengahan tahun 2008 tempat wisata ini mengalami booming dikunjugi banyak orang dari berbagai daerah. Itu setelah ditemukan Situs Petirtaan peninggalan Dinasti Sanjaya pada abad ke-8. Setiap hari pengunjung bertambah banyak, nama Pemandian Air Hangat Derekan menjadi dikenal banyak orang.

Kemudian secara bertahap dibangun bilik-bilik untuk tempat pemandian. Dari keseluruhan sumber air hangat yang dihimpun saat ini menjadi lima titik sumber. Tiga titik diantaranya dibuat terbuka hanya dikotaki tanpa atap. Termasuk tempat penemuan Situs Pertirtaan hanya ditembok tanpa dibuatkan atap.

Alasan dibuat terbuka, menurut Siswadi, untuk menghindari gas belerang yang sewaktu-waktu bertambah kuat. Dikhawatirkan jika dibuat tertutup membahayakan bagi pengunjung yang berendam. Sedangkan dua titik dibuat tertutup karena potensi bahaya gas belerang kecil.

“Pengunjung yang tahu sejarahnya pertirtaan banyak yang suka berendam di tempat yang dulu ditemukan peninggalan bersejarah itu. Di sini ada 5 titik pemandian pengunjung tinggal pilih, tapi tidak semua pengunjung memilih di titik situs pertirtaan,” jelasnya. (muz) 


TERKINI

Pelanggan Gas Industri di Jateng Meningkat

Rekomendasi

Lainnya