25.7 C
Semarang
Selasa, 26 Agustus 2025

15 Wisata Candi di Jawa Tengah: Dari Borobudur hingga Sukuh, Menyelami Jejak Peradaban Nusantara

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG- Tanah Jawa dikenal sebagai pusat kebudayaan kuno Nusantara. Di sini, berdiri megah ratusan candi peninggalan Hindu–Buddha yang merekam perjalanan spiritual, politik, dan seni arsitektur pada masanya. Tidak hanya menjadi warisan sejarah, candi-candi ini juga kini berkembang sebagai destinasi wisata budaya yang memikat wisatawan domestik hingga mancanegara.

Berikut 15 candi paling terkenal di Jawa Tengah yang menawarkan perpaduan antara sejarah, panorama, dan pengalaman spiritual yang tak terlupakan.

1. Candi Borobudur (Magelang)

Dibangun pada abad ke-8 oleh Dinasti Syailendra, Borobudur adalah candi Buddha terbesar di dunia yang tercatat sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO. Struktur bertingkatnya melambangkan kosmologi Buddha: Kamadhatu (dunia nafsu), Rupadhatu (dunia bentuk), dan Arupadhatu (dunia tanpa bentuk). Relief sepanjang 2.600 panel bercerita tentang ajaran moral, kisah Jataka, hingga perjalanan menuju Nirwana. Di puncaknya, terdapat 72 stupa dengan arca Buddha yang memberi nuansa sakral dan menenangkan.

Tiket: Rp50.000 domestik, Rp375.000 mancanegara.

Akses: 1 jam dari Yogyakarta, 20 menit dari Magelang.

2. Candi Prambanan (Klaten)

Candi Hindu terbesar di Indonesia ini dibangun pada abad ke-9 sebagai persembahan untuk Trimurti: Siwa, Brahma, dan Wisnu. Menara utamanya menjulang 47 meter, dikelilingi candi-candi kecil yang tersusun rapi. Relief Ramayana yang dipahat detail di dinding candi hingga kini masih bisa “hidup” lewat pertunjukan Sendratari Ramayana yang digelar rutin di panggung terbuka Prambanan. Panorama malam dengan cahaya bulan menambah magis situs ini.

Tiket: Rp50.000 domestik, Rp350.000 mancanegara.

Akses: 30 menit dari Yogyakarta.

– CANDI PRAMBANAN- Candi Hindu terbesar di Indonesia ini dibangun pada abad ke-9 sebagai persembahan untuk Trimurti: Siwa, Brahma, dan Wisnu. FOTO : ANING KARINDRA/JATENG POS

 

3. Candi Mendut (Magelang)

Candi Buddha ini lebih tua dari Borobudur, dibangun sekitar tahun 824 M. Di dalamnya terdapat arca Buddha setinggi 3 meter dengan dua pendamping: Avalokitesvara dan Vajrapani. Ukiran di dinding luar menggambarkan kisah binatang penuh pesan moral. Saat Waisak, Candi Mendut menjadi titik awal prosesi menuju Borobudur. Meski ukurannya tidak besar, aura religiusnya masih kuat terasa.

Tiket: Rp10.000.

Akses: 5 menit dari Borobudur.

– CANDI MENDUT- Candi Mendut dibangun sekitar tahun 824 M, dengan arca Buddha setinggi 3 meter, serta dua pendamping, Avalokitesvara dan Vajrapani. FOTO : ANING KARINDRA/JATENG POS

 

4. Candi Pawon (Magelang)

Terletak di antara Borobudur dan Mendut, Pawon kerap disebut “candi perantara”. Peneliti meyakini fungsinya sebagai tempat penyimpanan abu Raja Indra dari Wangsa Syailendra. Bangunannya kecil namun memiliki detail ukiran flora dan makhluk khayangan yang indah. Karena lokasinya strategis, Pawon menjadi bagian jalur spiritual Waisak.

Baca juga:  KA BIAS Jalur Bandara Adi Soemarmo-Madiun Angkut 42.026 Penumpang

Tiket: Rp5.000.

Akses: 2 km dari Borobudur.

5. Candi Gedong Songo (Semarang)

Kompleks sembilan candi Hindu ini berdiri di lereng Gunung Ungaran, dibangun pada abad ke-8 oleh Dinasti Sanjaya. Posisinya yang bertingkat mengikuti kontur bukit memberi pengalaman trekking sekaligus menikmati panorama pegunungan, hutan pinus, hingga pemandian air belerang alami. Suasananya sejuk, dengan kabut yang sering turun menambah nuansa mistis.

Tiket: Rp10.000.

Akses: 45 menit dari Kota Semarang, melalui kawasan Bandungan.

6. Candi Plaosan (Klaten)

Plaosan dikenal sebagai candi “kembar” yang dibangun oleh Rakai Pikatan (Hindu) dan istrinya Pramodhawardhani (Buddha). Kompleks ini terbagi menjadi Plaosan Lor dan Plaosan Kidul. Arsitekturnya unik karena memadukan unsur Hindu–Buddha sebagai simbol toleransi. Sore hari, Plaosan jadi spot favorit fotografer untuk memburu siluet candi dengan latar senja.

Tiket: Rp10.000.

Akses: 1 km dari Prambanan.

7. Candi Sewu (Klaten)

Meski bernama “Sewu” (seribu), jumlah candi di kompleks ini mencapai 249. Sewu merupakan kompleks Buddha terbesar kedua setelah Borobudur. Dibangun abad ke-8, tata letaknya simetris dengan candi induk menjulang di tengah. Meski beberapa bagian runtuh akibat gempa, Sewu tetap memancarkan aura agung.

Tiket: Termasuk tiket Prambanan (Rp50.000).

Akses: 5 menit berjalan kaki dari Prambanan.

8. Candi Asu Sengi (Magelang)

Nama “Asu” berasal dari relief di kaki candi yang mirip anjing. Dibangun pada masa Mataram Kuno sekitar abad ke-8, candi Hindu ini berfungsi sebagai tempat pemujaan Siwa. Dikelilingi hamparan sawah dan aliran Sungai Progo, lokasinya sejuk dan sunyi, cocok untuk wisata sejarah sekaligus menepi dari keramaian.

Tiket: Gratis.

Akses: 12 km dari Muntilan.

9. Candi Cetho (Karanganyar)

Candi Hindu peninggalan Majapahit akhir abad ke-15 ini masih digunakan masyarakat setempat untuk ritual Jawa–Hindu. Bangunannya bertingkat dengan gapura khas Majapahit, berdiri di ketinggian 1.400 mdpl. Lanskap kebun teh dan Gunung Lawu membuat suasana mistis berpadu dengan keindahan alam.

Baca juga:  Angkasa Pura II Batasi WNA ke Indonesia

Tiket: Rp10.000.

Akses: 1,5 jam perjalanan dari Solo.

10. Candi Sukuh (Karanganyar)

Unik karena berbentuk piramida berundak mirip peninggalan Maya di Amerika Latin. Relief-relief erotisnya sering jadi perdebatan, namun ditafsirkan sebagai simbol kesuburan. Sukuh dibangun pada masa akhir Majapahit, menjadi saksi transisi budaya Hindu ke tradisi Jawa kuno.

Tiket: Rp25.000.

Akses: 1 jam dari Solo ke arah Tawangmangu.

11. Candi Umbul (Magelang)

Lebih mirip pemandian kuno daripada candi. Umbul terdiri dari kolam batu berisi air hangat alami yang konon digunakan keluarga kerajaan Mataram Kuno untuk berendam. Hingga kini, wisatawan bisa menikmati suasana relaksasi di kolam peninggalan bersejarah ini.

Tiket: Rp15.000.

Akses: 30 menit dari Kota Magelang.

12. Candi Lumbung (Klaten)

Terletak di kompleks Prambanan, Candi Lumbung berasal dari abad ke-9. Meski sederhana, terdiri dari satu candi induk dan 16 candi perwara. Arsitekturnya menampilkan perpaduan gaya Buddha dan Hindu. Namanya diyakini berasal dari bentuknya yang mirip lumbung padi.

Tiket: Rp5.000.

Akses: 2 km dari Prambanan.

13. Candi Sojiwan (Klaten)

Candi Buddha ini dibangun pada masa Rakai Pikatan sekitar abad ke-9. Reliefnya unik karena menampilkan kisah fabel hewan yang sarat pesan moral, menjadikannya edukatif untuk anak-anak. Suasana di sekitar candi asri, dikelilingi desa-desa tenang.

Tiket: Rp10.000.

Akses: 3 km dari Prambanan.

14. Candi Gunung Wukir (Magelang)

Menjadi salah satu situs penting karena di sinilah ditemukan Prasasti Canggal (732 M), penanda berdirinya Kerajaan Mataram Kuno. Candi Hindu ini dipersembahkan untuk Siwa, berdiri di atas bukit kecil dengan pemandangan hamparan sawah.

Tiket: Rp5.000.

Akses: 30 menit dari Kota Magelang.

15. Candi Ngempon (Semarang)

Berada di Desa Ngempon, Ambarawa, kompleks ini terdiri dari beberapa candi kecil peninggalan Mataram Kuno. Arsitekturnya sederhana namun menyimpan nilai sejarah tinggi. Suasananya hening, jauh dari hiruk-pikuk, dengan latar Gunung Ungaran yang menambah kesyahduan.

Tiket: Rp5.000.

Akses: 40 menit dari Kota Semarang.

SUMBER : Diolah dari berbagai sumber.(aln)


TERKINI

Rekomendasi

Lainnya