JATENGPOS.CO.ID, UNGARAN- Obyek Daya Tarik Wisata (DTW) candi Gedongsongo, di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, semakin ramai dikunjungi pasca dilakukan revitalisasi oleh Kementerian PUPR. Pelaksanaan revitalsiasi salah satu DTW andalan Kabupaten Semarang ini menelan anggaran sebesar Rp 23 miliar pada pertengahan tahun 2024 lalu.
Bupati Semarang H Ngesti Nugraha berharap wisatawan semakin betah dan juga bisa meningkatkan kunjungan wisatawan di Kabupaten Semarang, khususnya di candi Gedongsongo. Revitalisasi membuat destinasi bersejarah ini jauh lebih nyaman.
“Suasana wisata candi Gedongsongo jauh lebih nyaman, sejuk, dan semakin bagus. Di sini ada sembilan candi diharapkan dengan suasana yang jauh lebih bagus bisa mengangkat jumlah kunjungan wisatawan,” paparnya.
Polesan wisata Candi Gedongsongo terbaru ini, diharapkan dapat mendongkrak penjualan produk UMKM. Meningkatkan perekonomian di bidang lainnya seperti hasil pertanian dan perkebunan yang dipasarkan di DTW ini, semua sektor turut terangkat dan meningkat secara siginifikan.

Salah satu desa penyangggah destinasi wisata terbesar di Kabupaten Semarang ini turut berbenah. Yakni, Desa Candi Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Tidak pernah berhenti berinovasi dan berkreasi. Desa wisata memiliki luas 1.082,28 hektar ini menggerakkan potensi warganya untuk wisata Gedongsongo. Diantaranya menyiapkan penampilan atraksi kesenian tradisional.
Kepala Desa Candi Sudawarto mengatakan dari 9 Dusun yang ada di Desa Candi masing-masing memiliki kelompok kesenian sedikitnya 2 kelompok. Kesenian tradisional disuguhkan komplit, ada reok, kuda lumping, tari Keprajuritan, drumblek, angklung, dan lain-lainnya.
“Aneka macam tari tradisional kita siapkan, pengelola Gedongsong kadang meminta kelompok kita tampil menghibur pengunjung. Nilai positif selain warga melestarikan kesenian leluhur juga menjadi pendapatan setiap tampil di Gedongsongo,” ujarnya kepada Jateng Pos, kemarin.

Kelompok kesenian tidak pernah berhenti berkreasi, tari-tarian yang disuguhkan tidak selalu monoton, diadaptasi dengan tari-tarian modern. Begitu juga kesiapan warga selaku insan pariwisata terus dikembangkan mengikuti tren agar tidak ketinggalan dengan lokasi wisata lain.
“Seperti para penyewa kuda kini berseragam seperti koboi, lebih menarik wisatawan yang suka berfoto. Aneka kerajinan souvenir produksi warga Candi bermacam-macam dan berganti-ganti. Warga sebagian menggantungkan hidup dari Gedongsongo harus bisa berkreasi dan berinovasi,” jelasnya.
Peran serta BUMDes yakni Maju Mandiri dilibatkan mendongkrak perekonomian warga dan pendapatan desa. Selain memberikan pembinaan kelompok kesenian dan perajin juga mengembangkan unit usaha baru. Saat ini tengah menggarap sentra kuliner di terminal parkir bus wisatawan. Rencana di sekeliling terminal akan dibangun warung aneka makanan dan oleh-oleh.
“Sudah kita siapkan tanah milik desa untuk mengembangkan potensi kuliner. Kalau retribusi terminal sudah dikelola Pemkab Semarang dengan Pemdes. Warga diharapkan dapat membuka usaha kuliner untuk meningkatkan perekonomiannya,” jelasnya lagi.
Adanya unit-unit usaha yang terus dikembangkan, diharapkan anak-anak muda Candi tidak lagi bekerja di luar desa, terlebih lagi sampai merantau jauh keluar daerah. Potensi Desa Candi sebagai penyanggah wisata Gedongsongo sangat menjanjikan jika digarap optimal.
“Ke depan yang masih kita sosialisasikan ke warga. Di Candi selain Gedongsong ada wisata lain, Ayana, Sunrise Hill, Celosia, dan perkebunan sayur. Kita berharap warga menggarap potensi homestay untuk wisatawan. Terasa lebih homy kalau menginap di perkampungan. Menjelajahi seluruh wisata di Desa Candi tidak akan cukup sehari, wisatawan perlu menginap sembari merasakan sejuknya udara dan pemandangan pegunungan,” tandasnya.
Di sisi lain keterampilan warga terus ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan instansi Pemkab Semarang. Belum lama ini, lanjut Sudarwanto, warga dibekali keterampilan merangkai bunga hias dan kerajinan anyaman bambu.
“Pelatihan diadakan Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang. Pesertanya cukup banyak seperti di Dusun Larangan hampir ibu-ibu memiliki kerja sambilan sebagai perajin anyaman bambu, sangat senang ikut pelatihan,” pungkasnya. (muz)