JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Para mahasiswa yang tergabung dalam Hipmi PT Unnes menggelar Ngopi Bareng bertema ‘Cara Membangun Bisnis Tanpa Modal dan menentukan Market ’ di kampus Unnes, Rabu (23/3). Menjadi pembicara dalam acara tersebut adalah CEO Batik Identix, Irma Susanti. Pengusaha muda dan cantik yang memulai usahanya sejak di bangku kuliah ini berbagi kiat membangun usaha dari nol kepada para mahasiswa.
Irma menceritakan pengalamannya merintis Batik Identix hingga bisa membuka pasar di beberapa negara Asia dan Eropa. Ia mengajak para mahasiswa agar tetap semangat untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan walaupun harus membagi waktunya dengan kuliah. Selain itu ia juga meyakinkan jika menekuni bisnis tidak harus hal berkaitan dengan jurusan pendidikan yang diikuti.
“Tidak harus dari jurusan manajemen. Semua punya peluang jadi pengusaha,” ucap alumnus Fakultas Sosiologi dan Antropologi Unnes ini. Menurut Irma, kunci utama berbisnis adalah jeli melihat peluang. “Ketika muncul peluang, jangan disia-siakan kesempatan.” Katanya.
Menurut Irma, peluang tak selalu datang, namun peluang bisa diciptakan. Untuk bisa menciptakan peluang, pertama kali kita harus mengenali diri sendiri. Apa saja potensi diri yang bisa diolah menjadi peluang bisnis.
Irma yang kini banyak dikenal di dunia desain batik ini tak lepas dari keberhasilan pengenalan dirinya terhadap hobi menggambar yang sering ia lakukan. “Saya hobi nggambar dan motor. Dulu saya sering main ke bengkel motor. Di sana, saya suka mempraktikkan membuat airbrush motor,” paparnya.
Bisnis adalah sebuah Ide Dari mengenali diri dan menggeluti hobi, biasanya ide bisnis bakal lahir. Hanya saja, kenyataan butuh usaha yang keras dan konsisten. “Ide harus digali terus dan ide bisnis itu tidak bisa hanya meniru-niru yang sudah ada, harus murni dari kreatifitas diri sendiri dan punya diferensiasi alias perbedaan dari yang lain,” tuturnya.
Sebagaimana Irma menangkap ide batik identix milenial. Awalnya, dia melihat batik hanya dikenakan saat acara-acara formal. Itu pun oleh orang-orang yang sudah berumur. Dalam hal penamaan untuk branding produknya ia juga memilih nama yang unik, yaitu nama Identix yang ia dapatkan dengan menggabungkan tiga kata : Irma Desain Batik. Nama yang tak asing didengar dan terkesan milenial banget.
“Batik kan warisan budaya. Kalau hanya dipakai orang-orang tua, bagaimana nantinya. Ini kan harus diangkat anak-anak muda juga. Akhirnya saya membidik pasar milenial dengan membuat desain-desain khas anak muda,” jelasnya.
Di sesi tanya jawab, ada perserta yang bertanya, bagaimana Batik Identix bisa dikenal hingga luar negeri. Irma menjawab simpel. Memperluas pasar, katanya, bisa didapat dengan meluaskan jaringan. “Bangun networking sedini mungkin. Ikuti berbagai seminar, komunitas, dan lainya sehingga dengan punya banyak teman, pasar akan terbuka. Jangan lupa, know your costumer,” pesannya. (prast.wd/biz/sgt).