JATENGPOS.CO.ID, BOYOLALI – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digalakkan pemerintah terus mendapat dukungan luas, termasuk dari kalangan pengusaha di Boyolali. Salah satu Satuan Penyelenggara Program Gizi (SPPG) Randusari 004 Kecamatan Teras, yang dinaungi Yayasan Suket Lawu Mawiji, menonjol dengan penerapan standar operasional premium, komitmen lingkungan, dan perhatian terhadap kesejahteraan karyawan.
SPPG Randusari Teras mulai beroperasi sejak 29 September 2025 dan saat ini melayani 3.060 siswa dari jenjang PAUD, TK, SD, SMP, hingga SMA di wilayah Teras. Kuota ini direncanakan akan bertambah sekitar 500 orang untuk ibu hamil dan menyusui, juga balita.
Yusuf Riyadi, perwakilan Yayasan Suket Lawu Mawiji yang mengelola Dapur Randusari 004 Teras, menyatakan bahwa dapur tersebut beroperasi dengan standar yang sangat ketat.
“Kami menerapkan standart premium dalam segala hal. Mulai dari bahan baku premium dari supplier terpercaya, pengolahan limbah hingga pekerja yang sehat dan sejahtera,” jelas Yusuf, Rabu (15/10).
Menu yang disajikan diatur setiap dua minggu sekali oleh ahli gizi, dengan variasi lauk ikan, telur, ayam, dan daging. Semua diolah secara sehat tanpa penggunaan MSG atau micin, namun diganti kaldu jamur sehat.
Lebih dari sekadar menu, Yusuf menegaskan komitmen mereka terhadap lingkungan dan kesehatan. air dan limbah dapur telah mengantongi surat keterangan baik dari Dinas Kesehatan terkait air yang digunakan, serta surat dari Dinas Lingkungan Hidup yang menyatakan sistem IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan.
“Dapur Barakrejo 004 sudah memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS). Selain itu, semua pekerja telah menjalani medical check up, dan Yayasan juga menjalin MOU kerjasama dengan RSU Pandanaran Boyolali untuk memastikan jaminan kesehatan karyawan,” imbuh Yusuf.
Dapur ini memberdayakan 50 pekerja yang didominasi warga sekitar. Dalam hal rekrutmen, terdapat surat pernyataan dari Kepala Desa Randusari, Teras, yang menyatakan bahwa 65 persen tenaga relawan berasal dari lingkungan sekitar dan 35 persen dari radius 5 kilometer. Hal ini menunjukkan komitmen Yayasan dalam menggerakkan ekonomi lokal.
“Alhamdulillah sudah berjalan sekitar tiga minggu, dan belum ada keluhan dari penerima manfaat baik dari TK, PAUD, maupun SMA,” tutup Yusuf, menegaskan bahwa selain menjaga kualitas gizi, aspek kemitraan, kesejahteraan relawan, dan bina lingkungan juga telah berjalan dengan baik.(dea/rit)