36 C
Semarang
Kamis, 16 Oktober 2025

Sambut Ramadan, Tradisi Gebyuran Bustaman Hadir Dengan Serangkain Kegiatan

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Guna melestarikan budaya yang sudah menjadi tradisi masyarakat, khususnya warga Kampung Bustaman. Pemerintah Kota Semarang menghelat “Gebyuran Bustaman” yang menjadi budaya sambut bulan Ramadan.

Gebyuran Bustaman telah berlangsung selama 12 tahun yang lalu, mengambil inspirasi dari cerita rakyat yang telah dipercayakan secara turun temurun oleh tokoh kampung.

“Inisiatif ini menciptakan bukti konkret bahwa kebudayaan dapat terbentuk ketika bertemu dengan tokoh dan konsep yang tepat. Meskipun Kyai Kertoboso Bustam sendiri merupakan figur penting dalam sejarah kampung Bustaman, tetapi keberadaannya kurang mendapat perhatian yang layak,” kata Wing Wiyarso, Kadinasbudpar Kota Semarang, saat meninjau Kampung Bustaman Semarang, Jumat (1/3).

Baca juga:  Para Penggemar Kucing Kecam Keras Penembakan Kucing di Semarang

Pemerintah Kota Semarang, berharap, dalam penyelenggaraan ke-12 ini, diharapkan Gebyuran Bustaman dapat semakin meriah dan memberikan kontribusi positif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bustaman.

“Tujuan dari acara ini, untuk merawat dan mewariskan nilai-nilai tradisi dan budaya, menjaga dan melestarikan keberlangsungan budaya lokal, mempertunukan atraksi budaya, membangun solidaritas dan kebersamaan di antara warga dan mendorong perekonomian warga dan mendukung pelestarian kampung kota,” terangnya.

Dalam kegiatan yang digelar selama tiga hari ini, mulai Jumat – Minggu (1-3/3), juga diisi oleh ragam hiburan seni budaya yakni Wol, Santi Karisma, Udinular, Keroncong Sonatiwa, Rebana Guyup Rukun dan Reog naga Damai serta sajian kulinari khas Kampung Bustaman.

Baca juga:  Dua Caleg Salatiga Korban Komandante Tuntut untuk Dilantik

Pada puncak acara di hari Minggu pekan ini, Gebyuran Bustaman yang merupakan perang air akan melibatkan seluruh warga kampung setelah kegiatan pentas rakyat dan upacara doa.

“Selama 2-3 jam, warga bebas melempar air kepada seluruh peserta, dengan aturan bahwa tidak diperbolehkan marah setelahnya. Sebagai tahap awal, dilakukan tahlil umum sebagai penghormatan kepada leluhur Bustaman, khususnya Kyai Kertoboso, di Makam Bergota,” tutup Wing Wiyarso. (ucl)


TERKINI

Walikota Pastikan Keamanan MBG jadi Prioritas


Rekomendasi

...