JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Pada masa pergantian musim, masyarakat diminta mewaspadai merebaknya penyakit demam berdarah. Pasalnya, pada masa pancaroba ini kasus demam berdarah kerap meningkat dan menyerang beberapa daerah di Jawa Tengah. Apalagi di beberapa daerah seperti Jabar dan DKI, kasus demam berdarah sedang terjadi peningkatan kasus. Hal itu disampaikan Wakil Ketua DPRD Jateng, cSelasa (17/5/2022).
Meski belum ada data resmi dari Dinas Kesehatan Jateng tentang angka demam berdarah di pertengahan tahun 2022, pengalaman tahun-tahun sebelumnya, saat perubahan musim kerap terjadi peningkatan kasus demam berdarah di beberapa daerah di Jawa Tengah.
“Maka pada perubahan dari musim hujan ke kemarau, masyarakat juga kami imbau untuk mewaspadai kasus demam berdarah. Khususnya dengan menerapkan pola hidup sehat, membersihkan lingkungan sekitar rumah, meminimalisir sampah yang berpotensi menampung air, serta rutin melakukan pemberantasan sarang nyamuk,” katanya.
Pihaknya juga berharap dinas terkait untuk untuk memantapkan strategi pengendalian penyakit utamanya penyakit tular vektor dan zoonosis (penyakit yang dibawa oleh hewan). Penyakit ini termasuk yang rentan terjadi saat pancaroba.
Ia menyebut, kewaspadaan itu penting walaupun hampir dua tahun terakhir angka kasus penyakit itu turun. Apalagi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat jumlah kasus warga yang terjangkit demam berdarah dengue (DBD) melonjak pada 2022. Dalam skala nasional, sepanjang 2022, tercatat 22.331 kasus DBD. Jumlah itu melonjak cukup tinggi bila dibandingkan kasus pada tiga pekan awal 2022 yang mencatatkan 313 kasus.
Dari ribuan kasus yang terkonfirmasi DBD itu, 229 pasien meninggal dunia. Kemenkes juga mencatat total suspek DBD yang bersumber dari laporan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) secara kumulatif sampai dengan minggu ke-12 tahun 2022 sebanyak 29.568 suspek.
“Imbauan untuk masyarakat, jika menemukan gejala demam dengue, misalnya demam, mual, pusing, nyeri perut, segera memeriksakan diri ke Puskesmas terdekat. Terkait adanya pihak yang menyelenggarakan fogging mandiri, sebaiknya tetap berkoordinasi melalui Puskesmas setempat. Karena, fogging itu ada aturannya. Hubungi Puskesmas, tanyakan apakah fogging itu sudah berizin,” sebutnya.
“Sementara untuk dinas terkait, kami berharap untuk koordinasi dengan Dinas Kesehatan di daerah agar menggencarkan sosialisasi. Serta melakukan pendekatan ke masyarakat untuk rutin melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk dan pengecekan jentik,” tegasnya.
Sebelumnya, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai menyerang daerah di pantura Jawa Tengah seperti Kota Semarang, Kabupaten Jepara, Kudus dan Kendal, puluhan warga sebagian besar anak-anak dirawat di rumah sakit akibat gigitan nyamuk aedes aegypti.
Di Kota Semarang misalnya, kasus demam berdarah dengue (DBD) sempat mengalami peningkatan selama musim hujan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Semarang, sepanjang tahun 2021 tercatat 198 kasus DBD dengan penderita laki-laki, 134 kasus DBD dengan penderita perempuan. Untuk kasus kematian ada 8 orang, masing-masing 4 kasus kematian akibat DBD pasien laki-laki dan 4 kasus kematian akibat DBD pasien perempuan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam, mengimbau masyarakat untuk mewaspadai penyakit DBD, dengan melalukan pemberantasan jentik nyamuk (PJN).
“Itu yang namannya PJN, nah mengapa harus seminggu sekali? Dari uget-uget jadi nyamuk itu waktunya satu minggu. Maka tidak ada cara lain, misalnya dengan fogging, hanya mematikan nyamuk, uget-ugetnya tidak mati. Ini yang terus kita upayakan setiap rumah harus bertanggung jawab kedalam rumahnya sama di luar rumahnya,” ujar Abdul Hakam.
Pemerintah Kota Semarang juga mengerahkan kader juru pemantau jentik (jumantik), untuk ikut memeriksa dan mengingatkan masyarakat, dalam membersihkan tempat penampungan air yang berpotensi menjadi tempat bertelur nyamuk. (sgt)