31.1 C
Semarang
Jumat, 15 Agustus 2025

Kisah Waria Semarang Jadi Guru Ngaji

JATENGPOS.CO.ID,   SEMARANG – Ada yang unik dari kehidupan waria di kota Semarang. Meski terpinggirkan di masyarakat, salah satu waria di kota lumpia ini ada yang jadi guru ngaji.

Itulah yang dijalani waria bernama Silvi Mutiari (42 tahun). Transpuan (waria) yang tinggal di Jln Randusari Spain Rt 05/Rw 01 kota Semarang ini sudah menekuni guru ngaji sejak tiga tahun lalu. Tepatnya sejak awal pandemi hingga sekarang.

“Awalnya karena pandemi. Daripada waktu terbuang, orang-orang kampung menyarankan saya ngajar ngaji anak-anak, apa lagi saya dianggap bisa baca tulis Alqur’an,”kata Silvi, yang punya nama asli Wolly, ini.

Ditemui Jateng Pos, di rumahnya 27 Oktober 2022 lalu, Silvi tampak semampai dan anggun. Dengan tinggi 170 cm dan baju muslimah lengkap dengan jilbabnya, Silvi begitu sabar mengajar anak-anak baca Quran yang datang kerumahnya.

Menjelang asyar, sekitar lima anak yang sudah pulang sekolah menuju rumahnya. Dengan membawa buku Iqra, mereka duduk bersila du ruang tamu bersama Silvi. Lalu membaca doa-doa sebelum mengaji.

“Mereka saya ajari baca Qur’an dengan menggunaan buku Iqra. Terutama belajar tajwit dan makhrot yang benar,”imbuhnya.

 Silvi mengaku bisa ngajar mengaji karena belajar sejak kecil. Waktu SD hingga SMA dia rajin ke masjid. Selain belajar ngaji setiap sore, dia juga menjadi muazin (tukang azan).

Bekal itulah yang membuat orang kampung mempercayakan dirinya untuk mengajar anak-anak. Selain baca tulis, anak-anak juga diajari baca Yasin tahlil, asmaul husna, doa-doa pendek, doa khafaratul majlis (penutup majlis), dll.

“Saya sebenarnya tes ombak waktu diminta ngajar ngaji dulu. Eh..ternyata warga menerima. Meski saya transpuan (waria), mereka menerima, mereka melihat ilmunya bukan warianya,”katanya.

Baca juga:  Calon Kecewa, PDIP Solo Beri Rekomendasi Tokoh Yang Tidak Daftar
Silvi Mutiari

Bahkan kini, rumahnya juga dijadikan pengajian rutin yasin tahlil seminggu sekali oleh ibu-ibu. Itu jamaah pangajian yang berlangsung sejak ibunya masih ada. Setelah meninggal diteruskan kakaknya. Tapi kalau kakaknya berhalangan Silvi tampil memimpin Yasinan itu.

Dia berharap, dengan mengadikan dirinya jadi guru ngaji Alloh menerima amalnya. Sebab ditengah kesibukanya sebagai transpuan atau seorang entertain, ada ruhani yang hilang. “Moga-moga ini jadi amal jariyah saya di akherat nanti,”harapnya.

Soal janis kelaminya yang berubah menjadi waria (wanita-pria), menurutnya sudah timbul sejak balita. Ceritanya, waktu ibunya mengandung, sang ibu berharap sekali punya anak perempuan. Bahkan sudah disiapkan baju cewek meski bayinya belum lahir.

“Ternyata setelah lahir, saya seorang cowok. Mungkin dulu belum ada USG kali ya,”katanya.

Dari situ, akhirnya Silvi kecil sering dipakaikan baju wanita oleh ibunya. Bahkan selama balita tampil sebagai perempuan. Baik pakainya maupun perilakunya. Teman-teman barmainyapun dengan wanita.

Waktu itu, sering dibully teman-teman cowoknya sebagai bencong. Tapi dia belum tahu apa artinya waria. Hingga waktu berlalu usia SD, SMP, dan SMA. Meski berperilaku wanita, saat sekolah menggunakan baju pria karena mengikuti jenis kelamin aslinya.

Saat SMA itulah, Silvi ketemu teman sekolah yang punya perilaku sama. Merekalah yang membawa Silvi makin eksis di komunitas waria.

Dia sadar, hidup sebagai waria bukan pilihan. Tetapi karena keadaan. Maka jika dilahirkan kembali dan bisa memilih, Silvi akan memilih lahir dengan jenis kelamin pria yang tulen, atau wanita yang tulen.

“Sebab tidak mudah mas jadi waria, tantanganya berat. Dikucilkan, dipinggirkan, bahkan sulit untuk bekerja di sektor formal,”keluhnya.

Baca juga:  Kapolri Tinjau GT Kalikangkung Antisipasi Arus Mudik 

Namun karena keadaan, hidup menjadi waria tetap dia jalani. Sambil berdoa menemukan hidup yang terbaik di akhir hayatnya. Dia juga tidak berani berumpah bahwa waria tidak bisa berubah. Jika Alloh menghendaki, dia kelak bisa berubah menjadi pria sejati.

“Sebab yang membolak-balik hati manusia itu Alloh, jadi serba mungkin,”imbuhnya.

Maknya, dia miris jika ada ustad atau kyai yang membeturkan waria dengan agama. Secara agama orang dengan jenis kelamin tidak jelas pasti salah. Tetapi ada rahmat Alloh yang Maha Kuasa untuk merubah hati manusia.

“Menurut saya, agama itu memanusiakan manusia, bukan membenturkan manusia,”katanya lagi.

Sebagai transpuan, Silvi mengaku juga menjalani hidup berumah tangga seperti yang lainya. Bahkan kini sudah menikah dengan pria pilihanya.

“Karena saya cewek, ya saya nikah dengan  laki-laki dong,”jelasnya.

Dia berpesan kepada teman-temanya sesama waria agar tidak bergonta ganti pasangan. Selain rawan kesehatan, juga menambah image buruk waria. Jika ingin dihargai masyarakat, jalanilah status waria secara benar dengan menikah satu pasangan saja.

KETUA PERWARIS

Silvi sendiri adalah Ketua Perwaris (Persatuan Waria Kota Semarang). Ada 60 lebih waria yang bergabung denganya. Profesinya bermacam-macam. Ada entertain, MC, guru, PNS, pengusaha salon, butik, bahkan jadi advocad.

Tugas dia mengedukasi anggotanya untuk memperbaiki citra negatif di masyarakat. Diantaranya dengan mengajak komunitas waria berbuat sosial, meningkatkan skil dan keterampilan.

“Kalau kita punya skil, kita akan mendapat tempat yang baik di masyarakat. Jangan ada kesan transpuan itu hanya jadi pengamen di jalanan,”pesanya. (jan)


TERKINI

Rekomendasi

Lainnya