spot_img
28.6 C
Semarang
Rabu, 25 Juni 2025
spot_img

Kaya Potensi dan Kearifan Lokal, Masyarakat Suruh Diajak Kembangkan Desa Wisata

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG– Masyarakat di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang didorong untuk mengembangkan desa wisata. Suruh yang berbatasan langsung dengan wilayah Kota Salatiga tersebut dikenal memilki banyak potensi pariwisata. Diantaranya dari alamnya yang indah, melimpahnya air dari sumbernya langsung, sejarah, hingga kuliner.

Ketua DPRD Jateng Bambang Kusriyanto mengatakan, Pemkab Semarang telah menyiapkan desa wisata sebagai salah satu destinasi unggulan bagi wisatawan. Desa wisata, lanjutnya, dapat menjadi motor penggerak perekonomian masyarakat.

“Sekarang ini banyak destinasi wisata berbasis masyarakat. Desa wisata ini menjadi salah satunya. Dengan begitu, wisatawan akan punya banyak pilihan destinasi. Tak hanya destinasi mainstream, tapi juga berkunjung ke desa-desa wisata. Sehingga pengunjung selain berwisata juga mendapatkan pengalaman dan merasakan kearifan lokal warga sekitar,” ujar Bambang yang hadir secara daring dalam Sosialisasi Non Perda “Pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Semarang” yang digelar di Aula Kantor Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Sabtu (2/7/2022).

Terlebih, lanjut Bambang, saat ini banyak bantuan atau hibah yang diberikan bagi desa-desa wisata. Baik dari Pemkab Semarang maupun Pemprov Jateng. Bantuan dari Pemprov misalnya, besarnya bervariasi. Yaitu desa wisata yang masuk kategori rintisan mendapatkan bantuan Rp 100 juta, desa wisata berkembang memperoleh Rp 500 juta, dan desa wisata maju mendapatkan Rp 1 miliar.

NON PERDA: Sosialisasi Non Perda “Pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Semarang” berlangsung di Aula Kantor Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Sabtu (2/7/2022). FOTO:IST/JATENGPOS

Selain pemandangan alam, daya tarik desa wisata adalah budaya dan kearifan lokal masyarakat. Diharapkan wisatawan yang datang tak sekedar foto-foto lalu pulang, tapi juga merasakan pengalaman tersendiri seperti ikut menanam padi atau beternak sehingga kegiatan berwisatanya lebih berkesan. 

“Sukses tidaknya desa wisata sangat bergantung pada kreatifitas pengelolanya. Pengelola desa wisata yang biasa disebut Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) perlu terus mempromosikan desanya agar dikunjungi wisatawan,” kata pria yang akrab disapa Bambang Kribo tersebut. 

Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Semarang Daryanto mengatakan, Kabupaten Semarang saat ini memiliki 74 desa wisata. Namun di Kecamatan Suruh baru ada satu desa wisata. Yaitu Desa Sukorejo yang sudah memiliki Surat Keputusan (SK) sebagai desa wisata. Dia mendorong warga untuk membuat lebih banyak lagi desa wisata karena potensi Kecamatan Suruh sangat besar.

“Sekarang ini wisata tak lagi menjadi kebutuhan sekunder, tapi sudah kebutuhan primer. Panjenengan semua bisa memanfaatkan fenomena ini dengan membangun perekonomian melalui jalur wisata,” katanya dalam acara yang dimoderatori Ricky Fitriyanto tersebut.

Dikatakannya, membuat SK desa wisata tidaklah sulit. Mengupayakan agar desa wisata memperolah bantuan hibah juga bisa dilakukan. “Tinggal panjenengan kreatif, membuat desa menjadi ramai. Monggo bareng-bareng membuat Kecamatan Suruh maju dan terkenal. Saya juga siap meng-endorse agar desa wisata dapat lebih dikenal,” tandasnya.

Dia menambahkan, potensi wisata di Kecamatan Suruh cukup besar. Diantaranya ada Makam Ki Ageng Wonokusumo di Desa Cukilan. Makam tokoh penyebar agama Islam tersebut cukup ramai dikunjungi peziarah dan berpotensi menjadi destinasi wisata religi.

Camat Suruh, Budi Santoso membenarkan di wilayahnya baru ada satu desa wisata. Namun potensi wisata di Kecamatan tersebut cukup besar. Dia mengajak masyarakat mengembangkan desa wisata karena potensi ekonominya cukup besar. 

“Saya beri contoh, event trabas motor trail saja bisa menghasilkan uang hingga Rp 60 juta hanya dalam sehari,” paparnya.

Ketua DPRD Jateng Bambang Kusriyanto memimpin Sosialisasi Non Perda “Pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Semarang” secara daring di Aula Kantor Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Sabtu (2/7/2022). FOTO:IST/JATENGPOS

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang Heru Subroto menyampaikan pengembangan desa wisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam lingkungan dan sumber daya alam, serta memajukan budaya.

“Prinsip pengembangan desa adalah untuk memberi manfaat secara ekonomi kepada masyarakat dengan melibatkan masyarakat secara aktif, juga harus menjaga nilai norma keseharian dan budaya masyarakat. Dengan adanya desa wisata, juga menciptakan lapangan kerja baru yang nanti bisa meningkatkan industri kecil menengah yang memanfaatkan produk lokal,” tutur Heru.

Pengembangan desa wisata, lanjutnya, merupakan bentuk percepatan pembangunan desa secara terpadu untuk mendorong transformasi sosial budaya dan ekonomi desa.

“Tinggal bagaimana mengemas potensi yang ada di desa,” ungkapnya. 

Desa wisata juga perlu memiliki atribut penting daya tarik wisata. Yaitu keunikan/langka, asli/otentik, indah, dan keragaman.

Heru menambahkan, tak hanya desa wisata yang memiliki keindahan alam yang mampu berkembang. Dia mencontohkan Desa Lerep di Kabupaten Semarang yang tak memiliki daya tarik khusus. Desa Lerep hanya memiliki embung buatan. Namun karena cara mengemasnya pintar, desa ini ramai dikunjungi wisatawan.

“Wisatawan yang berkunjung ke Desa Lerep bisa kulineran, disuguhi atraksi budaya, ada juga wisata kumpul kebo, bukan berarti kumpul dengan pasangan tidak sah, tapi pengunjung diajak turun ke sawah bersama kerbau, menggarap sawah dan menanam padi,” ujarnya. (adv/muz)

spot_img

TERKINI