JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Heydi Ibrahim, salah satu vokalis rack musik legendaris Tanah Air, tak pernah hilang asa untuk terus konsisten dalam membuahkan karya dari multitalenta yang dipunyainya.
Masa pandemi yang banyak menghempaskan kreatifitas para seniman tak terkecuali profesi musisi. Menjadikan semangat Heydi, sapaan akrab vokalis Power Slaves band rock legendaris Indonesia itu, tetap bertahan dalam bingkai karya seni.
Jarang manggung bersama bandnya secara langsung di hadapan penggemar setia dan masyarakat pecinta rock musik. Tak menjadi masalah buat Heydi.
“Rejeki bisa datang dari berbagai sudut perjalanan hidup. Saat ini kreatifitas karya musik saya bersama Power Slaves benar-benar redup, dalam artian jarang manggung secara profesional. Tetapi kami tidak pernah putus asa, inovasi karya musik bisa disalurkan dengan cara apa saja,” ujarnya, kemarin.
Terkait, berhentinya kegiatan bermusik ditengah kebijakan dan peraturan pandemi. Heydi tak pernah mengeluh. Talenta melukis yang dipunyainya, mampu dikembangkan dengan baik.
“Sejak umur 4 tahun saya sudah gemar corat-coret. Jauh sebelum berkecimpung didunia musik, sempat ikut sanggar lukis di Jakarta. hoby seni dari kecil itu dilanjut dengan sekolah mendalang di Ngesti Pandowo semarang dan melukis wayang orang,” terangnya.
Heydi menegaskan, jika kemampuan seninya tidak ada hubunganya dengan karir musik yang dirintisnya hingga menjadi musisi rock musik papan atas Tanah Air.
“Bukan sama sekali antara seni melukis dan mendalang bagian dari sisi karir musiknya. Kalau boleh jujur, menyanyilah yang sebetulnya kurang saya dalami. Kalau seni rupa memang saya dalami sejak kecil dan sempat ikut akademi di Belanda ketika pertukaran pelajar. Di jakarta juga sempat masuk Interstudi Jakarta ambil jurusan desain grafis,” paparnya.
Dari banyak karya lukis yang dibuatnya dengan aliran realis dan ilustratif seperti komik dan lainya. Heydi, juga mampu membuahkan karya lukis apa saja, tergantung keinginan pemesan.
Karyanya pun telah mampu diekspresikan secara profesional salah satunya dalam film kartun MNC kids “KIKO” yang berawal dari majalah di MNC.
Heydi pun mempunyai cita-cita besar jika mungkin satu saat diijinkan Tuhan, bisa menggelar pameran seni lukis hasil karya sendiri.
“Berdoa bersama dan tetap menjaga kesehatan dimulai dari keluarga, lingkungan dan masyarakat luas. Saya optimis pandemi bisa berakhir dan musik jalan lagi juga kegiatn melukis. Karena pandemi ini memberi pelajaran untuk saya untuk menggali kembali potensi dasar yang belum tereksploitasi ditengah profesi sebagai musisi,” pungkasnya. (ucl/muz)