30.7 C
Semarang
Selasa, 8 Juli 2025

Mantan Sekolah Filial Butuh Perluasan

Profil SMPN 44 Semarang di Mijen

JATENGPOS.CO.ID,  SEMARANG –  Meski tergolong baru, yang ada di Jln Raya Wono Plumbon Kecamatan Mijen kota Semarang, mulai unjuk gigi. Sekolah di pinggiran kota ini sudah mengkoleksi 21 kejuaraan.

Padahal, sekolah ini dulunya berstatus sekolah filial (sekolah jarak jauh) yang menginduk ke SMP 23 Semarang. Baru tahun 2018 berubah menjadi SMP Negeri yang mandiri.

“Meski begitu, kami sudah punya 21 koleksi kejuaraan tingkat kota Semarang. Ini menandakan meski sekolah baru dan berada di pinggiran, anak-anak tetap semangat untuk belajar dan meraih prestasi,”kata Muhammad Basuki, Kepala Sekolah SMP 44 Semarang, kepada Jateng Pos, Senin (14/Nopember 2022).

Pria bersahaja ini menambahkan, prestasi yang diraih siswa-siswinya diantaranya pencak silat, pramuka, band, olahraga sepak bola, dan kejuaraan fisik lainya. Sedangkan untuk prestasi guru pernah meraih juara tiga guru berprestasi tingkat kota. Juga prestasi guru olahraga tingkat kota dalam HUT PGRI.

KEPALA SEKOLAH : Muhammad Basuki.

“Meski masih terbatas, anak-anak dan guru terus kita dorong untuk mengikuti berbagai kegiatan lomba, sehingga memacu prestasi,”jelasnya.

Sebagai SMP negeri yang baru, dia memaklumi jika sekolannya masih tergolong berjuang. Baik raihan prestasi maupun sarana dan prasana yang ada. Semuanya masih tergolong terbatas.

“Bagaimana tidak, untuk syarat menjadi SMP negeri saja syaratnya harus punya lahan minimal 2500 meter. Di sini baru bisa membebaskan lahan 1800 meter, sebelumnya saat berdiri malah hanya 790 meter,”katanya.

Baca juga:  Pemkot Semarang Terima Penghargaan untuk Pengelolaan Sistem Kesehatan secara Gotong Royong

Sehingga saat ini sekolahnya sangat membutuhkan perluasan lahan untuk kelas, UKS, ruang BP, musholla, Lab IPA, Lab Bahasa, Perpus, halaman dll. Sudah berencana membebaskan lahan rumah warga di sekitarnya. Saat ini sudah memasuki study larap. Tetapi menunggu realisasi dari pemerintah kota.

Untuk ruang kelas sudah ada bangunan bertingkat. Tetapi belum semuanya selesai. Sehingga daya tampung siswanya masih terbatas. Bahkan untuk sholat berjamaah harus menggunakan ruangan kelas yang belum jadi.

Menurut Basuki, saat ini jumlah kelas baru 13 kelas. Dengan jumlah siswa, yaitu  kelas 1 (155 siswa), kelas 2 (160 siswa), dan kelas 3 (93 siswa). Jika sarana bertambah,  tahun depan akan membuka 6 kelas lagi. Sementara untuk jumlah guru 17 orang. Dengan rincian, 16 ASN dan PPPK, dan satunya guru non ASN. Diharapkan yang non ASN bisa menjadi ASN sehingga tenaga pengajar proporsional.

“Insyaa Alloh, jika sarana dan prasarana sudah memadai, jumlah siswa SMP 44 akan bertambah, sehingga sumber dana utama BOS juga bertambah. Insyaa Alloh kita bisa maju dan besar seperti sekolah lainya,”harapnya.

Dia juga mengakui, sekolahnya masih bertaraf uji coba sekolah ramah anak dan anti bulliying. Harusnya bisa menjadi sekolah adiwiyata, sekolah sehat, hingga menjadi sekolah penggerak.

Untuk pengembangan karakter, tiap pagi anak-anak yang muslim berkumpul di halaman untuk dibiasakan membaca Asmaul Husna, membaca teks Pancasila, lagu Indonesia Raya, juga mars lagu SMP 44. Di hari-hari besar seperti Hari Pahlawan dan Hari Bahasa, anak-anak diberi kesempatan berkreativitas.

Baca juga:  Penunggak Pajak Kendaraan Akan Ditagih ke Rumah

“Meski dalam keterbatasan sarana dan prasarana, anak-anak tetap semangat. Ada kegiatan Pilkaos, yaitu mengajarkan anak-anak untuk berdemokrasi,”imbuhnya.

Untuk alumni, menurut Basuki, selain melanjutkan jenjang SMA/SMK, banyak yang jadi TNI dan Polri. Meski belum ada yang jadi pejabat nasinoal, menurutnya itu sudah bagus.

Basuki mengajak masyarakat Mijen untuk bersama-sama membesarkan SMP 44 dengan mendaftarkan anaknya di sekolah terdekat. Dulu memang sekolah filial, tetapi sekarang sudah negeri sehingga punya daya saing yang sama.

Personil Band SMP 44 Semarang

PEMANFAATAN HP

Dia mengakui, sebagai sekolah pinggiran  yang menjadi kendala saat ini adalah stabilitas semangat belajar para siswa. Selama ini masih naik turun. Apa lagi latar belakang pendidikan orang tua juga sangat berpengaruh.

Selain itu, juga penggunaan HP. Masih ada para siswa yang menggunakan HP tidak sebagaimana mestinya saat dilakukan sidak. Sehingga sangat menganggu konsetrasi siswa dalam belajar di sekolah maupun di rumah.

“Di sini masih ada siswa yang mogok sekolah sampai sebulan lebih. Ini karena peran orang tua yang masih kurang. Ada juga yang bersitegang dengan orang tuanya akibat pacaran. Semuanya menjadi PR kita untuk kita bina dan perbaiki. Mereka kita kunjungi, kita panggil, kita damaikan supaya mau sekolah,”jelasnya. (arif/sal/jan)


TERKINI

The Blues Diunggulkan

Ukir Sejarah di Real Madrid

Oxford Pemuncak Kkasemen

Harimau Malaysia U-23 Beri Sinyal

Rekomendasi

Lainnya