JATENGPOS.CO.ID, SEMARAN– Menjadi khotib sholat Jumat, tidak saja dituntut mahir berbicara atau berpidato, tetapi juga harus tahu syarat dan rukunya supaya sah. Sebab khotib sholat Jumat berbeda dengan orang berpidato.
Itulah yang terangkum dari pelatihan Khotib Sholat Jumat, yang digelar Forum Silaturahim Takmir Masjid dan Musholla (Fostam) Semarang, kerjasama Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al Falaq, Perum Korpri Payung Prasetya, Pudak Payung Semarang, Sabtu, 10 September 2022.
Acara di masjid Al Falaq, yang diikuti sekitar 100 orang takmir masjid dan musholla di wilayah Kota Semarang itu, berlangsung meriah. Menghadirkan dua pembicara yang sudah ahli dibidangnya.
Sesi pertama diisi Ustad Muhammad Afif, Lc, dari kampung Gedawang yang sekaligus anggota DPRD kota Semarang. Sesi kedua diisi Ustad Hari Sutarto, dari kampung Pucung Banyumanik Semarang.
Menurut Ustad Afif, khotib sholat Jumat harus menjalankan syarat khotib, syarat khotbah, dan rukun khotbah Jumat. Syarat khotib adalah pria muslim, baliq, menutup aurat, sehat jasmani, pikiran dan rohani, membaca Alquran dan Hadist dengan tartil, suci dari hadast dan najis, memahami materi khotbah, mampu menyampaikan khotbah dengan baik.

Sedangkan syarat khotbah, adalah dilakukan waktu dhuhur, dilakukan dua kali dengan berdiri, duduk diantara dua khutbah, dengan suara keras, berkesinambungan antara khutbah pertama dan kedua, menghadap jamaah, di atas mimbar, dilakukan dengan tenang, dilakukan secara singkat.
Untuk rukun khotbah, menurutnya ada enam. Pertama membaca hamdalah atau pujian kepada Alloh, kedua membaca dua kalimah syahadat (tasyahud), ketiga membaca sholawat kepada Nabi, keempat wasiat ketaqwaan, kelima membaca ayat Quran yang dapat dipahami isinya, keenam mendoakan mukminin dan mukminat.
“Syarat itu sesuatu yang harus dipenuhi sebelum melakukan perbuatan, sedangkan rukun itu apa yang harus ada ketika melakukan sehingga perbuatan menjadi sah. Intinya syarat itu terletak di luar, rukun terletak di dalam,”katanya.
Wakil rakyat dari PKS itu menambahkan, Khotbah Jumat itu sunnahnya dilakukan singkat. Jika lama tetap sah tetapi hukumnya makruh.
“Orang cerdas itu kalau khotbah pendek tetapi sholatnya yang lebih lama,”imbuhnya.
Untuk tema khotbah sebaiknya memilih yang menyejukkan, meningkatkan taqwa, meningkatkan iman, memperkuat aqidah dll. Bukan khilafiyah atau pertentangan yang membuat perpecahan.
“Tema politik atau kritik yang membangun pun boleh. Asal menjelaskan situasi umum, tidak menyerang atau menuding orang per orang atau kelompok tertentu, tidak menghasut dan menyerang pemerintah,”tambah ahli fiqih ini.
Dia juga menjawab pertanyaan peserta soal khotib melawak yang membuat jamaah tertawa. Jika dilakukan sengaja, maka hukum khotbahnya menjadi tidak sah. Untuk khotbah yang dibaca dari buku dengan khot ah langsung, lebih afdhol langsung. Namun tetap sah.
Maka dari itu, supaya tema khutbah tidak liar, dia menyarankan setiap takmir memiliki kurikulum khotbah.

PANGGILAN DAKWAH
Sementara, Ustad Hari Sutarto menyampaikan, menjadi pengkhotbah adalah panggilan Alloh untuk berdakwah. Pendakwah profesi terbaik yang pahalanya lebih baik dari dunia seisinya.
“Pilihan terbaik jadilah khotib atau mubaliq, sebagian ulama mengataka berdakwah iru hukumnya wajib
Untuk merubah peradaban. Jika satu saja ada orang yang tercerahkan, pahalanya lebih baik dari dunia seisinya,”kata Ustad Heri.
Alumni Gontor dan Madinah itu menambahkan, kalau ingin jadi orang baik, mulailah bicara yang baik-baik. Meskipun kita sendiri belum bisa melakukanya. Maka jika ditawari menjadi khotib ambillah karena itu kesempatan emas dari Alloh SWT.
“Hidup hanya sekali pilihlah pekerjaan terbaik menjadi da’i.
Beranilah memberi peringatan. Bangun kecintaan umat ini kepada sholat, sholat dulu, insyaa Alloh rizki akan menyusul. Saya sudah membuktikan. Jangan takut miskin karena menjadi da’i,”serunya.
Namun bagitu, untuk menjadi khotib semua harus banyak belajar dan membaca. Jangan takut salah. Sebab jika khotbah salah, rukunnya boleh diulangi dari awal. Khotib juga harus banyak menghafal ayat Alquran dan hadist. Caranya, setiap ayat atau jadist dibaca 40 kali berulang ulang, insyaa Alloh akan mudah hafal.
“Banyaklah membaca fiqih sunnah, dalil-dalil, siroh dll. Jangan mimpi menjadi khotib tanpa membaca. Belajarlah untuk mencari ilmu bukan untuk melihat aliran,”imbuh ahli hadist, ahli tafsyir, dan ahli hikam tersebut.
Ustad yang banyak mengisi di kantor-kantor pemerintah dan perusahaan itu menambahkan, kalau bisa seorang khotib mampu bercerita tentang cintanya rosul kepada umatnya. Atau cintanya sahabat kepada nabi. Agar tumbuh kecintaan umat kepada Nabi sehingga lembut hatinya.
Ustad yang juga langganan penterjemah pejabat Arab Saudi yang datang ke Indonesia itu menjelaskan, jika khotib kentut, dia harus angkat tangan sebagai simbul batal wudhunya. Lalu dia mengangkat jamaah lain yang layak untuk meneruskan rukun yg belum dijalankan.
BANK KHOTIB
Ketua Fostam, H.Muchlis Fauzi S.Ag mengatakan, pelatihan khotbah Jumat ini untuk menjawab kebutuhan khotib sholat Jumat, yang sering kali kekurangan. Peserta yang sudah siap nantinya akan dimasukkan “bank khotib” sebagai stok khotib cadangan.
“Di beberapa masjid sering kelabakan ketika waktu Jumat tiba, ternyata mendadak khotib tidak bisa datang karena sesuatu hal. Jika kelak ada masalah seperti itu, khotib cadangan bisa kita fungsikan sebagai pengganti,”katanya.
Sementara itu, M.Agus Nur W, S.Ag,
Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al Falaq, Perum Korpri Payung Prasetya, Pudak Payung Semarang, menambahkan, pelatihan khotbah Jum’at ini disupport LAZIZ Jateng dan POS DA’I.
“Harapanya pelatihan akan berlanjut dengan pendalaman materi dan ptaktek, sehingga kemampuan khotib cadangan semakin bagus,”harapnya. (jan)