JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Disbudpar Kota Semarang kembali akan menggelar tradisi Sesaji Rewanda. Event kirab seni budaya tersebut, merupakan tradisi yang sudah rutin di gelar tahunan, di Desa Kandri, Kecamatan Gunung Pati.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Wing Wiyarso mengatakan, rencananya tradisi kirab Sesaji Rewanda akan dibuka langsung oleh Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti.
“Kegiatan akan di hadiri secara langsung oleh Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng yang akan mengikuti kirab berjalan beriringan menuju lokasi sesaji,” ujarnya, di Kantornya, Jumat (11/4/2025).
Di jelaskan, setelah sampai lokasi sesaji, ada hiburan penampilan Tari Bambu Krincing yang menggambarkan Sejarah Goa Kreo, Tari Wanara Parisuka dan diakhiri dengan pemotongan tumpeng oleh Wali Kota Semarang, serta ngalap berkah dan ramah tamah.
“Sejarah tradisi Sesaji Rewanda dimulai pada abad ke-15, saat Sunan Kalijaga, salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam di Indonesia, berusaha membangun sebuah masjid yang sekarang terkenal sebagai Masjid Agung Demak,” terangnya.
Lanjut Wing, sesaji Rewanda juga memiliki berbagai makna dan tujuan yang sangat mendalam.
“Sesaji Rewanda jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti, memberi hadiah kepada monyet. Hal ini mencerminkan pentingnya menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dan alam seisinya,” imbuhnya.
Biasanya, perayaan ini berlangsung pada tanggal 3 bulan Syawal, dengan puncak prosesi kirab pada tanggal 12 April mendatang.
Acara dimulai dengan rombongan yang berarak dari desa talun kacang ke Goa Kreo, tempat tinggal monyet-monyet yang dihormati dalam perayaan ini.
Sebelum mencapai Goa Kreo, empat orang dengan menggunakan kostum monyet akan melakukan tarian. Mereka akan menghibur masyarakat dan memberikan semangat kepada peserta.
Di belakang mereka, terdapat replika kayu jati yang melambangkan peran penting monyet dalam membantu Sunan Kalijaga dalam memindahkan kayu jati. Ketika rombongan tiba di Goa Kreo, prosesi kirab dimulai dengan doa-doa yang dipimpin oleh tokoh-tokoh adat, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.
“Setelah prosesi doa selesai, acara dilanjutkan penampilan dari anak-anak komunitas setempat yang mengenakan kostum monyet. Mereka berpartisipasi dalam perayaan dengan tarian yang menggambarkan peran monyet dalam membantu Sunan Kalijaga,” lanjut Wing.
Dalam puncak prosesi tersebut, gunungan-gunungan berisi berbagai hidangan tradisional, termasuk “Sego Kethek” atau nasi monyet, dibagikan kepada para monyet sebagai simbol rasa terima kasih.
Disbudpar Kota Semarang berharap, seragkain prosesi tradisi kirab Rewanda tersebut, menjadi kegiatan sakral yang mengajak masyarakat lintas generasi dalam upaya nguri – uri serta mempertankan tradisi yang sudah berjalan. (ucl)