Sudah Dibangun Talud Bengawan Solo Rentan Ambyar

Kondisi Talut Bengawan Solo yang rawan ambrol. Foto: ARI SUSANTO / JATENG POS

JATENGPOS.CO.ID,  SRAGEN – Warga dibantaran Sungai Bengawan Solo, tepatnya di Dukuh Gilis, Desa Katelan, Tangen, Sragen, mengeluh dan merasa was-was. Lantaran mereka kuatir talut sungai rawan ambrol disaat memasuki musim penghujan. Karena  kondisi kerusakan talut yang baru beberapa bulan dibangun rusak semakin parah.

Informasi yang dihimpun, 3 rumah warga dukuh Gilis RT 07 Desa Katelan itu milik Darwati, Supomo dan Sutarmo. Lantaran lokasinya mepet dengan bantaran kali. Sempat ada pembangunan talud namun kembali rusak setelah diguyur hujan beberapa waktu lalu.

Menurut Sub koordinator Operasional Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sragen Dyah Patmasari menjelaskan laporan terkait lokasi tersebut sudah lama. Lantas ketika di survey dan hendak ditangani, sudah ada perubahan kondisi di tepi sungai tersebut. Akibat longsoran dan arus sungai. ”Kondisi waktu akan ditangani, ternyata longsor semakin parah,” ujar dia.

Baca juga:  Kecelakaan KA di Solo, PT KAI Tunggu Hasil Penyelidikan Polresta Surakarta

Akhirnya dibantu dari Corporate Social Responsibility (CSR) untuk penanganan talud. Namun memang pemasangan talud itu tidak permanen. Kebetulan Bengawan Solo merupakan aset dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). Lantas CSR pembuatan talud dari Perum Jasa Tirta (PJT).


Dia menyampaikan untuk perencanaan permanen tidak bisa dilakukan mendadak. Akhirnya mengambil langkah darurat dengan memasang bronjong memakai Sandbag. ”Anggaran dari CSR, tapi kerusakan seiring berjalan waktu tambah terus. Dari rencana desain awal untuk diperbaiki sudah sampai berubah 3 kali. Sementara kondisi di lapangan terus berubah,” terang Dyah.

Dyah menjelaskan sebenarnya sudah ada desain,namun kondisi di lapangan cepat berubah. Pihak DPU juga sempat diskusi dengan Camat Tangen. Menurutnya pemilik rumah tidak mau pindah dari lokasi tersebut. ”Menurut kami yang paling aman ya relokasi itu, karena sepadan sungai sebenarnya salah ditinggali. Tapi nyatanya ada sertifikat juga,” ujarnya.

Baca juga:  Pakar Pendidikan Formulasikan Metode Pendidikan Baru Di Era Disrupsi

Pihaknya menyampaikan pemasangan bronjong tidak permanen merupakan penanganan darurat. Pemasangan itu sebenarnya sudah maksimal. Tapi kondisi lapangan cepat berubah. (ars)