JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Pasar konveksi yang terimbas pandemi, mengilhami sejumlah pemilik butik di Jawa Tengah untuk banting setir usaha. Dari yang semula memproduksi pakaian jadi, mereka banting setir menjadi produsen masker premium. Masker premium adalah masker dari bahan kain namun dilengkapi dengan ornamen khusus sehingga terkesan lebih mewah dan berkelas.
Sejak pandemi awal April 2020, Tri Sugiharti merasakan penurunan omzet pakaian jadi di butik miliknya. Butik yang dia kelola selama ini memproduksi pakaian kebaya baik model tradisional maupun modern. Pesanan juga relatif tinggi karena biasanya kebaya dipergunakan untuk menghadiri pesta dan acara resmi.
“Sejak pandemi, acara pesta maupun upacara resmi tidak ada, saya hampir tidak ada pesanan sama sekali waktu bulan April, Mei, Juni,” ujarnya.
Untuk kebutuhan sehari-hari, Tri memanfaatkan tabungan yang ada sembari memutar otak untuk mempertahankan penghasilan. Salah satunya dengan menjahit masker dari kain-kain yang dia miliki. Pada awal pandemi, masker kain bertebaran, namun masih sebatas kain katun tanpa hiasan atau ornamen khusus. “Ini menginspirasi saya untuk menciptakan masker yang premium, kalau dipakai ga cuman kain menempel di mulut, tetapi nyaman, cantik, dan yang mengenakan juga merasa tidak terganggu penampilannya,” katanya.
Mulailah dia membuat masker dengan hiasan batik ataupun payet. Satu masker dijual mulai Rp 20 ribu sampai dengan Rp 75 ribu. Tergantung model dan kelengkapannya.
Usaha yang sama juga dilakukan Jarwanti, pemilik Griya Modiza, pelaku usaha dari Karangmalang, Sragen yang memilih opsi terus berkembang di masa pandemi ini.
Jarwanti menuturkan, awalnya usaha yang dirilis tiga tahun lalu tersebut fokus pada sektor pakaian jadi, terutama pakaian wanita. Akan tetapi, memasuki awal 2020, dampak pandemi corona berimbas pada usaha yang digelutinya. Jumlah orderan semakin menurun bahkan nyaris sepi. Sampai-sampai pengurangan jumlah tenaga penjahit harus dilakukan, demi mengurangi tingginya biaya pengeluaran di kala pemasukan sedang seret atau lesu.
Tak berkecil hati, Jarwanti, yang kala itu dibantu putrinya, Very, mengatur strategi mengembangkan usahanya dengan produksi masker. Tidak asal masker yang nyaman dipakai serta memenuhi standar kesehatan, ia memilih membuat masker kelas premium.
Imbauan pemerintah untuk wajib memakai masker demi memutus rantai penyebaran dan penularan Covid-19, turut menguatkan tekadnya untuk fokus pada bisnis ini. Saat ini, masker produksi Griya Modiza, yang diberi merk Modiza, sudah sangat dikenal masyarakat, tidak hanya di wilayah Kabupaten Sragen dan sekitarnya, namun juga di seluruh wilayah Indonesia.
Masker Modiza merupakan masker kelas premium, yang dibuat dari bahan berkualitas dan memiliki model yang unik dan lain dari masker kebanyakan. Menurut Jarwanti, Griya Modiza mampu memproduksi masker sebanyak 2.000 lembar per minggu.
Ia menjelaskan, masker kain produksinya aman, karena terbuat dari tiga lapis bahan (3ply) dan berkualitas sesuai standar WHO. Masker buatannya pun di desain khusus agar penggunanya dapat bernapas lebih lega. Tak hanya itu, masker Modiza juga memiliki pilihan motif dan warna yang beragam dan cantik.
Untuk mendukung produksinya, saat ini Griya Modiza mempekerjakan 15 orang penjahit. Untuk pemasaran, dilakukan secara online.
Kabid Informasi, Pengawasan dan Pengaduan DPMPTSP Sragen, Aniek Windarsih yang juga anggota Tim Pengawasan dan Pembinaan Perizinan DPMPTSP menyarankan agar Griya Modiza memperbarui izin melalui Aplikasi Online Single Submision (OSS). Pengurusan izin itu untuk melengkapi izin usaha versi lama, yakni Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang telah dimiliki Jarwanti.
“Membuat izin usaha melalui aplikasi OSS dapat dilakukan di rumah, namun bila menemui kesulitan silahkan datang ke DPMPTSP Sragen, petugas kami siap mendampingi,” jelasnya. (rit)