spot_img
28 C
Semarang
Jumat, 27 Juni 2025
spot_img

Roy Amazon : Tak Cukup ‘Out of The Box’ Saja

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG –  I Sell The Box menjadi jargon yang dipegang teguh Muh Roy Amazon selama karirnya di dunia perhotelan. Pasalnya, menjadi seorang ‘Out of the Box’ saja tidak cukup untuk bisa memaksimalkan potensi mendapatkan Revenue dan keuntungan di dunia perhotelan.

“Kreatifitas, improvisasi, selalu up to date, berani mengambil resiko dan disiplin menjadi sebuah kolaborasi yang sangat serasi dalam dunia perhotelan,” katanya.

Pria kelahiran Jakarta tahun 1979 silam ini memiliki nama lengkap Muhammad Roy Amazon. Menjabat sebagai General Manager di Hotel Dafam Semarang Jawa Tengah sejak bulan Desember 2022.

Dengan pengalaman yg dimilikinya, Roy merasa optimis bisa membawa hotel Dafam Semarang lebih kompetitif dan berdaya jual tinggi di kota Semarang.

“Staff yang berkualitas juga ramah, kualitas kebersihan dan kualitas produk adalah beberapa bagian dari operasional hotel yang selalu diperhatikan dengan sangat detail. Jadi 3 bagian inilah yang menjadi cikal bakal kepuasan tamu dalam menginap di hotel,” ujarnya.

Pria yang akrab disapa Roy ini telah menekuni pekerjaan di dunia perhotelan selama lebih dari 20 tahun. Namun siapa sangka jika ia tidak hanya berkiprah di dunia perhotelan Indonesia saja, tetapi Roy juga sempat merasakan serunya dunia perhotelan di manca negara.

“Banyak pengalaman yg bisa diambil selama bekerja di negara timur tengah, mulai dari disiplin, komitmen, focus serta detail dengan pekerjaan, peningkatan kualitas kerja, pembentukan mental dan pastinya bisa bekerja dengan staff dari berbagai negara di dunia sangat menyenangkan,” ucap Roy.

Figur Roy sangat berkesan di mata staff hotel Dafam Semarang. Sosok pemimpin yang ramah dan humanis, serta senang menebar senyuman dan sering memberikan motivasi serta pengalaman kerjanya agar staff dapat lebih semangat dalam bekerja dan mencapai impiannya di dunia perhotelan.

Baca juga:  Pertamina Patra Niaga Bentuk Satgas BBM dan LPG

Sebelum terjun ke dunia perhotelan, Roy sempat memiliki cita cita yang tidak pernah tercapai, yaitu menjadi seorang Sutradara Film, dikarenakan kurangnya biaya untuk kuliah di jurusan perfilman akhirnya Roy memutuskan untuk menerima kenyataan dan siap bergelut dengan kerasnya Ibu Kota Jakarta.

Pada periode tahun 1996 – 2000 dia bekerja sebagai Calo Angkutan Umum dan penjaga Wartel di terminal Kampung Melayu Jakarta Timur. Pekerjaannya itu dilakukan di sela sela waktu sekolahnya semasa SMA dan Kuliah agar bisa bertahan hidup di tengah kerasnya kehidupan Jakarta.

“Alhamdulilah sehari saya bisa dapat sekitar Rp 30 ribu sampai Rp 45 ribu dan uangnya saya kumpulkan untuk makan sehari hari dan biaya bergaul di Jakarta. Dan yang serunya adalah saya harus terus waspada dan siap untuk bertarung dengan lawan dari kampung sebelah untuk memperebutkan wilayah kekuasaan di terminal Kampung Melayu,” ucapnya.

Selama periode tersebut pun Roy tidak jarang keluar masuk Polres Jakarta Timur karena sering terlibat perkelahian antar kampung.

“Karena sering melihat preman preman tua di terminal kampung melayu hanya lalu lalang meminta minta rokok, kopi bahkan makanan ke sopir angkot dan tidak dihargai lagi, serta menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat sekitar, maka saya memutuskan untuk keluar dari kehidupan di Terminal Kampung Melayu. Saya tidak ingin di saat saya tua masyarakat sekitar bahkan keluarga  menganggap saya sebagai beban dan benalu buat mereka ujar Roy,” tukasnya.

Oleh karena itu, Roy langsung banting stir dan segera mencari pekerjaan normal juga halal demi masa depannya.

Baca juga:  Sambut Lebaran, PLN UP2D Jateng & DIY Siagakan Personil dan Alat

Karir perhotelan Roy dimulai sebagai tukang cuci piring pada tahun 2000 di salah satu restoran cepat saji di Plaza Indonesia Jakarta dan sempat merasakan manisnya bekerja di dunia hiburan malam di kota Jakarta. Selama periode tahun 2000-2005 Roy mencoba peruntungannya dengan melamar kerja di hotel – hotel yang ada di Jakarta tetapi sayang karena tidak adanya pengalaman bekerja di hotel dan bukan lulusan sekolah perhotelan akhirnya Roy selalu di tolak.

Setelah lima tahun kemudian, pada 2005 ia mendapat kesempatan untuk pertama kalinya bekerja di luar negeri, bekerja di salah satu hotel bintang 5 di kota Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Menurut Roy, karyawan adalah aset yang harus dipertahankan. Pendekatan kepemimpinan yang saya pakai adalah gaya humanistik. Pendekatan humanistik terhadap karyawan dan bawahan (pendekatan langsung kepada karyawan) adalah suatu cara yang paling ampuh dalam memimpin. Seperti memberikan motivasi dan melakukan kontrol terhadap kinerja mereka.

Selain itu juga memberikan contoh bagaimana cara menerapkan etika yang baik dalam menyelesaikan pekerjaan mereka sehari-hari, sehingga dengan sendirinya kualitas pelayanan terhadap tamu akan semakin memuaskan tanpa harus diberikan perintah oleh atasannya.

Kesuksesan Roy tentunya tidak lepas dari peran istri, Syarifah Samsir, dan tiga orang puterinya, Kayla, Kyara dan Kirana Amazon, yang selalu setia mendampingi ayahnya bekerja dimanapun itu berada.

Dalam setiap kepemimpinannya , Roy memiliki visi dan misi untuk selalu fokus pada kepuasan tamu (customer satisfaction), menyenangkan karyawan (employee satisfaction), dan pencapaian target sesuai yang diinginkan oleh Manajemen dan Pihak Pemilik (Owners).(aln)

spot_img

TERKINI