Fenomena Unik “Kamar Barokah” Jamaah Haji

KAMAR BAROKAH: Salah satu kamar hotel jamaah calon haji Indonesia di hotel Al Zahra, Madinah. Foto: bejansyahidan

JATENGPOS.CO.ID,  MADINAH – Ada fenomena unik diantara calon jamaah haji Indonesia tahun 2023 di tanah suci. Diantara mereka sudah bukan rahasia lagi sering terdengar istilah “kamar barokah”.

Apa itu “kamar barokah”? Bejan Syahidan, wartawan Jateng Pos, dari Madinah melaporkan, kamar barokah adalah kamar hotel milik bersama jamaah yang disediakan khusus untuk pasangan suami ustri (pasutri) yang butuh bermesraan.

Tapi, ini bukan kamar yang disediakan khusus panitia. Tapi kamar jamaah yang digunakan bergantian sesama penghuni kamar.

Biasanya, diantara penghuni kamar berjumlah tiga, empat, atau enam orang dikumpulkan sesama janis. Kamar pria sendiri, untuk wanita sendiri. Sehingga jamaah pasutri akan tidur terpisah.


Sehari, dua hari, itu tidak masalah. Tetapi setelah satu minggu, atau bahkan hampir satu bulan, mulai ada yang mengeluhkan lama tidak menyalurkan hasratnya. Mulai muncul sindiran-seindiran soal kepala pusing dan butuh tombo kengen.

Baca juga:  Kloter Pertama Haji Embarkasi Solo Berangkat 24 Mei

Mendengar jok-jok sesama penghuni kamar, akhirnya sesama penghuni bersepakat mengosongkan kamarnya untuk bisa dipakai bergantian.

Begitupun yang dialami penulis saat masih berada di Madinah, pada musim haji tahun 2023 ini. Dari empat bapak-bapak yang menghuni kamar 913 hotel Anwar Al Zahra, kita bersepakat menawarkan kepada salah satu penghuni yang beberapa hari mengeluh kepalanya “pusing”. Setelah ditawarkan mau, akhirnya tiga orang sepakat pada siang hari habis duhur hingga isya tidak pulang ke kamar. Kunci kamarpun diberikan kepada yang menghuni “kamar barokah” itu. Memberi kesempatan supaya menyalurkan hasratnya.

Setelah kita tinggal, satu bapak-bapak tadi memanggil istrinya yang satu lantai untuk diajak berduaan. Kami bertiga setelah duhur hingga isya bertahan di masjid. Memberi kesempatan penghuni “kamar barokah” itu.

Baca juga:  Sudirman:Persoalan Jateng Tak Bisa Diselesaikan Dengan Selfie

Setelah pulang isya, barulah ketemu lagi. Setelah ditanya, bagaimana kesan “kamar barokahnya”, dia bilang hanya kerokan, sambil menunjukan badanya yang penuh bekas kerokan merah.

“Tadi hanya kerokan ko, tapi setelah kerokan itulah kesan kamar barokah baru terasa,”jawabnya dengan ketawa.

Kisah kamar lain pun begitu. Mereka malah sepakat gantian. Hari ini pasutri siapa, besoknya siapa, dan seterusnya sesuai kebutuhan. Cara ini menurutnya lebih murah ketimbang menyewa kamar untuk kebutuhan hasrat. Yang penting siang hari, sebab kalau malam semuanya harus masuk kamar istirahat.

Fenomena ini maklum terjadi, mengingat musim haji sampai 40 hari. Sehingga para pasutri butuh penyaluran supaya tidak stres. Apa lagi pasangan muda. Mereka ada istilah mumpung di tanah suci “mencetak” calon generasi.

Baca juga:  Setnov Mogok Bicara di Depan Hakim

Sebenarnya, isitlah “kamar barokah” ini sudah terdengar Kemenag. Para jamaah berharap pemerintah ikut mengaturnya supaya berjalan dengan baik. Tapi sampai sekarang belum ada tindak lanjutnya.

Dulu, jamaah haji pernah dikumpulkan satu kamar setiap dua pasutri. Tujuanya ya untuk bisa menyalurkan hasrat. Dalam kamarnya dikasih skat supaya tidak kelihatan. Tapi akhirnya banyak dipermasalahkan. Karena satu kamar dua pasangan.

Di sebuat “kamar barokah”, selain dipakai untuk bermesraan dengan pasangan, juga karena keyakinan jamaah mumpung di tanah suci. Menggauli istri sebuah berkah ibadah yang pahalanya sangat besar. (*)