JATENGPOS.CO.ID. TEGAL– Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Tegal mengakibatkan banjir di sejumlah kecamatan. Meski tidak ada korban jiwa, tapi ribuan rumah warga tergenang banjir. Banjir terjadi di wilayah Kecamatan Slawi, Pangkah, Adiwerna, Tarub, Kramat, Suradadi, Warureja, Pagerbarang, Dukuhturi, dan Dukuhwaru.
Tak hanya menerjang permukiman, banjir yang terjadi sejak Jumat (9/2) hingga Minggu (11/2), juga merendam ruas Jalan Raya Purwokerto-Tegal. Ketinggian banjir bervariasi. Mulai dari 20 sentimeter, hingga lebih dari 1 meter. Akibat banjir tersebut, arus lalu lintas di wilayah Kabupaten Tegal tersendat di beberapa titik. Bahkan, sebagian wilayah mengalami mati lampu.
Anton Ramadani, 38, warga Adiwerna menuturkan, baru kali ini banjir terjadi di sejumlah desa di Kabupaten Tegal. Menurut dia, banjir ini bukan hanya karena intensitas hujan yang tinggi, tapi banyaknya saluran drainase yang tersumbat sampah. Masyarakat tidak sadar ketika membuang sampah sembarang yang akan mengakibatkan banjir.
”Di depan Pasar Banjaran banjirnya cukup tinggi. Lalu lintas tersendat. Baru kali ini terjadi. Padahal sebelumnya tidak pernah,” tutur Anton, saat berteduh di depan toko di wilayah Adiwerna, kemarin.
Kondisi banjir yang merendam sejumlah kecamatan di Kabupaten Tegal ini membuat keprihatinan anggota DPRD Kabupaten Tegal Hartono Sosrodjojo. Dia menyayangkan, karena hampir di beberapa jalan yang baru diperbaiki drainasenya ternyata tidak berfungsi baik.
”Contoh di Jalan Mayjend Sutoyo, Slawi, belum lama dibuat drainase dengan beton U-Ditch, tapi ternyata tidak berfungsi dengan baik. Bahkan hampir tidak mengurangi genangan air yang datang setiap musim hujan,” kata politikus Partai Demokrat ini.
Selain di Jalan Mayjend Sutoyo, lanjut dia, di daerah Kudaile, Jalan Imam Bonjol, juga banjir. Sejumlah ruas jalan dan pemukiman warga tampak digenangan air. Padahal, drainase di Jalan Imam Bonjol belum lama dibuat, tapi tak berfungsi. Parahnya lagi, di kawasan Alun-alun Hanggawana Slawi juga banjir. Ketinggian air cukup tinggi yang mengakibatkan beberapa motor roda dua mogok.
Hartono mensinyalir, saluran drainase di kawasan tersebut kurang besar. Dengan demikian, tidak bisa menampung debit air hujan yang tinggi.
”Sepertinya dinas terkait tidak pernah membuat tata perencanaan pengelolaan limbah air yang lebih baik. Tidak ada alasan untuk tidak banjir selama penataan, perencanaan dan pengawasan dilakukan sebaik mungkin,” ucapnya.
Kabupaten Tegal, kata dia, memiliki Sungai Gung yang lebar dan cukup dalam sebagai penampung aliran anak-anak sungai yang ada di sekitarnya. Masyarakat sangat berharap adanya keseriusan dalam pembangunan sarana drainase yang baik, sehingga musibah banjir dapat dihindari.
”Sepertinya dinas terkait kurang serius dalam menata kota. Ini harus dievaluasi, kalau tidak sanggup kerja, sebaiknya diganti saja,” cetusnya.
Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Tegal Iman Sisworo mengaku sudah mengasesmen sejumlah korban banjir sejak Jumat hingga Minggu. Bahkan, pihaknya juga akan mendirikan dapur umum di dua titik. Yakni, di Desa Sidakaton, Kecamatan Dukuhturi dan Desa Padaharja, Kecamatan Kramat.
”Sampai hari ini, data yang kami terima tidak ada korban jiwa. Rumah ambruk atau hanyut terbawa banjir juga tidak ada. Hanya saja, aktivitas warga terganggu karena adanya bencana banjir ini,” ujarnya.
Menurut dia, berdasarkan data yang diperolehnya, ada beberapa kecamatan yang terdampak banjir. Di Kecamatan Adiwerna, sedikitnya 340 rumah digenangi banjir, di Kecamatan Dukuhturi 230 rumah, Kecamatan Kramat 83 rumah, dan Kecamatan Slawi lebih dari 500 rumah. Sementara kecamatan lainnya, belum ada data yang masuk.
”Kami sudah mendistribusikan logistik dan makanan siap saji untuk para korban banjir,” jelasnya. (yer/nam/fat/jpnn/muz)