JATENGPOS.CO.ID, SALATIGA – Pria kurus itu berjalan gontai menyusuri jalanan di Kota Salatiga. Di depan dada dan punggungnya ditempeli kardus yang berbunyi ‘ Jual Ginjal untuk Bayar Hutang’. Dengan mamakai topi dan masker, lelaki yang diketahui bernama Slamet Raharjo (65 ) warga Desa Semampir RT 05 RW 05 Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang ini mengaku nekat berbuat demikian karena sudah buntu jalan pikirannya dalam membayar hutang.
Saat ditemui Jateng Pos di Jalan Patimura, Jumat (9/9), pensiunan di Departemen Pertahanan di Jakarta ini mengaku saban hari didatangi tukang kredit agar membayar cicilan hutangnya. Slamet mengaku memiliki hutang di bank thitil ( plecit) sekitar Rp 27 juta.
“ Saya binggung sudah tidak bisa membayar cicilan, setiap hari didatangi tukang kredit untuk membayar cicilan. Sementara kebutuhan saban harinya sangat banyak,” akunya.
Sebagai pensiunan PNS di lingkungan Departemen Pertahanan di Jakarta, sebenarnya bapak lima orang anak ini memiliki uang pensiun. Namun bulanan pensiun sudah habis terpotong untuk cicilan beli rumah yang ditempatinya sekarang ini setelah memutuskan pindah dari Jakarta. Sementara istrinya sebagai ibu rumah tangga.
Slamet mengaku sudah tidak memiliki aset lagi selain rumah yang ditempati sekarang ini, itu pun masih kredit bank dengan memotong pensiuanannya.
” Uang pensiun sudah habis kepotong cicilan saat beli rumah. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, hutang di bank thitil hingga total Rp 27 juta. Untuk menutup kebutuhan sehari-hari, sudah tidak ada pemasukan lagi, sementara kebutuhan terus berjalan. Saya pun akhirnya menawarkan ginjal saya,” katanya.
Di tengah kekalutan itu, Slamet pun memberanikan diri untuk menjual ginjalnya. Ia pun nekat menawarkan ginjalnya dengan keliling Kota Salatiga.
” Saya berangkat dari rumah jam 08.30 dengan berjalan kaki dan keliling ke kota untuk menawarkan ginjal saya. Siapa tahu ada yang mau,” katanya.
Selama ‘jalan-jalan’ menjajakan ginjalnya keliling kota, tidak ada seorang pun yang ‘tertarik’ dengan dagangannya.
” Sempat sekali ada bapak-bapak saat di Jalan Sukowati, yang iba melihat saya, dan mengatakan bila ada orang Jakarta yang membutuhkan donor ginjal, mau dicari,” katanya.
Slamet pun tidak mematok ginjalnya, yang penting dengan menjual ginjalnya utangnya Rp 27 juta di bank thithil bisa lunas.
“ Saya berharap ada yang membuthkan ginjal saya, karena saya butuh uang untuk menutup hutang-hutang saya. Ada timbal balik, yang saya punyai ini. Saya pusing dan bingung setiap hari didatangi tukang kredit,” akunya.
Meski ‘dagangan’ yang ditawarkan tidak menarik perhatian orang, namun ada warga yang iba. Sebagaimana yang terjadi saat Slamet berjalan di Jalan Patimura, Salatiga. Ia didatangi ibu-ibu naik sepeda motor yang memberinya uang Rp 10 ribu untuk sekedar sangu. Namun Slamet menolaknya, dengan mengatakan tidak dan terimakasih.
Namun setelah si ibu terus mendesak agar mau menerima pemberiannya, Slamet pun akhirnya mau menerimnya dan mengucapkan banyak terimakasih. (deb)