JATENGPOS.CO.ID, Semarang, Zea Algabili Ketua Laskar Muda Hanura Jawa Tengah ( LASMURA JATENG) mengaku tidak heran jika ada Seorang Pejabat ASN muda dari segmen demografi usia kategori Milenial yang menjabat sebagai Camat kemudian berseberangan / berbeda pendapat dengan Walikota yang secara hirarki merupakan atasannya.
Zea mengatakan bahwa gap/jarak antar generasi itu ada dan nyata, Generasi Milenial memiliki kecenderungan yang berbeda dengan generasi sebelumnya, generasi Melenial cenderung keritis, terbuka terhadap hal baru, berani mengungkapkan perbedaan pendapat, dalam hal ini juga harus dimaknai secara Positif artinya generasi milenial bukan generasi yang ABS (Asal Bapak Senang), milenial memiliki kebiasaan mengambil keputusan by data atau yang dikenal dengan istilaha data driven. “Bagi saya ini merupakan suatu paradigma baru yang suka tidak suka, hal ini tidak dapat dihindari” ujar Zea Algabili.”
Menurut pandangannya secara pribadi hal seperti ini bukan merupakan Anomali, “bukan generasi milenial namanya jika tidak berani tampil beda, tidak keritis”.
Zea menilai fenomena Viral konten dengan narasi nasi goreng di akun media sosial instagram @adhebakti merupakan Dinamika gaya kepemimpinan dan komunikasi Pejabat milenial.
“Yang saya tau mutasi itu dikait- kaitkan dengan Konten yang di uplod pada instagram pribadi milik Mas Ade Bhakti, Postingan konten itu dianggap menyindir Program lomba masak nasi goreng yang dikenal dengan sebutan nasi goreng ala Mba Ita. Mutasi jabatan yang jumlahnya 349 pegawai di indikasikan adanya unsur subjektivitas suka dan tidak suka, namun saya membaca berita, pada saat melantik, Walikota Semarang menyampaikan bahwa tidak ada like and dislike” ujar Zea.
Zea Algabili juga mengaku mengikuti Instagram @adhebakti “Ya saya follow IG nya, kemarin sempat lihat Story nya, mas Ade Bhakti mengatakan : “Apapun tugasnya ASN harus siap dimana aja, siap, siap, siap, asalkan bukan karena nasi goreng.”
Ketika dimintai komentar terkait konten nasi goreng di instagram Ade Bhakti yang sedang ramai di media sosial, Zea Algabili yang juga merupakan Tokoh Muda Jawa Tengah mengatakan, “jika kita melihat Mas Camat selaku birokrat yang secara hirarki jabatannya berada dibawah Walikota tentu saja akan ada yang berpendapat bahwa hal seperti itu tidak etis, klo orang jawa bilang bener lan kepeneran, yang artinya benar saja tidak cukup, namun juga harus menyertakan etika, rasa dan perasaan.” “Itu perempuan lho”, ujar Zea Algabili dengan sedikit tertawa.
“Akan tetapi jika kita melihat dari sudut pandang yang berbeda, misalnya dalam hal ini jika saya melihat Mas Ade Bhakti ingin berpindah haluan dari Birokrat menjadi Politisi, tentu ini menjadi momentum yang sangat strategis sekali”.
“Sebagai ASN yang pernah menjabat sebagai Camat yang berdasarkan Usianya termasuk dalam segmen demografi usia milenial, Mas Ade Bhakti memiliki gaya kepemimpinan dan cara berkomunikasi di media sosial yang sangat baik sekali”.
“Saya rasa dengan melihat track record mas Ade Bhakti selama ini, orang yang berjiwa seperti beliau sangat cocok terjun ke dunia Politik, menjadi Anggota Dewan atau Kepala Daerah”. Zea juga menambahkan bahwa Saat menjabat sebagai Camat Gajahmungkur Mas Ade Bhakti terbukti mampu meraih berbagai macam prestasi, gaya komunikasi yang digunakan mas Adhe Bhakti di media Sosial juga terbukti mampu menarik simpati masyarakat, sehingga ramai diperbicangkan dan menjadi Viral di Media Sosial.
“Bagi saya ini merupakan suatu paradigma baru yang suka tidak suka, hal ini tidak dapat dihindari” ujar Zea Algabili.”
Menurut pandangannya secara pribadi hal seperti ini bukan merupakan Anomali, “bukan generasi milenial namanya jika tidak berani tampil beda, tidak keritis”. (Prast.wd/biz)