Pemkab Demak Peduli Kelola “Satu Sampah Sejuta Masalah”

Wakil Bupati Demak Drs Joko Sutanto memimpin warga membersihkan sampah di lapangan Tembiring Demak Kota. foto:Adhi/jateng pos

JATENGPOS.CO. ID. DEMAK– Masalah pelik yang membelenggu di hampir semua kota adalah masalah sampah. Setiap hari ada ratusan ton sampah yang dibuang di berbagai kota. Demak yang merupakan salah satu kota yang tengah berkembang di Jawa Tengah juga tak luput mengalami masalah ini.

Setiap hari ada sekitar 6000 hingga 7000 meter kubik sampah yang dibuang ke TPA Kalikondang, ini belum ditambah dengan TPA Candisari Mranggen yang jumlahnya hampir sama.

Kepala Kantor Lingkungan Hidup Agus Musyafak melalui Plt sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Demak Kurnia Zuaharoh menjelaskan bahwa jika ditotal jumlah sampah yang dibuang selama setahun di TPA Kalikondang adalah sebanyak 70.667,5 meter kubik. Jumlah tersebut belum termasuk dengan yang ditampung di Desa Candisari Mranggen yang jumlahnya hampir sama. Permasalahan inilah yang sebenarnya harus diselesaikan secara bersama-sama.

iklan

Menurut Kurnia Zuaharoh yang lebih akrab dipanggil Nia, dalam rangka hari Peduli Sampah Nasional 2018 yang jatuh pada 21 Februari kemarin, Kementerian  Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengadakan program tiga bulan bersih sampah. Program ini untuk mengukur sejauh tiap-tiap daerah dalam menjaga lingkungannya terutama terhadap sampah.

Baca juga:  Berkat JKN, Indarwati Rasakan Kemudahan Pelayanan Kehamilan

“Kabupaten Demak sendiri, program bersih sampah tidak hanya tiga bulan saja, melainkan sudah dilakukan jauh-jauh hari, sehingga hal ini lebih mudah dilakukan. Harapan kami agar ada peran serta yang lebih dari masyarakat, dengan mengubah mindsetnya akan kebersihan. Karena selama ini kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan masih sangat kurang,” ujarnya.

“Untuk itu akan kita mulai dari OPD dan seluruh instansi yang ada, agar kerja bareng mewujudkan Demak yang bersih,” imbuhnya.

Sedangkan untuk wilayah kecamatan di luar Demak Kota, pihak LH menyerahkan masalah ini pada kecamatan masing-masing.

“Setiap kecamatan sudah plot bahwa mereka bertanggung jawab terhadap daerahnya masing-masing. Mulai dari membersihkan sampah, mencabut MMT, mencabut paku,  pemilahan sampah plastik, bersih kali hingga sungai dan sebagainya, semua sudah gerak,” jelasnya.

Kedepan pihak LH akan menyasar ke sarana tempat-tempat ibadah seperti di gereja kelenteng dan masjid. Nia juga memuji peran serta dari Kodim yang luar biasa, mereka turut serta memberikan bantuan all out dalam hal kebersihan. Harapan bu menteri Siti Nurbaya agar pengurangan sampah bisa sampai 30% untuk tahun ini, dan tahun 2025 Indonesia sudah bebas sampah.

Baca juga:  Cuaca Buruk, Stok BBM Karimunjawa Menipis

Mengenai keberadaan Bank sampah sebagai pengurai merebaknya sampah di TPA, Nia juga mengharapkan tiap OPD agar sesegera mungkin memberdayakan bank sampah.

“Mari kita jadikan pemulung di rumah kota sendiri, di kampung dan kantor. Setiap minggu ke tiga kita kumpulkan kertas yang sudah tidak terpakai lagi untuk kemudian kita tinbang dan jual, OPD yang lain juga bisa melakukan hal yang sama sehari sudah habis kok, dipilah ditimbang dan dijual tidak ada sejam,” ujarnya.

Menurutnya hal tersebut adalah moment untuk bersih-bersih kantor sehingga tidak ada alasan untuk menolak.

“Jika memang ada keperluan, sampah bisa dititipkan ke rekannya yang lain, semua itu hanya butuh kepedulian dan kemauan, tanpa dua hal itu tidak akan bisa jalan. Jika endingnya adalah uang tidak akan bisa tercapai,” tegasnya.

Baca juga:  Penanganan Sampah di Salatiga Jadi Prioritas

Sementara itu Wakil Bupati Demak Drs Joko Sutanto mengatakan bahwa kondisi TPA kita sudah penuh dan jangan ditambah lagi. Menurutnya sebagai warga Demak harus berupaya untuk mengurangi sampah dan bukan menambah sampah.

“Harus merubah mindset, sekarang bukan lagi berpikir sampah dibuang kemana, tapi diganti sampah ini harus dibagaimanakan. Maka dari itu kita harus pandai-pandai mengelola sampah. Mohon dukungan kepada semuanya agar sama-sama membersihkan lingkungan masing-masing paling tidak membersihkan rumah sendiri,” tegas wabup.

Saat ini lanjut wabup, ada 55 bank sampah yang sudah ber SK, namun yang belum ber-SK masih ratusan jumlahnya. Bagaimana mengajari mereka agar bisa mengelola bank sampah lebih profesional, tidak hanya mengumpulkan lalu menjualnya saja. Namun merubahnya menjadi lebih berguna seperti membuat tas dan baju dari sampah untuk kemudian dijual lagi.

“Kalau cuma membersihkan dan memindahkan itu gampang, namun membersihkan dan mengelola itu yang harus kita lakukan saat ini,” pungkasnya. (adi/muz)

iklan