29.2 C
Semarang
Minggu, 6 Juli 2025

Berharap Ada Respon Walikota dan Gubernur Ganjar

Jeritan Orang Tua Korban Dugaan Malpraktek 'Samuel Case'

JATENGPOS.CO.ID,  SEMARANG – Dugaan malpraktek oknum pelayan medis RS Telogorejo Semarang terhadap pasien Samuel Reven (26), warga Jakarta yang meninggal 3 Nopember 2020 lalu hingga kini belum menemukan titik terang.

Meski kasusnya sudah dilaporkan Polda Jawa Tengah, sampai sekarang belum ada petunjuk apakah kasus tersebut memenuhi pelanggaran pidana atau perdata sehingga pihak rumah sakit harus bertanggung jawab.

Atas dasar itulah, kedua orang tua korban, (Purn) Raplan Sianturi dan Erni Marsaulina Hutagalung mengadukan basibnya ke Walikota Semarang, Kamis, 22 April 2021 lalu.

Dalam pertemuan dengan Walikota Semarang Hendrar Prihadi, kedua orang tua korban tersebut meminta supaya pemkot Semarang meninjau ulang ijin-ijin yang diberikan kepada RS Telogorejo Semarang. Keduanya juga mendorong pemkot untuk menjadikan kasus dugaan malpraktek terhadap Samuel Refen (Samuel Case) sebagai contoh (raw model) pemkot Semarang dalam membenahi pelayanan rumah sakit terhadap pasien. Sehingga ke depan tidak ada lagi korban dugaan malpraktek.

“Pak Walikota berjanji akan mengkonfrontir kami dengan pihak rumah sakit untuk mengetahui perkara yang terjadi. Harapan kami Pemkot bisa menggunakan kewenanganya melakukan asesmen dan audit terhadap RS yang diduga malpraktek,”ujar (Purn) Raplan Sianturi, dalam kunjunganya ke Jateng Pos, usai menghadap walikota pekan lalu.

Selain itu, pihaknya juga berharap bisa bertemu gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Harapanya sama. Para pemimpin daerah diharapkan bisa serius merespon ‘Samuel Case’ ini untuk batu loncatan membenahi dunia kesehatan.

Baca juga:  Mbak Ita Minta Jembatan Nogososro Ditinggikan

“Harusnya pak Ganjar lebih responsip terhadap masalah ini. Karena setahu saya beliau pernah bilang siapa saja yang merasa dicovidkan segera lapor gubernur,”imbuh Erni Marsaulina Hutagalung.

Warga Cijantung Jakarta Timur ini awalnya hanya mencari keadilan dan tanggung jawab atas kematian anaknya setelah dirawat di RS Telogorejo Semarang 3 Nopember 2020 lalu. Namun pasca kematian sang anak, pihaknya mengaku tidak mendapatkan tanggapan yang memuaskan dari pihak RS. Hingga akhirnya melaporkan kematian anaknya ke Polda Jawa Tengah.
“Kami menduga ada yang tidak prosedur dalam penanganan anak saya selama perawatan sehingga mengakibatkan hilangnya nyawa,”imbuh Erni.

Dia ceritakan, akhir Nopember tahun lalu pihaknya pergi ke Semarang bersama keluarga untuk liburan dan menengok adik korban di Akmil Magelang. Dari Jakarta hingga Jawa Tengah yang nyetir mobil adalah Samuel Refen karena kondisinya sehat walalfiat. Tidak pernah mengeluhkan sebuah penyakit. Namun saat di Semarang mengeluh asam lambungnya naik.

Lalu melakuka periksa di RS Telogorejo. Oleh petugas medis diberi obat dan dinyatakan sehat dan boleh pulang alias rawat jalan. Namun sehari berikutnya Samuel merasakan keluhan yang sama. Akhirnya periksa lagi ke RS Telogorejo. Saat itu ditangani dokter dan dinyatakan gulanya naik. Sehingga disarankan masuk ruang HCU/ICU. Namun ditunggu hingga 6 jam tidak ada kamar. Hingga akhirnya ditawari screening awal test covid. Hasilnya IGG reaktif IGM non reaktif.

Baca juga:  Wali Kota Apresiasi Bantuan Peduli Semeru

“Sejak itu kami diminta tanda tangan persetujuan anak saya dimasukkan ruang isolasi covid. Lalu dilakukan swap hasilnya negatif. Karena negatif kami minta pindah kamar umum tapi tidak boleh karena harus menunggu swap kedua sesuai aturan WHO,”tambah Erni.

Dalam perawatan menunggu swap kedua itu, menurut Erni, Samuel sempat WA orang tuanya soal pelayanan yang kurang bagus. Bahkan sehari sebelum meninggal sempat WA minta dipindah segera dan dibawakan air minum dan susu karena haus.

“Tapi saat kami pagi- pagi datang malah diberi tahu kalau anak saya sudah kritis. Saya kepingin masuk ruangan dengan menggunakan APD tidak boleh. Beberapa saat kemudian anak saya dinyatakan meninggal. Sejak itu saya langsung diijinkan masuk tanpa APD. Kalau anak saya memang covid harusnya saya kan tidak boleh mendekat tanpa APD. Ini ada apa?”tanyanya heran.

Dari situ pihak keluarga semakin curiga. Katanya tidak covid tapi proses perawatanya di ruang covid.

“Lebih heran lagi ketika diminta penjelasan sebab kematinya Samuel, pihak RS memberi keterangan kematian bukan akibat penyakit menular, kami semakin bingung,”imbuhnya lagi.

Karena tidak mendapat penjelasan yang memuaskan pihak keluarga sepakat melakukan somasi dan melaporkan kasus tersebut ke Polda Jawa Tengah. Kini Polda Jateng sedang melakukan penyelidikan atas perkara ini. Sudah empat bulan kasus ini berjalan. Baik pelapor maupun terlapor sudah diperiksa. Namun belum ada titik terang.(jan)

TERKINI

Rekomendasi

Lainnya